Part 36

10K 259 14
                                    

"Ya~!!", tiba-tiba saja sudah ada seseorang yang sudah menepuk bahu Ara dari belakang.  Ara menengok sekilas dan langsung tersenyum lebar saat menyadari sosok yang menyapanya barusan, "Putri!"

"Bagaimana menurutmu ujiannya?", tanyanya ingin tahu.  Ara menegakkan kerah seragamnya dengan penuh gaya sok dan tersenyum angkuh, "Apa yang tak bisa dilakukan oleh seorang Rafailah"

Putri pura-pura memasang wajah mual dan segera menjitak kepala sahabatnya itu, "Penyakit narsis dari suamimu ternyata sudah menular parah padamu ya?", ledeknya.

Mendengar hal tersebut membuat Ara cemberut.

"Kenapa kau selalu seperti itu"

Tangannya dengan sigap memainkan ponselnya, mengetik pesan untuk suami nya.

"Putri, ayo pulang,"

"Ya, tunggu!" Putri sedikit berlari, menyusul Ara yang  keluar kelas.

"Oh, aku ingin –akh!" Putri memekik saat dua orang berlari melewatinya dan salah satu dari mereka menabraknya. Untung saja dia berpegangan di tepi tangga, jika tidak mungkin dia sudah terjatuh.

“Aaargh!!” kini suara lain. Putri menoleh ke bawah dan mendapati Ara sudah terguling dan tergeletak di lantai.

"Ara!!" seketika itu Putri turun, menghampiri Ara yang sudah tidak sadarkan diri dengan orang-orang yang mulai mengerubung. Dan, darah yang keluar dari kening sahabatnya hanya membuatnya semakin panik. "Cepat panggil ambulan!!"

===ooo===

"Bagaimana keadaanya?" cecar Faris yang baru saja datang.

Putri masih menangis.
"Dokter sedang menanganinya." jawab gadis itu sambil sesenggukan.

"Kenapa dia bisa terjatuh?" pria itu sudah duduk disamping Putri untuk memulai interogasinya.

"Tadi kami sedang berjalan di tangga, tiba-tiba ada dua orang yang berlari dan tidak sengaja menabrak kami dan Ara terjatuh karena dia tidak sempat berpegangan. Semuanya begitu tiba-tiba, aku.. aku takut terjadi sesuatu padanya."

Kedua mata Faris menutup. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku akan menghubungi orang tua ku"

"Maaf, apa Anda keluarga pasien?" Faris dan Putri berdiri, menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.

"Bagaimana keadaannya?" cecar Faris lagi.

"Hanya lebam di beberapa tempat. Luka di keningnya tidak serius, tapi karena pergelangan kaki kanannya patah jadi harus di gips. Kalian boleh menjenguknya tapi jangan sampai mengganggu istirahatnya, paling cepat dia siuman besok pagi."

"Terimakasih dokter."

"Kalau begitu saya permisi."

Setelah itu mereka Faris masuk ke dalam untuk melihat keadaan adik nya. Ia duduk di kursi samping ranjang, menggenggam tangan adiknya yang masih belum sadarkan diri dengan kepala yang terbelit perban dan infuse yang menancap di punggung tangan kirinya.

===ooo===

"Vid!!" David menoleh pada Fahmi yang sedang berlari menghampirinya. Wajahnya penuh kepanikan, gusar dan tidak tenang.

"Ada apa?"

"Putri menelponku dan mengatakan jika istri mu masuk rumah sakit,"

"Apa? bagaimana bisa? Aku haru segera menemui nya."
Fahmi menatap David yang sedang panik.

Dav langsung melajukan mobilnya, sedang Fahmi dan Harry sudah duduk di kursi penumpang

"Vid~,.. ada apa denganmu? Kenapa kau membawa mobil secepat itu?" Harry  bertanya saat melihat speedometer yang berjalan diatas rata-rata dari kebisaan sahabatnya.

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang