part 26

10.5K 249 0
                                    

"Ara"

Suara berat itu langsung membuat jantung Ara berdegup kencang dan seakan ingin copot dari tempatnya semula.  Dia beranjak dari bangkunya dan berjalan perlahan ke depan, langkahnya terasa amat berat.

Pria bertubuh agak Gemuk itu membetulkan letak kacamatanya dan memperhatikan selembar kertas yang sedang dipegangnya.  Ara menelan ludah dengan gugup saat melihat ekspresi menakutkan yang terpancar dari wajah pria itu, " iya , pak.." , lirih Ara saat dia telah berada di hadapan meja pria itu.

Pak Candra mendesah kecewa dan menyodorkan selembar kertas itu pada Ara yang diam terpaku, "Lebih seringlah berlatih mengerjakan soal.  Dan hafalkanlah semua rumus yang pernah saya ajarkan pada mu," ingatnya.

Sibuk mengangguk pelan dan mengambil kertas itu dengan nanar.  "58?!"

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

..kantin..

"58?!", tanya Ajeng tak percaya.  Ara mengangguk pelan dan menyesap Ice Chocolatenya dengan hampa, "ini semua gara-gara dirinya", desahnya sedih.

Ajeng menggelengkan kepalanya heran,
" Yaa~kenapa kau tak memanfaatkan kekasih mu saja?  Bukankah kau bilang bahwa dia itu  pintar dalah segala hal ?  Uhhm, siapa namanya..?", tanya  mencoba mengingat-ingat nama kekasih Ara.

"Zaky", elak Ara sebisanya.  Dia tak ingin ada orang yang mengetahui bahwa dirinya adalah Istri dari salah satu guru di sekolah ini, bahkan sahabatnya sendiripun tak boleh tahu mengenai hal itu.

" Zaky" Ara memiringkan kepalanya heran, "Zaky? Zaky, kelas XII IPA?", tanyanya, menyebutkan nama seorang yang cukup terkenal di sekolah ini.  Ara terkekeh pelan dan mengelap bibirnya dengan tissue yang dibawanya, "Tentu saja tidak, bodoh.  Yang kumaksud adalah adalah orang lain.  Mana mungkin seorang gadis biasa sepertiku memiliki kekasih yang notabene adalah idola di sekolah ini?!  Di mimpi liarku sekalipun, aku tak akan berani membayangkannya", ucapnya lagi, mencoba menghilangkan kecurigaan Ajeng.

Dan berhasil!

Ajeng mengangguk paham, "Ah, itu tidak penting!  Yang penting, aku ingin bertemu dengan dia~!  Kapan kau bisa mengenalkanku padanya?", rengek Intan.  Ara menggeleng sambil membuka dompetnya untuk mengeluarkan sejumlah uang guna membayar Ice Chocolate yang dbelinya, "Jangan sekarang.  Dia…sedang sibuk", kilahnya.

Ajeng menggembungkan pipinya dengan kesal, "Ya~kenapa dia selalu sibuk?!  Memang apa pekerjaannya?"

"Guru Bimbel", jawab Ara singkat, "Suatu saat nanti, kau pasti akan kukenalkan padanya.  Tapi tidak untuk sekarang", , lanjutnya dan melirik jam tangannya, "Ya!  Sudah jam segini, kita tidak boleh terlambat masuk kelas!  Cepat, Ajeng'', serunya dan beranjak dari meja kantin untuk segera kembali ke kelas.

Ajeng mengikuti langkah Ara dan bergumam pelan, "Untuk sesaat, tadi aku memikirkan bahwa kekasihmu itu adalah"
" Pak David "

"UHHUKK!!", tiba-tiba Ara tersedak hebat setelah mendengar ucapan Ajeng barusan.  Wajahnya menjadi merah padam, " Pak David?, Atas dasar apa kau menuduh seperti itu?!", tanyanya panik.

