Eps. 8

7.3K 700 2
                                    

Hari mulai siang.......
Ku terbaring diatas ranjang ku, River masuk dan duduk di hadapanku.
"Ada apa?!"
✓Firasat buruk
"Tentang?"
✓Kau akan segera tau

"Permisi Nona Besar"ucap Pelayan Dai.
"Ada apa?"
"Kotak ini hadiah dari Yang Mulia Raja dan permaisuri, mau di taruh mana?"
"Letakkan saja di atas meja riasku lalu keluarlah"
"Baik Nona"
Setelah menaruh, Ia pun berjalan keluar dan menutup pintu kamarku. Ku dudukkan tubuhku, dan seorang pria masuk, Lin Zhao.

"Ada apa?!"
"Salam Nona Besar Yu Huan, saya membawa berita dari Utara. Komandan Li Tae telah di temukan, ada di lembah Tilatolate bagian selatan hutan Zili"
"Lembah kematian?!"
"Benar Nona, entah dengan teknik apa dia bisa menembus hutan itu dan bersembunyi didalamnya"
✓Bahkan 4 elemen dasar tak dapat digunakan disana
"Aku tau....."
"Nona tau....?"
"Aku sedang bicara dengan River, serigala putih itu"
"Oh, lalu saya harus bagaimana?"
"Aku akan kesana malam ini, kau awasi hutan Zili, Yang Mulia Raja memintaku mengawasi soal penculikan organ dalam anak kecil. Beberapa hari yang lalu, aku keluar ditengah malam, keadaan desa sepi dari biasanya dan aku menemukan River disana, tapi aku tak menemukan tanda-tanda dari bandit itu, bawalah beberapa orang terlatih mu untuk mengawasi hutan Zili!!"
"Baik Nona"
"Tunggu! Perintahkan saja bawahan mu. Kau ikut denganku, lusa kita berangkat"
"Baik Nona, saya permisi"

Lin Zhao beranjak pergi. River masih menatapku lekat.
"Apa?"
✓Mata-mata mu itu, orang yang dapat di percaya
"Iya aku tau"
✓Lindungilah dia, dia akan bermanfaat nantinya
"Hm?!"

"Salam Nona Besar, Nona Yu Hui ingin menemui Anda"
"Tunggu di ruang baca, aku akan......"
"Kak Yu Huan"sapa Yu Hui seketika dengan senyuman termanisnya.
"Kau bisa pergi"ucapku pada pelayan.
"Baik Nona Besar"jawabannya berpaling.
"Ada apa?"
"Apa boleh aku pinjam dapur di rumah kakak?"
"Memang dapur di paviliun mu kenapa?"
"Ibunda permaisuri marah kalau tau aku memasak, dan akan menghukum ku jika melihat ku di dapur"
"Lalu?"
"Di paviliun kak Yu Huan kan tidak ada aturan ketat...."
"Bodoh, disini lebih ketat"
"Iyaa itu karena aturan yang kau buat, bukan aturan dari istana permaisuri ini, apa lagi aturan istana kekaisaran juga melarang semua anggota kerajaan turun langsung ke dapur"
"Lalu?"
"Ijinkan aku meminjam dapur kakak, aku tak akan membuat masalah. Aku hanya ingin memasak, aku janji"ucapnya memohon.
"Baiklah, tapi......"
"Yeyyyy terimakasih kak"ucapnya gembira lantas memelukku. "Aku sudah bawa bahan sendiri dan setelah matang nanti, aku akan memberikannya pada kakak"
"Sudah cepat pergi sana!!"
"Okey, aku pergi"

Langkah keluar yang penuh gembira, anak itu baik, lembut bahkan penyayang. Namun aku punya firasat buruk tentangnya.
Aku beranjak dari kamarku, menuju aula di paviliun Yu Huan milikku. Sepi seperti biasa, seorang pelayan menghampiri ku.

"Salam Nona Besar"
"Ada apa pelayan Dai?"
"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Yang Mulia permaisuri mengirim 7 pengawal dan 15 pelayan untuk Nona"
"Oh, suruh mereka berkumpul di aula ini satu jam lagi"
"Baik Nona, dan karena tidak ada pelayan pribadi Xin Er. Apa saya boleh membersihkan taman belakang? Karna akan di adakan disitu juga latihannya"
"Maksudnya?"
"Nona.....???"
"Ahh iyaa, bersihkan saja. Tapi jangan sentuh atau bahkan memindahkan yang sudah ada, mengerti?!"
"Baik Nona"

Ia segera beranjak pergi. Ku lihat tempat tahta di atas sana, megah dan bernuansa merah hitam. Aku mendekat dan duduk disana, nyaman.
"Jadi ini tempat duduk seorang Ratu?" gumanku geli.

"Humm, gadis ini selalu menyeleksi setiap pengawal dan pelayan sebelum Ia terima. Dan memberikannya pelatihan bela diri sebagai upaya perlindungan ganda, menarik"gumanku dalam hati.

1 jam telah berlalu, ku ganti pakaian ku dengan pakaian pria bernuansa merah dan hitam. Ku ikat rambut hitam merah ku yang panjang dengan hiasan kepala sebagai penanda seorang putri. Setelah selesai bersiap, aku berjalan menuju aula paviliun. Hanya ada pelayan Dai yang mendampingi orang-orang baru itu. Mereka menunduk hormat saat kedatanganku.

"Salam Yang Mulia Nona Besar Yu Huan"

Aku duduk ditempat yang menjadi kebanggaan ku. Ku tatap mereka satu persatu, dan pelayan Dai maju terlebih dahulu.

"Mereka adalah pengawal dan pelayan yang dikirim oleh Yang Mulia permaisuri"
"Bibi Dai, ambil kotak di belakang!"
"Baik Nona"

Ia segera mengambil dibantu beberapa pelayan lain. Dan di letakkan tepat didepan pengawal dan pelayan baru. Pelayan Dai pun membagikan mereka satu persatu buntalan.

"Kenakan itu dan segera menuju taman pelatihan belakang!"tegasku.
"Baik Yang Mulia Nona Besar"

Mereka segera berganti pakaian pria dengan warna serba putih. Tak lama kemudian mereka kembali dihadapan ku.

"Ijin bertanya Yang Mulia Nona Besar"
"Silahkan"
"Apa pantas kami wanita memakai pakaian pria?"
"Lancang!"tegas Pelayan Dai lantas menampar gadis muda itu.
"Maaf..... maafkan saya Yang Mulia, maafkan atas kelancangan saya"ucapnya tersedu-sedu.
"Bibi Dai"panggilku dan dengan syarat untuk menyingkir. Pelayan Dai yang tau pun segera mundur.

Aku berdiri perlahan, dan berjalan langkah perlangkah. Gadis itu masih dalam posisi terduduk. Kini aku berdiri di hadapannya.

"Berdiri!"ucapku dengan nada berat.
"Baik"jawabannya berdiri perlahan.
"Katakan padaku, apa ibunda permaisuri......yang meminta mu untuk jadi pelayan ku?"
"Be.....benar Yang Mulia"jawabannya takut.
"Aku tanya sekali lagi, siapa yang menyuruhmu?!"

Dengan cepat ku ambil pedang dari pinggang kiriku dan....

Srashhhhhhh..........
Darah memancar ke beberapa pelayan baru. Gadis itu seketika mati di hadapanku, teriakan beberapa pelayan baru tampak ketakutan.

"Bibi Dai, periksa mayatnya!"perintah ku Pelayan Dai dan 2 orang pelayan wanita memeriksa mayat gadis tadi.
"Nona, kami menemukan pisau dan juga sebotol serbuk"ucap Pelayan Dai yang memberinya padaku.

Ku genggam pisau itu dengan kuat, dan berubah warna menjadi merah menyala. Ku tersenyum licik sesaat dan pisau itu menjadi abu. Beberapa pelayan baru tampak mundur ketakutan, pelayan Dai masih di sampingku.

"Mundur 10 langkah!!"gertakku. Pelayan Dai langsung mundur dengan cepat, diikuti yang lainnya. "Tutup hidung kalian dan tahan!"
Mereka segera menurut, ku berjongkok disamping mayat tadi. Lantas kubuka botol berisi serbuk itu, kutuang ke kulit mayat gadis tadi, dan sebuah hal yang mengejutkan terjadi.
Kulit yang awalnya mulus menjadi melepuh seketika.
"Itu....?"
"Serbuk Natrium hidroksida, luka lepuhannya lebih parah dari luka bakar dan sel jaringannya akan langsung mati. Bahkan kau menyentuhnya sedikit dapat fatal pada kulitmu"jelasku.

Kututup kembali botol itu dan ku kantongi. Aku beranjak dan kembali duduk di singgasana ku. Ku beri kode pada kepala pelayan Dai agar menyingkirkan mayat pelayan dan membersihkannya.

"Jadi.......apa masih ada yang perlu di tanyakan?!"tegasku dengan nada berat. Mereka hanya menunduk tanpa menjawab dengan ekspresi ketakutan. "Suasana hati ku sedang buruk, kalian istirahat dan besok kita baru mulai"
"Baik Yang Mulia Nona Besar"jawab mereka serentak lantas berpaling.
"Bibi Dai, siapkan air untukku berendam"
"Baik Nona"

Aku segera kembali kekamar untuk berendam dan menghilangkan bau anyir dari darah pelayan tadi.
"Humm minyak mawar dengan aromaterapi, bau yang menyenangkan"ucapku sembari memainkan air.

"Lin Zhao"panggilku.
Dengan sigap seorang masuk dari jendela, dan berhenti dibalik tirai putih yang digunakan sebagai penutup ruang untukku berendam.
"Salam Nona, ada yang Nona perlukan?"
"Aku ingin kau melakukan sesuatu"

Asp : #1 Terbangun dan Menjadi Putri Jahat? [Completed]✓Where stories live. Discover now