Eps. 51

1.9K 270 6
                                    

Beberapa pelayan membantu ku mandi dan mengganti pakaian ku. Kugunakan pakaian bersetelan putih abu-abu dengan jubah merah sebagai pelengkap. Setelah selesai, aku segera berjalan keluar menuju pusat kota sendirian. Dengan menunggangi kuda sendiri, aku mulai memacu laku kuda.

1 jam berlalu dan sampailah aku di pusat kota, seolah aneh karena semua mata menatapku. Karena di kota tak ada satupun gadis yang menunggangi kuda sendiri, dan lebih memilih menaiki kereta kuda. Segera aku berhenti di sebuah taman kota. Ku lihat sekeliling dan mataku berhenti pada beberapa pengawal yang berdiri tak jauh dariku. Segera aku turun dari kuda dan berjalan mendekati mereka sembari menarik kudaku. Mereka yang melihat ku pun segera menunduk hormat.

"Salam Yang Mulia, Yang Mulia Putra Mahkota sudah menunggu Anda. Silakan ikuti Saya"ucapnya menunduk.

Kuberikan tali kuda pada seorang pria lantas Ia membawanya pergi. Aku pun mengikuti pengawal yang menunjukkan jalan untukku. Beberapa pasang mata tampak menatapku takut dan heran. Beberapa diantaranya juga tak menghiraukannya, hingga sampailah aku di sebuah rumah kaca. Pengawal itu segera berhenti dan mempersilahkan aku memasukinya. Ku berjalan menyusuri rumah kaca, dan sampailah di tengah-tengah dari rumah kaca itu. Tersiapkan sebuah meja dengan 2 kursi mewah dan beberapa peralatan mewah lainnya. Namun sosok Putra Mahkota tak kunjung kulihat, kududukkan diriku di salah satu dahan pohon yang cukup besar. Pohon itu seolah mengeluarkan energi unik yang mengalir masuk begitu saja ke tubuhku.
"Ahhh, pohon yang sangat baik"ucapku.

Seekor bangau putih terbang mendekatiku, Ia menunduk padaku seolah sedang memberi hormat padaku.

Seekor bangau putih terbang mendekatiku, Ia menunduk padaku seolah sedang memberi hormat padaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa yang kau lakukan disitu?"tanya Putra Mahkota seketika.
"Hm?"jawabku menoleh.
"Bisakah kau menggunakan pakaian wanita? Dan berhentilah selalu membawa pedang"
"Aku lebih nyaman seperti ini, kenapa kau mencariku?"
"Duduklah disana dan kita akan bicara"

Kuturuti perkataannya. Dan kami pun duduk berhadapan, seorang pelayan menuangkan arak pada kedua gelas kami.

"Sial. Aku tak pandai minum, aku tak tau tubuh gadis ini tahan minum atau tidak" gumanku dalam hati.

"Minumlah"
"Aku dengar kau sakit, tapi kurasa kau baik-baik saja"
"Ahh iyaa, aku sudah lebih baik"
"Ada bau racun yang keluar dari tubuhmu"
"Apa?"
"Apa kau sudah mengetes makanan yang selalu disajikan untukmu?"
"Semua tes makanan lolos, tak ada hal janggal satupun"
"Gejala apa yang kau rasakan selama ini?"
"Aku lebih sering batuk saat terbangun dari tidurku di pagi hari. Kesulitan bernafas dan demam. Aku juga mual serta tekanan darah terus merendah"
"Dan kulitmu yang menjadi kebiru-biruan"
"Benar. Sewaktu itu aku juga mengalami diare yang begitu hebat serta dehidrasi dan halusinasi"
"Apa terdapat darah pada urin?"
"Iya, itu beberapa kali"
"Aku sudah mengerti, bukan melalui makanan. Tetapi melalui udara, gejala diare, dehidrasi dan halusinasi itu diperkirakan ada beberapa makanan yang sudah terkontaminasi dengan racun. Namun dalam dosis rendah dan berkala, dan karena hal itu mencurigakan maka mereka mengganti dengan melalui udara. Dan hal itu juga akan mematikan"
"Lalu---"
"Aku punya satu ide"
"Hm?"

Tak lama kemudian aku pun berpaling pergi meninggalkan Putra Mahkota yang masih terduduk.
"Ahh Yu Huan"
"Hm?"jawabku menoleh.
"Sebenarnya aku bertemu denganmu bukan karena ingin bertanya tentang sakitku. Dalam waktu 1 Minggu akan ada acara penobatan ku menjadi Raja Zitian. Permaisuri ku telah tiada sejak aku menghilang, Ia bunuh diri karena kehilangan ku. Aku-----"
"Salam Yang Mulia Putra Mahkota, Pangeran ke-2 ingin menemui Anda"ucap seorang pengawal.
"Aku akan pergi, sampai jumpa"ucapku berpaling.
"Yu Huan-----"

Aku segera berkuda menjauh dari pusat kota. Dan berhentilah aku di dekat dermaga tempat dimana pertama kali aku bertemu dengan Louis Harrison, si pria berambut pirang kekuningan dengan mata hijau. Mataku mencari keberadaannya, namun tak kunjung melihat sosoknya. Hingga pandanganku berhenti pada seorang yang berdiri tak jauh dariku. Kulihat Ia sedang berbincang dengan beberapa temannya, dan sesekali tertawa.

