Part 28

8.9K 253 0
                                    


David memutuskan untuk duduk di hadapan Ara dan menaruh lembaran kertas itu disampingnya. Kini tangannya sedang mengetuk-ngetuk pelan kepala Ara dengan pensil yang tergeletak di dekatnya dan bergumam pelan, "a log a=1, jika log nya berbeda maka harus di sama kan dulu."

Ara menengadahkan kepalanya dengan ekspresi bingung, "Hah? ".

David mendecak sebal dan menyentil dahi Ara dengan agak kencang, "Memori otakmu sudah penuh oleh EXO ya? Bahkan untuk mengingat rumus saja, kau masih kebingungan seperti ini. Ya~! Mulai sekarang, buang segala hal tentang EXO dari otakmu dan sisakan sedikit memori untuk mengingat rumus", seru David agak sinis, mengingat bahwa istrinya itu memang penggemar berat EXO, bahkan melebihi BTS.

Ara mendesah kecewa dan akhirnya mengangguk pasrah, "Kau benar. Tapi, tunggu sebentar..", dia menutup matanya sebentar dan memejamkannya rapat-rapat, seperti sedang berusaha berfikir keras.

"Selesai! Memori EXO sudah terhapus~!", ucapnya semangat dan tersenyum lebar, "Sekarang kapasitas otakku bisa menampung sekitar 10% data mengenai rumus".

David menganga hebat, "Secepat itu kau melupakan boyband kesukaanmu? Dan 10%? Cish, aku kira seluruh otakmu sudah terisi oleh sosok Oh Sehun" , sindir David dan membuat Ara mendelik tajam, "Tidak, Oh Sehun hanya mendapat 1/10% dari 85% kapasitas otakku", jelasnya santai.

Ara penasaran, "1/10%? Benar kah?! Lalu siapa sisa dari 80% isi otakmu itu? Chan ji wok? Atau lee mi ho? Kim won bin? Ahh~ jangan-jangan kau seperti kekasih ..."

"Diam lah" sela Ara seraya mengambil buku tulis matematikanya yang ada di dalam tas. "80% sisanya adalah tentang kau, Suami ku", lanjutnya, nyaris dengan wajah tanpa ekspresi.

Tapi Ara tak menyadari bahwa wajah David kini sudah menjadi merah seperti kepiting rebus. Tangannya bergetar hebat saat mendengar kata-kata gadis di hadapannya ini. Jujur saja, selama ini banyak sekali murid-murid yang mengirim surat bahwa mereka mencintai David dengan sepenuh hati, dia merasa tersanjung untuk hal itu. Tapi baru kali ini David mendengar ucapan istri nya yang mengatakan bahwa 80% dari otaknya itu terisi oleh sosok dirinya sendiri?

" Heyy, segeralah turun dari khayangan dan cepat ajari aku matematika", ucapan bernada dingin yang besumber dari bibir mungil di sampingnya itu dapat membuat raga David seperti terbanting tiba-tiba dari udara. Dia langsung salah tingkah dan menggaruk kepalanya dengan ekspresi yang sukar dijelaskan, "Uhmm..jadi..kita belajar tentang..eh, kau tadi ingin belajar apa? Bahasa Inggris..ya?"

Ara menghela nafas dengan berat dan segera menunjukkan hasil ulangannya itu tepat di wajah Insan,"Pak Guru kita akan belajar matematika. Bukan bahasa Inggris", jelasnya. David mengangguk paham, tapi Ara masih bisa melihat wajahnya yang merah padam. Bahkan ia sangsi bahwa ia melihat asap putih mulai keluar dari telinga suaminya itu.

Sepertinya Ara harus lebih sering memuji suami nya, sebelum dia membuat pria ini terus-terusan merasa salah tingkah setiap saat mendengar pengakuan cintanya.

"Aistt, dasar gila~", gumam Ara pelan saat melihat David yang kini tersenyum-senyum sendiri sambil membuka buku paket matematika.

Sebegitu bahagianyakah kau, David

===o0o===

" Apa-apan ini ! Hanya seperti itu?", tanya Fahmi tak percaya. Kini dia sedang menaiki punggung Harry untuk menengok keadaan di dalam kamar dari celah ventilasi, tapi dia sangat kecewa saat mengetahui bahwa mereka berdua sama sekali tak melakukan hal yang dari tadi dia harapkan.

"Cepat lah!!  Kau berat sekali~!", Harry berbisik sambil memasang wajah memelas.  Lututnya bergetar hebat, sudah tak kuat menahan beban tubuh Fahmi.  Akhirnya Fahmi turun dari punggung Harry dan menggeleng heran, tak mempedulikan kondisi Harry yang terkulai lemas, "Mereka berdua itu..bodoh kah!  Mereka sudah menikah?  Tapi tetap seperti itu?  Argh, kenapa aku jadi gemas sendiri?!", celetuk Fahmi antusias.

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now