"Kau mau jalan-jalan?" David tidak menjawab justru berbalik tanya.

"Aku-"

"Kau tidak perlu khawatir," David menyela Ara, bergerak dan memeluk Ara dari samping. Mengalungkan sebelah lengannya pada bahu dan leher gadis itu. "Malam ini kau milikku."

"Apa kau bilang!" Ujar gadis itu sambil menyikut perut David, dan hanya mendapat senyum misterius dari pria itu sebagai balasan.

"Ayok kita pergi ."

===ooo===

"Kau mau membawaku kemana lagi?" Ara lagi-lagi melempar pertanyaan. Gadis itu sedang memasang seatbelt. Lalu menatap David yang sudah melajukan mobil berwarna silver-nya.

"Kau mau kemana? Ke apartemenku, ke rumahmu, atau ke hotel?"

Wajah Ara memerah hingga telinga. Kenapa pria ini selalu bicara sesuatu hal yang menjurus pada hal-hal yang membuatnya merasa tegang?!

"David, aku serius." tepat saat mengatakan hal itu Ara merasa setetes keringat meluncur di punggungnya.

David lagi-lagi hanya tersenyum. Dia suka sekali menggoda istrinya. "Aku bercanda. Aku hanya akan membawamu jalan-jalan. Kau mau kemana, pasar malam atau mungkin kau mau mengunjungi suatu tempat?"

Diam, Ara sedang berpikir. Menimbang sesuatu. Dan dia menjatuhkan pilihan taman bermain yang tidak jauh dari area rumah ini. "Aku ingin kesana."

Setelah beberapa menit..

"Apa kau selalu menghabiskan waktu disini?" David bertanya sambil mengekor di belakang Ara. Gadis itu tersenyum menatap pada langit malam.

"Ya, jika aku ingin sendiri. Aku sering menghabiskan waktu disini untuk merenung." Ara menoleh, menatap David yang berdiri di sampingnya. Ikut melihat pemandangan malam. David berbalik, menyenderkan tubuhnya pada pagar pembatas. Menatap langit malam. Mengekspos leher dan garis rahangnya yang tegas.

Ara diam di tempat. Mengais udara yang tiba-tiba hilang entah kemana, padahal angin berhembus cukup kencang untuk sekedar melambaikan anak rambutnya. Kedua bola matanya ikut bergerak mengikuti gestur tubuh David yang berdiri tegak bingung namun masih membawa -dan mungkin lebih parah- efek bagi kewarasannya.

Tangan David terangkat, menyatukan seluruh rambut Ara. Mengumpulkannya menjadi satu.

"Apa yang kau lakukan?" Ara ikut memegangi rambutnya yang siap dikucir. Memperhatikan David yang mengambil sesuatu yang tergantung disaku celana belakang jeans-nya. Sebuah mini scraft berbahan sifon berwarna putih entah dengan print apa, Ara tidak terlalu memperhatikannya. David dengan telaten mengikat rambutnya, dengan posisi seolah David sedang memeluknya.

David mencebikkan bibirnya, berkacak pinggang mengamati penampilan Ara. "Aku lebih suka rambutmu terikat. Membuat lehermu yang jenjang itu terekspos." David tergelak saat melihat wajah Ara memerah sekaligus kesal.

"Berhenti menggodaku!"

"Kemarilah." kedua tangan David terulur. Ingin memeluk istrinya.

"Tidak mau."

"Kubilang kemari."

"Kubilang tidak-"

My Teacher is My HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt