Chapter 28 - Jawaban

2.2K 199 277
                                    

Met malam minggu, all!

Hari ini triple updates! Seneng nggak? Selamat membaca dirumah! Dirumah aja ya jangan kemana-mana🥰

Happy reading! xx

***

Mora sempat terdiam beberapa saat setelah mendengar apa yang Alivio ucapkan padanya. Alivio bahkan tidak melepas genggamannya pada tangan Mora. "Gue serius, Ra. Karena gue nggak bisa tahan perasaan gue sendiri. Rasanya sakit tiap kali lo terus memikirkan tentang dia. Lo nggak pernah lihat gue yang selalu ada di samping lo, Ra." Papar Alivio sembari menitikkan air matanya.

"Lo emang selalu ada buat gue, Vi. Lo ada di samping gue di saat gue butuh seseorang, lo pendengar yang baik, lo nggak pernah mengecewakan gue sama sekali," ujar Mora, "Tapi— kalau lo minta gue untuk benci Megan dan mencintai lo? Sorry, gue nggak bisa, Vi. Selain nggak ada tempat untuk orang baru di hati gue, gue nggak mau ambil resiko soal lo, Vi. Gue nggak mau kehilangan teman sebaik lo."

"Hanya itu alasannya?"

"Sebenarnya, gue masih berharap suatu saat gue dan Megan akan kembali seperti dulu. Tapi lo tahu apa? Satu bulan lagi dia bakal jadi suami orang lain. Dan lo tahu? Gue ini bodoh! Terakhir Megan temui gue, dia bilang kalau dia cinta sama gue, dia mau gue berjuang buat dia. Bodohnya gue? Gue bilang gue cinta orang lain. Lo bayangkan, gue bikin hati dia patah hari itu, Vi. Dan gue menyesal. Gue menyesal, Vi.."

Mora menangis di tengah-tengah hujan yang masih menghujam Jakarta hari itu. Alivio sudah bisa mengambil kesimpulan, kalau Mora masih ingin kembali pasa Megan. Tapi, sayang semuanya sudah terlambat. Tinggal menghitung hari, Megan sudah sah menjadi milik orang lain. Dan Alivio mencoba mengerti betapa sakitnya itu. Mungkin Mora tidak bisa menerima cintanya sekarang, tapi siapa yang tahu nanti?

Tak tega melihat Mora menangis, Alivio langsung saja menarik Mora ke dalam dekapannya, "Megan adalah laki-laki beruntung. Entah apa yang dia lakukan waktu itu untuk dapetin lo. Jangan sedih, Ra.. kalau dia mau lo berjuang, maka sekarang lo harus berjuang buat dia. Karena penyesalan selalu datang di akhir. Lo nggak mau kan menyesal seumur hidup lo karena hanya diam dan berlagak bodoh di saat laki-laki yang lo cintai butuh lo?"

"Gue harus apa, Vi? Gue bahkan nggak tau—"

"Susul dia kesana, Ra. Lo harus buktikan kalau lo dateng buat dia, lo mau perjuangin dia, dan jangan biarin dia mikir kalau lo selama ini nggak peduli sama dia," Jelas Alivio, "Lo udah tolak cinta gue hari ini. Jangan sampai gue ngamuk ya, Ra karena lo pun nggak memperjuangkan Megan. Gue bahkan nggak mikirin hati gue demi lo perjuangin orang yang lo cintai."

"Makasih ya, Vi.. Lo emang teman yang baik, gue bersyukur bisa kenal sama lo, gue nggak tahu gimana kalau lo nggak ada buat gue sekarang," ujar Mora sembari melepaskan pelukan itu dan menghapus air matanya, "Lusa sebenarnya sekolah gue dulu ada reuni kecil-kecilan. Gue yakin Megan dan teman-temannya datang kesana. Dan gue udah putusin sekarang kalau gue pun bakal datang kesana! Gue mau ketemu Megan! Gue harus ketemu dia!"

"Butuh teman? Gue bisa kok temani lo lusa? Ya takutnya kan lo butuh gue disana?" Alivio mencoba menawarkan diri.

"Boleh, lusa temani gue ya!" Seru Mora menjadi semangat. Setidaknya ia akan bertemu Megan di reuni lusa nanti. Dia rindu wajah Megan, rindu segalanya. Dan lagipula, Mora sudah lama rasanya tidak pulang ke Kota asalnya, Bandung. Sudah lama Mora tidak pulang, dan ini saatnya dia untuk pulang, untuk bertemu seseorang yang di cintai.

Mora & Megan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang