Chapter 1 - Jakarta

6.4K 345 35
                                    

Jakarta,

Megan, Kelvin, Ramon dan Claveron kini tengah sibuk menurun-nurunkan barang Mora dari mobil menuju rumah kost yang sebelumnya sudah Mora kunjungi dari jauh-jauh hari. Rumah kost ini untungnya dekat dengan lokasi kampusnya. Mora memang sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, apa yang ia inginkan kini sudah berada di depan mata, apa yang ia cita citakan agar segera ia raih, Mora hanya tinggal menjalaninya walaupun harus jauh dari keluarga, dan juga tentunya Megan.

"Ra, lo sebenernya ngekost apa pindahan sih?!" Rutuk Kelvin kesal, pasalnya barang bawaan Mora memang super duper banyak sekali, biasa tipikal perempuan yang selalu banyak kebutuhan.

"Ya lo kayak nggak tau cewek aja sih, bawaan kan emang banyak!" Seru Mora menjelaskan, "Jadi ikhlas nggak nih bantuin gue?"

"Iya, ikhlas nggak lo?!" Tambah Megan seraya membulatkan kedua matanya tajam pada Kelvin.

"Ih gue dipelototin, ikhlas pak iya bener, ikhlas," Wajah Kelvin kini berubah menjadi tersenyum lebar, "Yuk lebih semangat lagi yuk rapihin barangnya Mora, perut udah keroncongan gini, yakeles gitu kan yang minta anter nggak neraktir makan?"

Mora mendengus kesal, "Gue yang bakal teraktir lo semua! Sekarang, bantuin gue dulu bukain dus dus nya, baru lo semua dapet makan."

"Hmm, sayang? kalau Megan? apa Megan cuma dapet makan juga?" tanya Megan dengan nada manja.

"Ya dapet cinta juga dong dari Mora, ih gemes!" Seru Mora lalu mencubit kedua pipi Megan dengan gemas.

"Aw so sweet, cinta? cinta yang mana nih? cinta juga kuya bukan? atau mantan gue cinta laura kiehl yang selalu becek itu?" celetuk Kelvin membuat semua orang kontan saja tertawa.

Ramon menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata, "Apanya tuh yang becek?"

"Ih! laki-laki mesum!" Jawab Claveron sambil tertawa lebar.

"Ye monyet, kan lagunya dia itu yang udah hujan nggak ada ojek becek becek, ah mesum lo semua!" Kelvin berusaha membenarkan.

Semua kontan tertawa, termasuk Mora dan juga Megan. Setelah saling bercanda gurau, mereka semua pun langsung saja menjelajahi kota Jakarta, mencari makanan khasnya yang bernama Gultik.

Sampai di Jakarta pada sore hari, maka sangat tak heran jika Megan dan juga yang lainnya sangat menantikan makanan khas kota Jakarta ini. Setelah menghabiskan waktu beberapa jam di salah satu kedai kopi di Jakarta Selatan, perjalanan kulineran di Jakarta berlanjut di kawasan Blok M. Meski sebenernya mereka masih cukup kenyang, tapi rasanya Gultik adalah salah satu makanan wajib yang menjadi salah satu makanan favoritnya di kawasan Blok M. Selain harganya yang murah, guletik yang merupakan kependekan dari GULe TIKungan ini menawarkan harga yang lebih merakyat dibanding tempat makan enak di Jakarta yang lain.

"Anjir, beneran deh, rasanya gue pengen makan sampe 5 piring!" Seru Kelvin sesaat baru saja ia turun dari mobilnya.

"Vin, jangan kekenyangan ada hadist nya loh!" Ucap Ramon sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, ciri khas candaan seorang Ramon.

"Ya emang lu mau makan berapa piring gue tanya?"

"Ya minimal 3 lah." Jawab Ramon dengan muka datar.

Claveron sontak saja menoyorkan kepala sahabatnya itu gemas, "Itu sama aja, Nyet! Emang 3 piring nggak bakal bikin lo kenyang?!"

Ramon menggeleng lagi, "Nggak lah kurang, apalagi diteraktir."

Mora yang mendengar itu hanya bisa berjalan dibelakang mereka sembari menepuk jidatnya berulang kali, "Gini caranya mah Mora udah tekor duluan, baru aja tinggal di Jakarta satu hari!"

Megan tertawa kecil lalu mengusap kepala Mora lembut, "Udah jangan khawatir, biar Megan yang bayar, kamu diem aja, oke?"

"Ih, tapikan aku udah janji.."

