Side Story PMPS - Perut Kenyang, Istri Senang

62.4K 3.9K 99
                                    

AN: Bab ini juga ditayangkan di Putri Matahari dan Pangeran Salju di Mangatoon/Noveltoon. Beberapa cerita keluarga kecil Ajie dan Lily  beserta putra mereka, Ali juga ada di novel tersebut.

Ajie baru saja selesai menekan saklar lampu, mematikan penerang listrik terakhir. Pendaran cahaya lilin berpijar di matanya menggantikan lampu-lampu yang dimatikan, saat ia menatap pesan masuk di ponselnya. Pesan dari adiknya.

[Avelia: Kak Lily dan Kak Tiar udah otw to Bogor, Mas]
[Ajie: Ok. Thanks.]
[Avelia: Ave juga nitip makanan buat Papa dan Mas. Ayam goreng mentega, udang cah jamur dan puding susu cappucino.]
[Ajie: Thanks, Lil Sis. Mas juga kangen masakanmu.]
[Avelia: You're welcome, Mas. Miss you too. Maaf gak bisa pulang.]
[Ajie: Take care, Ve!]

Suara helaan napas terdengar sebelum Ajie mengantongi kembali ponselnya, menoleh pada Jaya dan Danu. "Gimana? Udah kelar nyiapin lilin-lilinnya?"

Jaya memamerkan deretan gigi putihnya. "Kelaaar! Istri-istri kita pasti kelepak kelepek."

Danu yang berjongkok di depan jejeran lilin di lantai mendongak ke arah mereka dengan kesal. "Sejak kapan asisten direktur punya job desc. harus memastikan lilin-lilin tetap menyala begini, Mr. Boss?"

"Ya jangan jadi asisten direktur. Atau kamu mau dimutasi ke Papua jadi direktur cabang sana? Amy udah berapa kali tuh minta lo dikirim ke gurun pasir terjauh. Dia capek diajak nikah mulu sama elu," ujar Ajie santai sambil memandangi jajaran lilin-lilin yang menyala di dalam ruang tamu hingga keluar menuju halaman depan.

Jaya yang sedang menyebarkan kelopak bunga mawar di sepanjang lantai yang dipenuhi lilin itu terkekeh saat melihat Danu hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan kembali menyalakan lilin yang mati.

Ketika melihat Jaya sedikit menjauh, Ajie menepuk bahu Danu. "Sudah lo urus soal Ave?" tanyanya dengan wajah serius.

Danu hanya mengangguk. Ia tahu Ajie tak ingin mereka membahas masalah itu di depan Jaya. Beberapa jam sebelumnya, wajah Jaya terlihat aneh ketika mendengar percakapan Ajie dan Danu soal perusahaan tempat Ave bekerja. Sesuatu yang malah memancing keingintahuan Ajie.

Setelah Jaya mendekat, Danu kembali sibuk menyalakan lilin. Ajie juga sudah berpaling lagi padanya.

"Sudah sampai mana mereka berdua?" tanya Ajie pada Jaya.

"Dikit lagi. Katanya sih lima menitan lagi juga udah nyampe."

Ajie mengangguk. "Lebih baik kita nunggu di depan, sekalian ngecek kali aja ada lilin yang mati. Kue sama hadiah buat mereka udah siap." Ia menoleh pada Danu lagi. "Lo nunggu di dalam. Jagain tuh lilin-lilin! Nyalakan lagi kalo mati!"

"Iya, iya, iya!" jawab Danu setengah menggerutu.

Tapi saat mereka berada di depan pintu, Emak tampak sibuk mengipasi lilin-lilin yang berjejer hingga mati. Di belakangnya ada Ayah yang menggendong Ali, juga sambil memadamkan lilin.

"Aduuuh, ini kerjaan siapa lagi sih?!! Bisa kebakaran rumah kalau masang lilin sebanyak ini. Kalo mati lampu itu mbok ya komplen ke PLN sana!" Emak menoleh ke Ayah. "Itu Yah... yang deket Ayah itu padamin semuanya tuh!"

Jaya dan Ajie berdiri tak berdaya. Hanya bisa terdiam melihat sang ibu dan ayah sibuk mematikan semua jajaran lilin-lilin kecil yang menyala.

"Ini lagi! Ngapain coba nyampah buang-buang mawar di sini?? Eh ini dari kebun Emak ya? Siapa ini yang metikin? Ya ampun... " Emak berpaling pada dua pria yang berdiri diam di depan pintu dan menyipitkan mata. "Jangan bilang ini kerjaan kalian berdua!"

Keduanya hanya bisa terdiam seribu bahasa. Jaya menyikut lengan Ajie. "Ajie yang punya ide, Mak!"

Ajie menoleh pada Jaya. Tak bisa berkata apa-apa. Tapi sorot matanya yang menatap Jaya seakan berkata, 'kan elu bilang Emak dan Ayah akan stay di hotel malam ini!?!'

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang