14.Pertemuan kedua

Mulai dari awal
                                    

Damn!
Bagaimana ini? Alexa harus bagaimana? Alexa panik! Alexa gemetaran! Alexa ketakutan!

Itu adalah Dirga, iblis jelmaan Lucifer yang berpura-pura menjadi manusia. itu yang pantas untuk menggambarkan sesosok Dirga bagi Alexa.

Sumpah, lukanya saja masih belum sembuh, bagaimana jika kali ini Dirga menyuruh Alexa untuk memotong kepalanya sendiri? Bagaimana? Bagaimana?!

Alexa sendirian, tidak ada Steven, Ocha ataupun Chelsy yang bisa membantunya. Tamatlah sudah riwayat hidup.

Alexa menunduk, berusaha tidak menyadari keberadaan Dirga yang kini sudah sangat dekat dengannya.
Tinggal dua langkah lagi, langkah mereka sejajar.

Peluh mendadak mengalir deras dari pelipis Alexa. Deru nafasnya tak beraturan, hatinya berguncang, tubuhnya lemas tak berdaya, aura Dirga begitu terintimidasi hingga membuat si korban lemah tak berdaya.

Sukses!
Mereka sudah sejajar. Alexa bernapas lega, ketika hendak melangkah sepertinya Dirga memang tidak menyadari keberadaannya. Syukurlah, dia__

Srett

Bugh!

Sial, dugaan Alexa meleset.
Dirga menahan tangannya, lalu laki-laki itu benturkan tubuh Alexa ke tembok koridor dengan keras.

Dada Alexa naik turun karena terkejut sekaligus panik. Dia tidak menyangka jika Dirga ternyata menyadari keberadaannya. Punggungnya sedikit ngilu akibat benturan tak manusiawi itu.

Dia mendongak tinggi-tinggi sembari mengerjap. Sebab, Dirga memang sangatlah tinggi. Jantungnya kali ini berpacu sangat kencang. Dia nyaris tidak bisa mendeskripsikan seberapa kencangnya jantungnya berdetak.

Dirga tersenyum miring, mengejek. Dipandanginya gadis didepannya dengan tatapan rendah. Dia kira, Dirga tidak bisa melihatnya?
Cuih! Memangnya Dirga buta?!

“D-Dirga, lepash!” Alexa memberontak saat tangan kekar itu mencekik lehernya kasar. Kedua tangannya berusaha menahan tangan Dirga, agar terlepas dari lehernya.

“L-LEPASH!!”

Dirga diam tanpa sedikitpun ekspresi. Laki-laki itu menatap nanar wajah Alexa yang dipenuhi keringat, serta ekspresi penuh permohonan dengan datar. Tidak ada niatan, untuk Dirga melepas cekikannya itu.

Alexa terbatuk, wajahnya merah padam. Ia merasa sesak ketika Dirga tak kunjung melepaskannya. Gadis itu tidak berdaya untuk berbicara, ia sibuk memberontak agar lolos dari cekikan Dirga.

Dirga berhenti mencekiknya.
Kini, tangan kekar itu beralih mencengkeram kuat kedua pipi Alexa. Mengapitnya, agar Alexa tidak mampu untuk berbicara.

Alexa diam dengan kedua mata terpejam erat. Dia pasrah, dia pasrah!

“Sampai kapanpun, lo nggak bakalan lepas dari gue,” santai namun mengerikan. Nada bicaranya membuat siapapun lawannya tidak bisa berkutik, sungguh!

Mata Alexa terbuka. Iris mereka saling menumbuk seolah akan beradu. Jauh berbeda sekali tatapan mereka. Yang satunya sendu, dan yang satunya bengis, jelas tidak bisa saling berbicara. 

“Dengar, Alexa.” Peringat Dirga serius.

Alexa memperhatikan ragu-ragu.

“Burung yang sudah tertangkap, tidak akan bisa lepas dari sangkarnya. Kecuali, pintunya terbuka,” kata Dirga masih dengan wajah tanpa ekspresinya. Jadi, Alexa bagaikan burung dalam sangkar ya?

“Gue, nggak akan pernah lepasin lo. Karena lo, peliharaan gue.”

Alexa menggeleng keukuh. Sudut-sudut matanya mengeluarkan air mata. Dalam hati, ia menjerit keras.

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang