Chapter 41 - Gundah

2.7K 250 158
                                    

Dua hari sebelum pernikahan, Megan mendatangi bar milik Destroyer untuk bertemu dengan semua sahabatnya disana. Mereka sedang membuat pesta kecil-kecilan untuk merayakan sang ketua yang sebentar lagi akan menjadi suami orang, walaupun dengan berat hati mereka melakukan ini. Megan datang dengan senyuman kecil yang terpaksa, berjalan sedikit malas menuju bar yang dimana semua sahabatnya sudah berada disana menunggu dia datang. Megan pun sebenarnya kesal mengingat pesta ini adalah untuknya yang akan segera menikah dengan perempuan yang sama sekali tak ia cintai.

Setibanya Megan disana, semua sahabatnya menyambutnya datang. Mereka merangkul tubuh Megan secara bergantian sembari mengucapkan selamat, tapi Megan tidak menjawabnya. Setelah itu, semuanya duduk di bangku yang telah di sediakan. Mula-mulanya, semua nampak canggung satu sama lain untuk memulai pembicaraan, tetapi mau tidak mau salah satu dari mereka tetap saja harus memulai itu walaupun enggan. Akhirnya Kelvin, berdiri dari tempatnya bermaksud untuk memulai acara tersebut.

"Jadi hari ini, seperti yang kita tahu.. kalau Ketua Destroyer dua hari lagi akan segera menikah dengan perempuan—"

"Yaiyalah perempuan, bego! Masa iya laki-laki?" Ramon menyela pembicaraan tersebut dengan nada kesal.

"Maksud saya, seperti yang kita tahu.. kalau Ketua kita semua dua hari lagi akan segera menikah. Untuk itu, kami semua anggota Destroyer bermaksud untuk memberikan selamat berbahagia kepada ketua kami, Megan. Cheers!" Seru Kelvin merasa bangga setelah tuntas menyelesaikan kalimatnya. Satu tangannya lalu mengangkat gelas wine miliknya.

"Cheers!" Semua kompak mengangkat gelas wine mereka, kecuali Megan sendiri.

Jelas saja hal itu membuat Kelvin dan yang lainnya kebingungan. "Ada apa? E— apa ada yang mau lo sampein sama kita semua?"

Megan sempat terdiam lama sebelum akhirnya menjawab, "Gue mau ucapin terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah ada disini, untuk mengadakan pesta, bermaksud ingin ikut berbahagia. Tapi— yang gue rasain, gue sama sekali nggak bahagia. Gue tertekan, dan batin gue tersiksa.."

Mendengar itu, Kelvin pun duduk kembali dari tempatnya berdiri. Kemudian satu tangannya lagi mengusap-usap bahu sahabatnya itu pelan, "Gue nggak bisa ngomong apa-apa. Jujur gue sendiri nggak nyangka, sang ketua yang gue banggakan sebentar lagi akan menikah, dan bukan dengan perempuan yang dia cintai. Tapi, hidup harus tetap berlanjut, bro. Tuhan nggak tidur dan siapa yang tahu kalau ternyata jodoh lo sesungguhnya itu bukan Renatha?"

Semua orang yang ada disana mengangguk setuju. Termasuk Claveron, "Bro, gue saranin, lo nggak usah inget-inget deh kalau dua hari lagi lo bakal jadi suami orang, mendingan lo sekarang minum sepuasnya dan bebasin diri lo seakan-akan gak ada hari esok."

Ramon dengan senyuman menantangnya langsung menyodorkan segelas penuh berisikan wine yang harus di minum oleh Megan, "For you, Paketu."

Megan kontan saja tersenyum lebar melihat itu, "Lo semua bener, kita pesta sepuasnya malem ini seakan-akan gak ada lagi hari esok! Cheers!"

"CHEERS!"

**

"Ra, makan dong.. lo seharian belum makan tau nggak?" ucap Clara. Malam ini, Mora memutuskan untuk berdiam diri di Bandung, mengingat dua hari lagi seseorang yang ia cintai akan menikah disini. Untungnya saja, Mora punya Rachel dan Clara yang sedari kemarin terus menemaninya. Setidaknya ia tidak merasa kesepian.

"Gue nggak mood makan.." Jawab Mora malas, pandangannya kosong menatap jalanan dari jendela.

"Gue tahu lo galau.. tapi please, jangan siksa diri lo sendiri," Rachel ikut membantu Clara membujuk Mora untuk makan. "Perut lo tuh butuh makanan, Ra. Gimana kalau lo sakit?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now