part 2

29.5K 968 14
                                    

Tett

Tett

Tett
Suara bel berbunyi tanda, jam pelajaran pertama akan segera dimulai.

Seperti biasa suasana kelas akan ramai, dan rusuh. Rupanya guru pengajar mereka akan terlambat. Siapa kalau bukan Pak Candra, guru yang terkenal karena sering terlambat dan akan datang saat bel pembelajaran akan berakhir.

Setelah 15 menit berlalu dengan percuma, Pak Candra datang dengan muka yang biasa-biasa saja. Dan seperti biasa, semua murid akan diam. Mereka akan berubah berbeda dengan sebelum guru mereka datang.

"Pak Candra kenapa terlambat?" Tanya salah satu murid.

Pak Candra hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan sedikit tersenyum malu.

"Ah... Saya tahu pak. Pak Candra pasti tersesat diperjalanan, yang namanya kehidupan." Kata siswa yang lain,
Yang langsung mendapat tawa seisi kelas.

"Yaps. Benar sekali! Baik sekarang kita mulai pembelajaran, kuluarkan buku kalian!" Kata pak Candra mengalihkan pembicaraan.

Ara sampai hafal dengan situasi kelasnya yang gaduh, terutama dengan kejadian barusan terjadi.

Tett...

Tettt..

Tett..

Bel istirahat berbunyi, para murid berhamburan menuju kantin, tapi tidak dengan Ara. Dirinya sedang tidak mood untuk sekedar makan siang dan  mengisi perutnya.

Ara beranjak dari kursinya, dan segera melangkah menuju perpustakaan sekolah. Tentu saja untuk mencari buku yang menarik perhatiannya.

Saat melewati Ruang Guru, dilihatnya David yang sedang duduk tempatnya. Meja David berada tepat disebelah jendela, dekat jendela merupakan tempat favorit gurunya itu. Ara tersenyum  sendiri melihat gurunya itu, sangat serius memeriksa lembaran kertas ulangan para siswa, yang ada diatas mejanya.

Bahkan dirinya sampai lupa dengan tujuan awalnya yang ingin pergi keperpustakan, dia lalu menunduk dan mengerucutkan bibirnya lalu meninggalkan tempat itu, bergegas menuju perpustakaan.

Tak butuh waktu lama bagi Ara untuk mencari buku novel yang menarik baginya, langsung saja Ara mengambil buku yang lumayan tebal itu membawanya  menuju ke petugas yang menjaga perpustakaan.

Tett

Tett

Tett

Bel pelajaran berbunyi, Ara segera bergegas menuju kelasnya, karena David akan masuk ke ruangannya. Ditambah David, termasuk guru yang disiplin  tidak pernah berbaik hati kepada muridnya yang terlambat di jam  pelajarannya dengan alasan apapun itu, tidak terkecuali Ara sendiri.

Ara tergopoh-gopoh menuju kelasnya, ditambah dirinya yang sedang menenteng novel yang dipinjamnya tadi dari perpustakaan.

Brukkkss

Srakk

Suara buku, dan tumpukan kertas yang terjatuh. Ara membelakan kedua matanya, saat melihat banyak kertas yang berhamburan.

Sedangkan posisi Ara saat ini tertunduk, karena bertubrukan dengan seseorang.
Dengan cekatan Ara mengambil kertas-kertas  yang berserakan, dilihatnya ada tangan kekar yang ikut membantunya mengumpulkan kertas-kertas itu.

Tapi sepertinya Ara, tampak familiar dengan tangan itu.

"Pak Fahmi."

Fahmi hanya tersenyum menanggapi Ara dengan ikut mengambil kertas-kertas yang masih ada dilantai.

"Maaf, Pak Fahmi." Kata Ara meminta maaf.

"Tidak masalah, Ara." Jawab Fahmi

Setelah berhasil menumpuk dan menata kembali lembaran yang dibawa Fahmi, Ara bermaksud menjadikan satu dengan lembar yang berhasil diperoleh gurunya itu kemudian langsung kabur, hingga lupa dengan novelnya.

Ara sangat gugup, dia terlambat masuk kelas karena insiden tadi, dia hanya berani berdiri didepan pintu kelasnya tanpa berani mengetuk pintu yang tertutup.

"Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?" tanya Ara dalam hati.
Dengan keberanian yang entah didapatnya dari mana, Ara mengetuk pintu kelasnya ditelannya liur gugup yang susah masuk kedalam rongga mulutnya.

"Masuk!" ujar suara berat, dingin dan menusuk milik David yang membuat bulu kuduk Ara berdiri dan mengalirkan keringat dingin.

"Benar-benar menyebalkan!" Ucap Ara.

"Pak, maaf saya terlambat!" kata Ara dengan menunduk. Teman-temannya memandang ngeri guru yang sekarang mengajar.

"Kau tahu peraturan dan hukuman yang kubuat untuk murid yang terlambat?" tanya David yang semakin membuat Ara bergidik.

"I… iya, Pak." jawab Ara disertai mengangguk.
"Kalau begitu keluarlah dan serahkan surat ijinmu untuk masuk ke kelasku minggu depan!" usir David pada Ara yang menatap tajam pada gurunya.
kemudian menunduk kembali dan menuju ke luar kelas

.

.

.

To be continued

My Teacher is My HusbandOnde histórias criam vida. Descubra agora