Langkah Jihyun terhenti saat merasakan tubuh sang kakak yang membeku dibelakangnya. Tarikan tangannya tertahan karena memang Jimin menghentikan langkahnya. Jihyun hampir saja berteriak panik melihat sosok Jimin yang tiba-tiba saja memejamkan matanya dan mengeram seakan menahan sakit. Dahinya mengerut dengan tangan yang sesekali menarik rambutnya pelan.
"Hyung! Kau baik-baik saja?"
"Jimin hyung!"
"Park Jimin! Ayo berjalan lebih cepat lagi."
"Hey, ayo cepat! Mataharinya sebentar lagi tenggelam."
"Hyung, lihatlah. Warna langitnya benar-benar indah."
"Disaat seperti ini, bukankah Min-PD kita akan mendapatkan inspirasi lagunya?"
"Ahh... kurasa title album kita benar-benar terealisasikan."
"This is the real most beautiful moment in life."
"Oww Jungkooks! Kau sudah bisa bahasa inggris, eoh!"
Air mata itu tanpa terasa mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya. Tangan yang semula menarik kecil rambutnya kini beralih menangkup wajahnya. Ada rasa sakit yang menjalari hatinya, ada rasa rindu yang seakan menyesakan dadanya. Suara-suara itu terus saja terngiang bersahutan memenuhi kepalanya.
"Jihyun-ah..."
"Hyung, kau baik-baik saja?" Jihyun kentara cemas menatap sang kakak yang tiba-tiba menangis hebat dihadapannya. Mulai merasa menyesali perbuatannya namun melihat raut wajah Jimin yang sudah dua tahun ini tak pernah ia lihat, seakan membuat sesuatu membuncah dalam dirinya.
"Dimana mereka?"
***
"Pulang kemana lagi yang kau maksud? Bukankah ini juga rumahmu? Ini tempatmu."
Jungkook mengernyit pelan merasakan denyutan pada kepalanya. Samar telinganya menangkap suara sang manager yang sepertinya sedang berbicara pada seseorang. Tangannya terangkat berniat menyingkirkan sesuatu yang menghalangi sedikit pandangannya. Kulitnya bisa merasakan sensasi dingin dari benda yang ia duga berupa handuk kecil didahinya itu.
"Tidak lagi, hyung." Hingga saat suara itu terdengar tubuhnya seketika membeku. Darahnya berdesir merasakan detakan jantung yang tiba-tiba saja menghentak cepat.
"Aku-"
"Apa tidak cukup bagi kalian menghukumnya dua tahun ini? Apa benar-benar tidak cukup?"
"JAWAB AKU KIM SEOKJIN!"
Sesaat ia menahan nafasnya terkejut mendengar bentakan Sejin, namun tak lama hatinya kembali mencelos saat justru kini ia mendengar suara derap langkah menjauh. Suara bantingan barang yang tak Jungkook tahu mengiringi kepergiannya. Refleks ia kembali menutup rapat kedua matanya. Bersikap seolah ia belum sadar dan tak mengetahui apapun yang terjadi.
Meski sejatinya, jika ia diizinkan memilih, Jungkook hanya ingin tidak perlu lagi membuka matanya untuk selamanya.
***
Jimin kembali duduk termenung di sudut kamarnya setelah puas menangis hampir seharian ini. Ibu dan ayahnya bahkan sudah silih berganti mengecek kondisinya bahkan tak jarang Jihyun berteriak akan mendobrak pintu kamarnya saja jika Jimin masih tak membuka pintu atau setidaknya menjawab panggilan mereka.
Jimin sadar ia salah. Tapi kali ini saja biarkan Jimin tenggelam dalam rasa sakit yang akhirnya menguar bersama memorinya yang akhirnya kembali. Sepulang dari pantai itu Jimin mengurung dirinya. Mengobrak abrik sisi lemari yang selama ini tak pernah berani ia buka karena sang ibu melarangnya.
Namun kini ia tahu, apa yang sejatinya tersembunyi dalam tumpukan kotak box itu adalah segelintir memori yang berusaha ia ingat selama ini.
