Chapter 39 - Perasaan Buruk

2.2K 220 315
                                    

Mora fokus menulis jawabannya siang ini di kertas polio sambil berusaha mengingat-ngingat apa yang telah ia pelajari semalaman. Sementara Alivio menunggu Mora dari luar, ia sudah menyelesaikan ujiannya lebih dulu. Hari ini adalah ujian terakhir mereka di kampus, sudah seminggu ini Mora mengikuti ujian dan berusaha fokus sejenak, menghilangkan pikirannya dari Megan dan juga pernikahan yang benar-benar menguasai pikirannya akhir-akhir ini. Di dalam benaknya ia hanya bisa berharap, semoga keajaiban datang padanya, Megan akan kembali dan pernikahan itu batal.

Mora tidak bisa terus menerus begini. Ada hal yang tidak bisa ia lakukan hanya karena memikirkan Megan. Begitu besarnya cinta Mora pada Megan hingga ia tidak ingin Megan menjadi milik orang lain untuk selama-lamanya. Sungguh akan sangat menyakitkan jika Mora harus melihat Megan bersanding duduk dengan orang lain di atas pelaminan. Mora tidak bisa membayangkan jika saja hal itu terjadi, bagaimana nanti hidupnya? Mora tidak tahu akan seperti apa hidupnya jika harus mengalami hal pahit semacam itu.

Mora kini telah menyelesaikan tulisannya dalam kertas polio itu dengan ragu. Dia bahkan hanya dapat mengingat sedikit setelah berusaha menghapal semua materi semalaman. Semua pikirannya hanya tertuju pada Megan, karena semenjak kepulangannya ke Jakarta, Megan, Kelvin ataupun anak-anak Destroyer yang lainnya tidak pernah lagi memberikan kabar apapun. Ini semua jelas saja membuat Mora bingung, bagaimana kabar Megan selama disana? Dan apa yang terjadi setelah Mora pulang? Jelas dia tidak tahu apa-apa. Di hubungi pun, tidak ada satupun orang yang bisa menerima teleponnya. Ini aneh, begitu aneh. Pasalnya, Kelvin, Ramon, dan Claveron bukanlah tipikal orang yang cuek terhadap ponselnya sendiri. Mereka jelas selalu memegang ponselnya, sesekali bahkan ponselnya di pakai untuk bermain game. Apakah iya mereka benar-benar tidak bisa memberikan Mora kabar?

Setelah membereskan tasnya, Mora langsung saja keluar kelas dan menghampiri Alivio yang menunggunya sedari tadi di luar. Wajahnya benar-benar tidak bersemangat dan pucat. Ia menghampiri Alivio sembari menghembuskan napasnya panjang, "Hm.. Sampai hari ini belum juga ada kabar apa-apa, Vi! Masa iya sih mereka sibuk?" Rutuk Mora kesal sembari mengecek ponselnya lagi.

"Gimana ujiannya?" Alivio berusaha mengalihkan pikiran Mora. "Bisa?"

"Boro-boro!" Jawab Mora, "Fokus gue cuma Megan, Vi. Gue kesel, semua orang tiba-tiba jadi sibuk dan nggak sempet kasih gue kabar apapun. Sebenernya ada apa sih?"

"Ra.. lebih baik kamu positive thinking dulu.. jangan gitu, yuk kita makan dulu? Kamu kan belum makan dari pagi, Ra.." ujar Alivio menenangkan. "Yuk.."

Mora kemudian mengangguk pelan, di dalam hatinya ia sempat menolak. Mora benar-benar tidak nafsu makan, rasanya sedari kemarin lidahnya tidak dapat merasakan kenikmatan makanan apapun lagi. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia bisa kembali bertemu dengan Megan dan tahu kalau semuanya baik-baik saja.

**

Hari sudah berganti menjadi malam. Mora dan Alivio baru saja sampai di kost setelah tadi pergi dari kampus untuk mencari makan dan jalan-jalan sebentar berdua agar sedikit menghilangkan stress. Begitu Alivio membuka pagar, dia sendiri begitu terkejut ketika melihat Kelvin dan Ramon tengah duduk di depan pintu kost mereka dengan wajahnya yang muram. Alivio sudah dapat berpikir kalau mereka datang untuk memberikan kabar yang tidak cukup baik untuk Mora.

"Ka—kalian dari kapan ada disini?" Alivio bertanya.

Kontan saja Mora menampilkan dirinya dari belakang tubuh Alivio. Berbanding terbalik dengan Alivio, Mora justru menyambut mereka dengan senyuman lebar yang ia miliki. Matanya berbinar-binar seperti senang kedatangan orang yang selama ini ia tunggu. "Kelvin?! Ramon! Kalian kemana aja! Aku tuh nungguin kalian dari kemarin tau nggak sih!"

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now