PART 41

4.1K 133 10
                                    

Ketika malam, saat gadis  yang akan memasuki awal seper lima abat tersenyum tolol, menatap ponselnya. Bibirnya tidak berhenti mengumbar senyum. Karena demi cintanya yang sering goyang, namun selalu berhasil direbut kembali dengan cara yang begitu sederhana. Pria itu kelewat manis di matanya.

Masih di atas sofa ruang tengah. Meringkuk lucu sambil memeluk bantal. Dia tidak berhenti  memuji betapa pria idolanya terlihat begitu tampan dan manis ketika tertawa. Membuat hatinya sangat bahagia.

"Kenapa kau begitu manis? Kenapa kau semakin bertambah tampan dari hari ke hari?" Masih saja dengan senyuman yang merekah.

Lalu disisi lainnya tampak pria  dengan setelan kemeja berdiri angkuh menatap si gadis dengan kening mengerut. Bertanya-tanya sekiranya apa yang membuat istrinya sampai berbuat konyol seperti itu.
Ah, ada. Ia baru ingat jika ada satu hal yang dapat membuat istrinya itu sebegitu konyol dan menyebabkan.

"Sudah ku duga."  Pria itu berkata setelah iku duduk di belakang istrinya untuk mengintip layar ponsel.

"Berhenti tersenyum bodoh seperti itu. Kau bisa dianggap gila jika ada yang melihatnya."

Dan tepat setelah acara live streamingnya selesai. Kepalanya menoleh diikuti tubuhnya yang berbalik menatap suaminya. Dengan senyum yang setia disana.

"Tapi tidak ada orang lain selain kau disini. Jadi aku tidak perlu khawatir." Dia menimpali dengan kekehan diujung kalimaya.
Menyadarkan kepalanya dilengan berotot suaminya.

David pria yang berstatus suaminya Ara mendecih jengah. "Maksudmu kau tidak kwartir jika aku menganggamum gila?"

Ara menggeleng ringan. "Kau kan juga gila. Jadi kita sama-sama gila, itu impas."

"Aku waras, maaf saja."

Yang kemudian dibalas decakan kesal dari Ara yang langsung memungungu David. "Ya, ya. Orang waras sepertimu untuk apa mau menikahi manusia gila seperti aku. Pergi sana."

Disinilah David menghela nafas. Beberapa hari ini istrinya memang sangat sensitif. Gadis itu mudah tersinggung. Contohnya ketika terlambat untuk menjemput Ara yang pulang kuliah, dan berakhir dengan perdebatan. Dan baru'berakhir setelah dia mengatakan maaf.

" Kenapa kau akhir-akhir ini sering merajuk? Kalau aku salah katakan saja." Lengannya dilingkarkan untuk memeluk istrinya yang tampa aba-aba, malah mendapat pukulan pada  punggung tangannya.

"Menjauh! Jangan biarkan lengan mu memeluk gadis gila sepertiku, atau ceraikan saya aku."

"Aku tidak akan pernah melakukannya, bodoh"

"Aku heran, kenapa aku mau mempercayai ucapan manismu itu. Dasar omong kosong"

David mendekat, menarik Ara dengan seenaknya. Mengecupi kepala istrinya  yang mengembangkan ini.  Meski Ara coba untuk berontak, tapi dia tidak peduli dan justru memeluk tubuh mungilnya erat. "Kan kau sendiri yang bilang mau jadi istriku baby."

"Tidak dengar! Tidak dengar! Tidak dengar!"  Kedua tangannya menutupi telinganya sendiri.

Yang meskipun begitu, David bukannya kesal tapi justru semakin gemas. Dia kemudian memberikan kecupan beruntun di bibir istrinya ini agar berhenti mengoceh. Dan tepat pada kecupan ke tuju belas Ara menahan pria itu agar tidak mendekat.

"Apa-apaan?!" Tanyanya sengit, walaupun rona merah di pipinya tadak mau diajak kompromi.

David beralih membuat dirinya Dan Ara berhadapan. Satu tangannya mengelus wajah manis itu. "Sepertinya aku memang jauh lebih gila darimu, karena bisa sampai mencintai gadis gila sepertimu."

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now