Langkah ku berjalan mendekat sembari menarik kudaku. Spontan mereka pun segera menunduk hormat padaku dengan ekspresi yang berganti menjadi takut.
"Salam Yang Mulia"ucap mereka.
"Ahh? Ya-Yang Mulia Nona Besar"ucap pria itu terkejut lantas ikut menunduk.
"Louis, apa kau ada waktu?"tanyaku dengan senyuman termanis ku.
"Ah ten-tentu Yang Mulia"
"Apa kau bisa menjaga kudaku?"ucapku pada seorang pria.
"Tentu saja Yang Mulia dengan rasa hormat"
"Baguslah, dan kau ikut denganku"ucapku menarik tangan Louis.

Beberapa prajurit lainnya tampak menatap bingung dan terheran. Louis terus ku tarik dan menjauh dari mereka, kulirik sebentar dirinya. Ia menggunakan armor biru dominan putih, tampak begitu gagah dan tampan. Kami pun berjalan beriringan, hingga tibalah kami di pasar kota.
"Apa kau sudah makan?"tanyaku.
"Ah itu-----sebenarnya belum"
"Bagus, kita akan makan----"
"Bukankah seharusnya pria yang mengajak?"
"Hm?"
"Yahhh aku tak bisa mengajak makan di tempat mewah, jadi apa kau mau makan denganku? Di tempat yang sederhana dan----"
"Tentu"jawabku sembari tersenyum riang.
"Hm?"

Blushhhh.......
Wajah Louis memerah seketika.
"Jadi dimana?"tanyaku.
"Ahh iya"

Kami pun berjalan menuju pinggiran kota cukup lama dan kami pun sampai. Sebuah restoran kecil namun terlihat bersih dan terawat. Banyak pelanggan berdatangan dan suasana begitu ramai.
"Whoa, restoran sederhana ini------lebih ramai dari yang lainnya"ucapku.
"Tentu saja, mereka menyajikan daging dengan rasa yang sungguh berbeda"
"Benarkah?"
"Em! Dan yahhh, lebih murah juga"
"Kita harus mencobanya"

Segera aku menariknya untuk masuk, beberapa orang tampak sedang mengantri pesanan mereka. Melihat ku yang datang membuat mereka menunduk hormat dengan ketakutan.
"Sa-salam Yang Mulia Jendral Tianlu"
"Si-silahkan Anda memesan terlebih dahulu"

"Ahh tidak, aku datang paling akhir. Jadi aku akan ikut mengantri"ucapku tersenyum riang.
"To--tolong Yang Mulia, silahkan Anda duluan" ucap mereka spontan bersujud takut.

"Ada apa dengan mereka?"
"Aku akan menjelaskannya setelah kita selesai memesan"jawab Louis.

Louis segera memesan makanan utama pada menu dan kami pun duduk dilantai atas restoran itu. Memilih tempat yang agak terpisah dari keramaian orang-orang, kini aku duduk di balkon sembari melihat orang berlalu-lalang dibawah.
Makanan pun segera tersaji dengan cepat. 2 piring daging barbeque berukuran besar. Segera aku mulai memotong dan melahapnya.
"Aku berusaha baik, tapi kenapa mereka justru semakin takut padaku?"
"Ahh Nona lebih baik jangan tersenyum dengan lebar"
"Eh? Apa itu salah?"
"Ah tentu tidak. Nona Besar terkenal dengan sebutan Gadis Tiran, semua orang tau ekspresi dingin dari Nona. Jika Nona Besar memperlihatkan ekspresi yang berbeda, itu menjadi pertanda buruk bagi nyawa mereka"
"Apa maksudmu seperti halnya aku tersenyum licik?"
"Benar. Dari yang saya dengar, ketika ekspresi Nona Besar dingin maka semua hal masih bisa diatasi. Jika Nona Besar tersenyum sedikit saja hal itu sudah dianggap mengancam nyawa orang lain"
"Kegilaan macam apa itu. Aku tersenyum karena menunjukkan rasa senang"
"Ah saya mengerti, tapi beda halnya dengan mereka"
"Apa itu berarti------aku------dilarang untuk tersenyum?"tanyaku murung sembari mengunyah perlahan. "Hm?"

Entah sejak kapan Louis telah berjongkok disampingku, mata lembutnya menatapku dengan lekat dan tangan kanannya membersihkan noda makanan di samping bibir kiriku.
"Tentu tidak"jawabnya lembut.
"Hm?"tanyaku sembari menatapnya lekat. Mata kami pun saling bertatapan dengan lekat.
"Senyuman mu itu-------aku sangat suka" ucapnya lembut dengan senyuman tampannya.

"Ehemm. Ahhh daging ini sangat enak" ucapku mengalihkan perhatian.

Kulirik Louis tersenyum tipis melihat tingkahku. Ia segera bangkit dan kembali duduk ditempatnya semula. Kami pun menyantap hidangan itu dengan suasana hening dan canggung. Sesekali aku meliriknya, dan Ia juga demikian membuat kami bertatapan sejenak dan salah tingkah.

Jangan lupa vote dan komennya ya gaes ❣️
Aku butuh dukungan kalian 🤗

Asp : #1 Terbangun dan Menjadi Putri Jahat? [Completed]✓Where stories live. Discover now