Kalian tahu? Dua tahun ini sejatinya Jimin tak bisa hidup dengan baik. Setahun pertama ia bahkan hanya bisa berdiam diri dirumah karena tak sedikitpun berani menginjakan kakinya pada daerah rumahnya yang terasa asing. Jika ditanyakan, ia bahkan sempat tak berhasil mengingat hingga kedua orang tuanya sendiri.
Setahun berlalu akhirnya ingatan-ingatan itu mulai kembali dengan sendirinya. Terbangun oleh suara alarm yang tak pernah berubah semenjak sekolah menengah pertamanya atau dengan aroma harum masakan sang ibu. Akhirnya kenangan yang sempat menghilang itu berhasil Jimin ingat kembali.
Satu waktu sang adik tak sengaja memperdengarkan sebuah lagu pada Jimin. Sejujurnya sangat tak asing terlebih iapun mendengar suaranya sendiri dalam lagu itu. Namun tak lama, serangan sakit pada kepalanya yang sudah lama tak terasa justru kembali menyapa. Bahkan lebih sakit daripada saat dulu ia memaksakan mengingat sosok-sosok yang menangis dihadapannya saat ia baru saja terbangun dari masa kritisnya.
Nafasnya memburu, kelebat bayangan kacau justru membuat tubuhnya melemas hingga berakhir tak sadarkan diri dua hari lamanya. Semenjak hari itu, tak ada satupun orang berani mengungkit memorinya yang hilang.
Sosoknya kembali mencoba merangkai kembali hidupnya. Mempelajari beberapa hal yang bisa ia jadikan sebagai bekal dan akhirnya memilih membantu sang ayah untuk mengelola cafenya. Jimin berusaha sebaik mungkin mencoba menjalani hidupnya lagi tanpa memaksakan memori lama itu kembali. Ia tahu bahkan sang ayah rela merubah beberapa interior cafenya karena sempat memajang beberapa benda kenangan Jimin dulu.
Kembali pada masa hari ini. Hari dimana akhirnya Jimin kembali mengingat keenam sosok yang selama ini ternyata menjadi penyebab utama rasa kosong dan hampa yang ia rasakan. Setelah akhirnya mendengar semua penjelasan Jihyun mengenai beberapa kabar yang sang adik ketahui mengenai sahabat-sahabatnya, Jimin justru terhempas dalam jurang sakit rasa bersalah.
Ia mengingat malam itu. Bahkan masih sangat jelas bayangnya ia rasakan saat ia berteriak keras berusaha memperingati Hoseok yang saat itu duduk dibangku pengemudi disampingnya. Sayang... nyatanya mereka memang tak bisa menghindari kejadian nahas itu. Dan kini, setelah semua kembali pada kepalanya, justru kata terlambat seakan mendorong kuat seluruh kenyataan pahit itu pada hidupnya.
"Sejujurnya aku tidak tahu pastinya hyung. Tapi, kini sudah tidak ada lagi nama BTS. Taehyung hyung dan Seokjin hyung mereka kini sudah menjadi aktor. Bahkan Taehyung hyung baru saja melakukan debutnya pada film layar lebar. Untuk Namjoon hyung, ku dengar ia kini sudah debut dan menetap di Amerika sebagai producer. Yoongi hyung juga menjadi producer meski masih sering melakukan collab bersama beberapa penyanyi. Semuanya masih berada dibawah naungan BigHit kecuali Namjoon hyung. Dan... untuk Jungkook... ia juga melakukan debut solo sebagai seorang penyanyi ballad."
"Lalu Hoseok hyung? Bagaimana dengan Hoseok hyung?"
Jimin merasakan aliran nafasnya terhenti saat itu juga ketika mendengar dengan jelas Jihyun berucap, "Aku tidak tahu pasti. Tapi terakhir kudengar, Hoseok hyung masih belum sadar dari komanya setelah kejadian itu."
-TBC-
Yeorobuuunnnn lama sekali diri ini menghilang rupanya hikseu
Maafkan atas kekacauan ini karena sejatinya selama ini Jii kelimpungan laptop Jii error sedangkan draft ada disana semua :"
Jadi, sudahlah cukup sekian. Jii rindu kaliaaannnn
-Terima kasih telah membaca dan mendukung universe ini-
Deep Bow
Big Borahae
Dengan Penuh Cinta Bangtan
-Jiraa-
YOU ARE READING
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 4
Start from the beginning
