Part 40

5K 147 8
                                    

Hari berlalu Minggu. Sebulan sudah terlewati sejak mereka memutuskan untuk tinggal bersama.

"Seharusnya aku tidak datang lebih cepat. Kapan dia bisa on time?" Gadis ralat wanita itu mendecak setelah setengah jam berlalu. Duduk di halte dekat kampus sendirian  seperti orang tolol. Dia menunggu suaminya. Iya, suami yang yg beberapa bulanya yang sungguh luar biasa sepesial. Dari kisah mereka yang masih pacaran dan sekarang menikah. Masalah-masalah yang mereka lalui.

Okay, lupakan saja. Mengingatnya membuat Ara memijit pelipisnya pelan. Dia berjalan meninggalkan halte karena merasa hari sudah mulai sore.
Sudah pukul lima kurang seperempat dan langit mulai mendung.

Dia hanya tidak mau kehujanan, walaupun sebenarnya dia ingin bermain hujan-hujanan. Tidak, dia tidak ingin mengambil resiko dengan mendengar ocehan suaminya, yang kelewat overprotektif dari ibunya yang selalu cerewet tentang mengingatkan  makan, karena memang dirinya memiliki riwayat maagh lumayan parah yang membuatnya pusing atau mual jika sampai terlambat makan.
Lima puluh meter menjauh dari halte ponselnya berdering, tanpa dia lihat dia sudah tau dari siapa panggilan itu. Yaa itu suami terbrengsek yang super tampan.

Tin! Tin!

Ara tetap berjalan santai tanpa berniat melirik mobil yang berjalan pelan mengiringinya.
Mobil hitam itu berhenti  begitu tidak mendapat respon dari si perjalan kaki. David keluar dengan kemeja putih dan celana hitam kain. Serta snerker senada dengan bajunya.
Simpel tapi tidak mengurangi kadar ketampanan suaminya.

"Selamat sore nona?" Sapanya dengan senyum yang begitu lebar.

Ara berdiri bersedekap dengan mata memicing tajam. "Maaf, siapa?"

David menggigit tepi bibir bawahnya menahan senyuman. Tubuhnya tadi merunduk untuk menyamakan  tinggi perlahan menegap. Kedua tangannya tersimpan disaku celananya, mencoba mengikuti permainan istrinya.
"Kalau begitu mari kita berkenalan, aku David dan kau?"

Satu alis Ara terangkat begitu tinggi. Dia mau melihat sampai dimana suaminya ini akan mengikuti permainannya.
"Kau bisa memanggilku
Ara"

Jika dia bukan suaminya,   Ara sudah pastikan bahwa pria ini akan mengalami patah tulang! Tipe perayu ulung yang gemar menebar pesona. Kepalanya mengangguk, tersenyum meremehkan. Lalu dia mengulurkan tangan. Dan sedetik setelahnya Ara ingin mengumpat. Seharusnya dia tau bahwa suaminya ini suka bermain curang.

David menarik Ara mendekat ketika wanita itu mengulurkan tangan untuk membalas jabat tangannya.
Satu tangan yang lain meraih pinggang agar Ara semakin merapat padanya.  Kepalanya merunduk menatap hazel itu penuh minat.
Terlihat sekali bahwa istrinya ini gugup dan terkejut sekali. Dia sangat suka menggoda Ara. Istrinya ini akan menahan nafas, berkedip cepat, matanya membulat, pipinya akan memerah, sangat lucu dan dia tidak akan melewatkannya.

Ketika hidung mereka menempel satu sama lain. Entah kapan Ara terlalu sibuk dengan detak jantungnya yang selalu tidak bisa dikontrol saat berdekatan dengan David. Pria itu menyeringai  dengan sorot mata lapar. Oh dia lupa bilang kalau sejak malam itu, entah kenapa David berubah jadi lebih mesum.

"Kapan terakhir kita bertemu?"  Tanya David dengan nada rendah didepan bibir istrinya yang masih termangu gugup.

"Ta_di pagi Ke_kenapa?" Jawab Ara patah-patah, tubuhnya semakin terasa aneh ketika pinggangnya semakin ditarik. Mendekat untuk menghapus jarak. Membuatnya menahan mati-matian agar tidak bergerak dan mengecup bibir suamimu ini.

"Benarkah? Tapi kenapa kau bahkan lebih cantik dari terakhir kulihat?"

Tidak usah bertanya, wajah Ara semakin memerah parah. Di tambah kecupan tiga detik yang mendarat di keningnya. David, brengsek!! Ketika sudah sadar Ara sudah duduk manis di bangku  penumpang mobil milik David.

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now