"Ssstt, jangan bawel! Udah makan sepuasnya sana!" Megan kemudian menarik satu tangan Mora agar cepat cepat memesan Gultik, sebelum kehabisan oleh karena kerakusan teman-temannya.

Kini mereka semua tengah menyantap Gultik yang sangat lezat itu sambil duduk di pinggiran jalan Blok M sembari sesekali bercanda hingga membuat Kelvin tersedak saking hebohnya mereka malam itu. Kemudian Megan teringat sesuatu, "Ra, sebelum ke kostan lagi, mampir dulu ke supermarket ya, beli semua keperluan kamu takut-takut ada yang kurang, dan juga beberapa cemilan buat kamu nanti kalau tiba-tiba laper malem-malem, oke?"

Mora mengangguk senang, "Oke, siap bos!"

"Em, maaf nih ganggu pak bos, sekalian kali ya beli cemilan buat kita-kita? Di mobil kan udah abis ya nah sekarang beli lagi boleh dong, untuk sampe ke Bandung kan perlu asupan lagi.." celetuk Kelvin dengan wajah tak berdosa.

"Kagak ada, puasa kalian semua ampe subuh!" Seru Megan dengan tegas, alhasil Kelvin, Ramon, dan Claveron dengan kompak langsung saja tepok jidat.

"ALAMAK MATI KITA!!!"

**

"Ra, kalau ada apa-apa langsung hubungin Megan ya. Apalagi kalau ada yang macem-macem!" ucap Megan sebelum ia keluar dari pintu kost Mora.

Mora tertawa kecil, "Iya, sayang.."

"Terus, kalau ada masalah harus langsung kontak Megan.."

"Iya.. apalagi?"

Raut wajah Megan langsung saja berubah menjadi sedih, "Mora jangan nakal ya disini, jaga diri baik-baik.. Megan pasti bakal sering jengukin Mora, oke?"

Mora yang merasa ikut sedih pun langsung saja mengusap puncak kepala Megan lembut, "Iya.. Megan juga jangan nakal ya disana, kita nggak boleh lost contact, ya?"

Megan mengangguk mengerti.

"Ramon, kamu jaga diri baik-baik ya, jangan jadi kampret melulu.." ucap Kelvin memperagakan ucapan Megan.

Ramon kemudian menjawab, "Aku nggak bakal jadi kampret sayang, palingan jadi keparat aja."

"Hmm, capek gue punya temen kayak lo pada!" Seru Megan menjadi malas, "Dah sayang, Megan pulang dulu ya!"

Mora mengangguk, "Iya gih, hati hati!"

"Bye, Ra.. Bandung sedih tanpa adanya kamu katanya!" Seru Kelvin sembari melangkahkan kakinya keluar menyusul Megan.

"Bye, Ra! Selalu kasih kabar ya, baik-baik disini, jangan bangunin singa yang lagi tidur!" Seru Claveron sembari melirik kearah Megan, sementara Megan tidak mengetahuinya.

"Siap bos!" Jawab Mora.

"Bye, Raaaa! Kita pamit ya!" Ramon menjadi orang terakhir yang menutup pagar kostan Mora. Kini semuanya berjalan bersamaan menuju mobil yang Kelvin parkirkan tak jauh dari lokasi kostan Mora. Melihat pacar, dan juga teman-temannya pergi, Mora tiba-tiba saja menjadi sedih. Ia baru saja menyadari, mungkin sekarang dirinya tidak akan sesering dulu bertemu dengan mereka yang selalu membuat tertawa.

"Hmm, sabar.. demi cita-cita lo, Ra!" Batin Mora dalam hati. Baru saja ia akan masuk ke dalam kamarnya, seseorang terlihat baru saja datang memasuki rumah kost itu, kemudian kedua matanya langsung tertuju pada Mora.

Mora hanya bisa tersenyum saat itu. Lelaki itu pun membalas senyuman itu sambil berjalan menuju kamar yang bersampingan dengan Mora, "Baru ya disini? Soalnya baru lihat?"

Mora mengangguk semangat, "Iya nih, baru banget pindah tadi sore.."

Lelaki itu tersenyum lagi sembari mengulurkan tangan kanannya pada Mora, "Kenalin, Alivio.."

***

Upsss dah muncul aja nih si Alivio hihi gimana nih chapter ini? siapa yang penasaran sama next chapternya? makannya, give me ur vote and comments sebanyak banyaknya baru kulanjut, see you di chapter selanjutnyaaaa!❤️👋🏻

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now