part 3

27.4K 835 7
                                    

Tok…

tok…

"Ya, silahkan masuk!" kata Bu Apri. Ara lalu masuk ke dalam ruangan BK dan segera membungkukkan badan.

"Ah, kau pasti telat pada saat pelajaran Pak Candra kan?, seharian ini yang ku tangani adalah muridnya yang terlambat, aku tahu apa yang kau butuhkan, tunggu sebentar!" dilihatnya guru itu sedang mengambil surat ijin dan menulis sesuatu di kertas ijin itu.

"Sebutkan nama dan kelas!" perintah gurunya dengan sedikit sebal.

"Ah, Rafailah Inayah Ulfah, kelas 12B, Bu!" jawab Ara.

"Baiklah bawa ini dan kembalilah ke kelasmu dan jangan lagi terlambat, membuatku susah saja!" kata gurunya dengan menyerahkan sebuah surat ijin.

"Baik, permisi, Bu." sambil mengambil surat ijin yang diberikan Apri.

Satu peraturan lagi bahwa setelah siswa mendapat ijin BK, murid harus menunggu pelajaran hingga habis baru bisa memberikan surat ijin.

Melelahkan sekali bagi Ara harus berdiri disamping pintu dan terkadang mondar mandir sekedar menghilangkan rasa bosan.

Bel pun berbunyi dan seluruh penghuni kelas bersorak riang, ya, saat ini jam pelajaran berakhir dan seluruh penjuru sekolah bersiap pulang, bahkan ada yang keluar kelas terlebih dahulu. Setelah semua penghuni dikelas pulang dan kelas mulai sepi barulah Ara dapat masuk ke kelasnya.

Ara bermaksud memberikan surat ijin kepada kekasihnya yang sangat-sangat menyebalkan, tapi diacuhkan begitu saja.

Tak mau menyerah Ara mengikuti gurunya itu sampai keruangannya bahkan kedepan meja gurunya.

"Pak David, ini surat ijinku dan mohon ijinkan saya agar minggu depan dapat mengikuti pelajaran anda lagi." ucap Ara tulus dengan tertunduk. Sedangkan David hanya tersenyum tipis melihat kekasihnya yang kini sedang tertunduk menyesal.

Diterimalah surat ijin Ara dan menyuruh Ara segera pulang.
Ara kemudian pamit pergi dari hadapan David untuk segera kembali ke kelas, mengambil tasnya yang tertinggal.

Tapi langkahnya terhenti ketika David memanggil namanya lagi.

"Ara?" Panggil David.

Ara menoleh dan matanya menuju kearah suara yang memanggilnya.

"Ah, i-iya ada apa lagi Pak." jawab Ara dengan masih menunduk.

Butuh waktu yang lama bagi Ara untuk membiasakan dirinya berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut David.

"Ini buku yang kau pinjam dari perpustakaan, kan? Fahmi menitipkan padaku, dia bilang kau tadi menjatuhkannya." kata David sambil menyerahkan sebuah buku tebal yang berwarna merah muda itu pada Ara.

Ara menerima buku itu, dengan tangan gemetar.

"Te_rimakasih, Pak." kata  Ara, sedangkan gurunya- David, menanggapi dengan senyum menawan yang membuat Ara makin menundukkan wajahnya dalam kerena gugup.

Setelah itu Ara berlalu dari hadapan gurunya.

Ah tentang guru yang bernama Fahmi, dia adalah salah satu sahabat David. Bahkan Fahmi termasuk orang yang mengetahui tentang hubungan mereka, bahkan sebagian sahabat Fahmi sangat mendukung.

.

.

.

David melangkahkan kakinya menuju gerbang utama pintu masuk dan keluar, dengan terburu-buru.

Ara yang berjalan lambat terkejut ketika seseorang menarik tangannya mengikuti langkah orang yang menarik tangannya.

"Kau mau kemana? Ara?"  Tanya David sambil berjalan disamping Ara.

"Tentu saja aku akan pulang sekarang" jawab Ara, ketus. Tentu saja dirinya masih marah karena hukuman dari David hari ini.

"Pulang denganku? Bagaimana?" Tawar David, kini mereka tengah berjalan beriringan menuju parkiran.

Tangan gadis itu tidak lepas dari genggaman kekasihnya, akhir-akhir ini mereka menang jarang pulang bersama. Mengingat David memiliki jadwal untuk memberi jam tambahan pada sebagian murid.

"Tapi bukanya, kau masih memiliki jadwal tambahan mengajar hati ini?" Tanya Ara mengingatkan.

"Hari ini mereka meminta libur." Mendengar jawaban dari David tentu saja membuat Ara sedikit senang, seperti hari ini dirinya memiliki banyak waktu untuk bersama David.

"Aku ingin membeli cake." Pintar Ara, yang langsung mendapat anggukan persetujuan  dari David.

"Baiklah, sekarang cepat masuklah" perintah David setelah membukakan pintu untuk Ara.

Tampa perlu banyak bicara Ara menuruti apa yang David perintahkan padanya.
.

.

.

Hening, itu yang dirasakan mereka saat dalam perjalanan, tidak ada yang berinisiatif memecah keheningan itu, mereka terlalu asik larut dalam pemikiran masing-masing.

Sampai ditempat tujuan, David segera menghentikan mobilnya diparkiran sebuah toko kue.

Dengan segera David keluar dari mobil dan segera membukakan pintu untuk Ara. Mereka lalu bergandengan tangan memasuki toko kue kesukaan Ara.

                 




.

.

.

To be continued

Maaf ya kalau alur nya,engak urut .
Atau kependek an,
Mohon maaf, harap di maklum i.
jangan lupa vote dan comen nya a.
karena itu sangat bermanfaat dan berguna bagi saya

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now