Chapter 14 - Semua tentang Alivio

2.9K 184 55
                                    

Megan terdiam seharian setelah acara pertunangan itu. Menurutnya semua acara itu adalah sebuah paksaan yang tetap mengharuskan dia untuk menuruti semua permintaan sang Ayah. Megan tidak punya pilihan lain, karena ia tidak mau David— sang Ayah berkata hal buruk pada Mora ataupun melakukan hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya pada perempuan yang amat sangat ia cintai. Megan tahu betul watak sang Ayah, jika keinginannya tidak terpenuhi, maka ia akan menghalalkan segala cara agar keinginannya tersebut tercapai. Bagaimana bisa Megan hanya berdiam diri padahal ia tahu apa yang akan dilakukan Ayahnya kalau saja ia tidak meninggalkan Mora? Megan pikir, semua ini demi kebaikan keduanya.

'Tok..Tok..'

Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Megan tidak ingin keluar kamar seharian ini, begitu malas mendengar ocehan sang Ayah yang terlalu menyakitkan hati, atau bahkan raut wajah semua orang yang begitu berbahagia ketika ia tidak merasakan hal serupa. Semuanya begitu membuat Megan sakit. Tidak ada yang bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Megan bahkan enggan meminta tolong pada Destroyer— teman-temannya karena ia rasa akan percuma. Setelah pesta pertunangan itu, Megan tidak menyentuh makanan apapun, membuka ponsel, atau berbicara dengan orang lain. Bahkan, keluar dari kamarpun dia tidak mau. Tetapi mendengar ketukan pintu itu yang secara berulang kali akhirnya Megan terpaksa harus membuka pintu itu daripada ia sakit kepala.

Membuka pintu, Megan langsung saja melihat Renatha berdiri disana sembari membawakan ia sarapan pagi. "Untuk apa lagi kamu kesini?" Tanya Megan ketus.

Renatha hanya tersenyum, walaupun perkataan Megan begitu membuatnya sedih, "Aku— cuma mau anterin sarapan untuk kamu Megan. Katanya kamu enggan keluar kamar? Apa karena pesta pertunangan itu? Aku minta maaf untuk segalanya Megan tapi.. itu semua bukan kehendakku."

"Minta maaf soal apa? Pertunangan itu? Bukannya kamu senang soal itu?" Tanya Megan sarkas.

Renatha menggeleng, "Kalau boleh aku jujur, aku ingin menikahi orang yang mencintaiku, Megan. Aku mencintaimu, dari dulu. Tapi kalau kamu tidak? Megan.. cobalah membuka hatimu untukku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa dicintai kamu."

"Renatha.. ini bukan saatnya. Sorry, gue lagi nggak mood bahas soal itu." Megan lalu keluar dari kamarnya dan berjalan secepat mungkin menuju kelantai bawah.

"Megan, jangan seperti ini.." ucap Renatha sembari mengejar Megan dari belakang. Berusaha meraih tangannya tetapi ia tidak mampu. Satu tangannya masih memegang sarapan pagi untuk Megan.

"Megan! Apa-apaan kamu ini! Calon istrimu sudah mencoba berbaik hati untuk mengantarkan sarapan untukmu! Sikap apa yang Ayah baru saja lihat ini?!" Sentak David saat matanya melihat Megan dan Renatha yang baru saja mendaratkan kedua kakinya di lantai bawah. "Renatha! Jangan kau kejar dia!"

Megan hanya diam, tidak menjawab apapun dan hanya berjalan menuju mobilnya yang terparkir di bawah. Menghiraukan Renatha dan juga Ayahnya yang masih berdiri disana. Setelah mobil Megan pergi, David langsung saja menghampiri Renatha yang masih berdiri disana menatap mobil Megan pergi dengan sedih.

"Renatha, kamu baik-baik saja?" Tanya David.

Renatha tersenyum sembari mengangguk, "Iya, Om.. Renatha nggak apa.. hanya saja, Renatha merasa bersalah pada Megan soal instagram itu. Megan tidak tahu kalau Renatha membuka instagram itu.."

David menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menjawab, "Justru itu yang Ayah inginkan, Renatha. Kamu membuka instagram Megan dan mengupload foto pesta pertunangan kalian adalah hal yang Ayah inginkan, itu sebabnya Ayah memberikan password instagram Megan pada kamu agar mantannya itu tahu bahwa Megan sudah terikat denganmu, dia tidak bisa merebut Megan kembali. Dan oh ya, lain kali kamu hapus saja seluruh isi foto instagram Megan bersama Mora."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now