Ajeng mengangkat bahunya santai, "Yahh Guru Bimbel dan pintar dalam segala  mepel, dan terkadang kalian pulang bersama.  Hanya itu..", jelas Ajeng.  Tapi detik berikutnya dia menambahkan, "Tidak mungkin..rasanya mustahil.  Aku lebih percaya kau pacaran dengan Zaky  dibandingkan jika kau berpacaran dengan Pak David".

Ara terkekeh garing dan berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa sesaknya akibat tersedak barusan.  Dan kali ini dia telah memutuskan : Tidak mengatakan apapun lagi kepada sahabatnya ini mengenai kekasihnya.   Sialan!

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

Ara berdiri di depan pintu rumah David dengan perasaan ragu.  Tangannya sedari tadi sudah berada di ujung tombol bel, tapi rasanya dia belum cukup berani untuk menekan bel ini.  Dia masih belum siap menerima ejekan David atas permintaan bodohnya ini.

Ara menggigit bibirnya takut, "Aish, apa aku pulang saja?", gumamnya pelan.  Tapi tak ada jalan lain lagi, dia masih belum mengerti semua materi yang diajarkan oleh Pak Sukma. Mengenai statistic, logaritma, matriks, dan apalah itu namanya.  Ara sudah benar-benar blank mengenai matematika.

Argh, inilah kerugian jika dia terlalu merindukan suami nya!!, rutuk Ara pada dirinya sendiri.

Setelah berpikir agak lama, akhirnya dia memutuskan untuk kembali pulang ke rumah dan mengurungkan niatnya menemui Sang Suami.  Setidaknya dia masih memiliki harga diri dan pantang baginya untuk ditertawakan oleh seorang David.
Tapi tepat saat dia akan membalikkan tubuhnya, handphonenya bergetar.  SMS.

From : King of Sharks

Lihat belakangmu, sayang~!

Ara mengernyitkan alisnya sejenak dan menoleh kearah belakang, tapi tak ada apapun yang mencurigakan.  " Ada apa", tanyanya heran, masih sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah.

Handphonenya bergetar lagi.

From : King of Sharks

Tengok  45 derajat kearah utara!  Jangan mengedarkan pandangan seperti itu.  Kau kelihatan makin aneh, istri ku sayang~

Ara menengok kearah yang ditunjukkan oleh David.  Dan dia menemukan  sosok David di sana.  "Sebegitu susahnyakah untuk menemukan 45 derajat arah utara?", ejeknya.  "Aku bosan melihatmu berdiri tanpa melakukan apapun di depan pintu selama 20 menit."

Ara mengangguk paham, " terlalu lama ya-", gumamnya pelan.

Tapi dia kembali murung, mendengar kata 45 derajat malah kembali mengingatkannya dengan hasil ujiannya tadi.  "Jangan bicara tentang angka.  Aku sedang sensitive dengan apapun yang berbau angka", jelasnya sambil berdiri di depan David yang akan memegang kenop pintu

"Kau tak mempersilakanku masuk?", tanyanya sinis dan membuat David mengedikkan kepalanya, "Apakah guru di sekolahmu mengajarkan cara memohon yang sopan adalah seperti itu, Sayang?", ucapnya.

Ara menghembuskan nafas kesal, mencoba sabar dengan segala perkataan Suami -nya ini.  Akhirnya dia tersenyum  manis , "David sayang, boleh aku masuk?", tanyanya dengan nada manja yang berlebihan.

David langsung merasakan bulu kuduknya merinding.  Pada akhirnya dia mendorong dahi Ara dengan jari telunjuknya, "Sudahlah, jangan sekali-kali bersikap sopan seperti itu lagi.  Perutku langsung mual melihat mu seperti tadi", jelasnya dan membuat Ara menggembungkan pipinya dengan kesal tapi tetap mengikuti arahan David yang menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

-
-
-
-
-
:
:
:
:
:
:
:
:

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

To be continue

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now