44. Love Test

129K 10.9K 171
                                    

Setelah merasa pikirannya tak lagi bisa diajak fokus saat ia melihat Ajie, Amy dan Danu bersiap-siap berangkat, hari itu Lily memilih izin pulang lebih cepat dan mengajak Tiar jalan-jalan ke Mal Kelapa Gading. Sudah lama ia janji menraktir Tiar, tapi belum sempat. Sekarang, ia ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Sekaligus mengeluarkan uneg-unegnya. Dari kantor, mereka janjian ketemu di lobby Mal itu.

"Tumben lo ngajakin gue. Boss galak lo mane?" tanya Tiar dengan mulut masih menempel di sedotan minuman bubble drink favoritnya.

Lily mengangkat bahu. Malas bicara tentang Ajie. Setelah pertengkaran mereka belakangan ini, ia segan mengingat pria itu.

"Lo sama Bang Ajie kapan nikahnya sih?" tanya Tiar lagi.

Kembali Lily mengangkat bahu.

Kesal melihat respon Lily, Tiar menghisap kuat-kuat minuman bubble drink yang sudah tinggal es itu sampai berdesis nyaring.

"Hei!" pekik Lily sambil merampas gelas sahabatnya itu. "Jorok lu ah! Udah abis tuh! Gak sopan!" Lalu melemparkan gelas plastik kosong ke tempat sampah.

Tiar mendelik. "Habis gue tanya, lo gak jawab serius. Kan jadi kesel guenya."

"Ya gue emang gak tahu, Yar. Gue gak tahu perasaan dia! Dia gak pernah ngomong cinta ama gue. Boro-boro. Sekarang ke Sydney, gue mau ikut, malah gak diajak. Ditolak depannya teman-teman lagi! Gue kesel banget!"

"Lo belum pernah tes Bang Ajie?" tanya Tiar, tampak setengah tak percaya.

Lily menggeleng. "Tes? Tes apaan?"

"Hadeeeuh, dasar bego! Siniin hape lo!" Tanpa menunggu izin Lily, tangan Tiar sudah meraih tas kecil yang diselempangkan di bahu Lily dan merogoh isinya. Tak sampai semenit, Tiar sudah sibuk mencari nomor telepon dari daftar kontak Lily. Lalu berkata tegas, "Katakan lo di mana sekarang ke dia?"

"Cuma itu?"

"Cuma itu!" tegas Tiar.

"Buat apaan?"

Tiar menghembuskan nafas kuat-kuat, "Lo mau tahu perasaan dia yang sebenarnya kan? Biar lo yakin Bang Ajie sayang lo kan?" Lily mengangguk. Tapi masih bingung.

Kembali Tiar menyodorkan ponsel Lily. "Karena itu sekarang... Lo mesti nelepon boss lo itu, katakan lo di mana saat ini!"

Takut-takut Lily meraih ponselnya. Membuka kunci, dan mulai searching kontak. Nama Ajie terlihat paling atas. Wajar saja, hampir tiap hari mereka bicara dan chat. Jemari Lily mulai menekan tombol.

"Halo Mas?" sapa Lily begitu telpon tersambung.

"Hmm ya Li, ada apa?" Suara dingin dan sangat tenang terdengar di ujung telpon. Lily bisa merasakan kalau Ajie masih kesal padanya.

Tiar memberi kode, mata melotot, kedua telunjuknya sibuk menunjuk-nunjuk lantai, memberi isyarat agar Lily segera mengatakan tempat mereka.

"Saya lagi di Kelapa Gading, di mal, Mas!" kata Lily cepat, saat melirik Tiar dan memahami maksud dari gerakan temannya itu.

"Iya, terus?"

Tiba-tiba, ada rasa sakit menusuk terasa di pinggang Lily. Ia menjerit keras sekali. Terdengar membahana dalam mal itu, membuat beberapa orang menatap ingin tahu padanya. Tepat saat Lily menoleh untuk melihat siapa pelaku yang menyebabkan rasa sakit luar biasa itu, ponselnya dirampas. Oleh Tiar. Gadis itu juga tadi yang mencubit pinggang Lily.

Sayup-sayup Lily bisa mendengar suara Ajie memanggilnya melalui ponsel, "Halo? Halo? Li... " Namun Tiar malah memutuskan sambungan telepon itu.

Melihat ponselnya berpindah tangan, Lily berusaha merebutnya kembali. "Yar, balikin naah! Entar Mas Ajie kuatir sama gue. Entar dikira gue kenapa-kenapa. Siniin!"

Boss Galak  & Sekretaris Badung [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang