part 18

12.4K 332 9
                                    

Malam itu akhirnya berakhir. Adam dan Zirma baru saja pamit meninggalkan Ara, Faris, dan Andi

"Hati-hati." Ara melambai pada mobil Adam yang melaju. Dia berbalik, mendekat pada Faris, dan Andi yang masih mengobrol. "Sepertinya ada yang kurang?"

Semua orang bertatapan lalu menatap Ara.

"Suami mu  maksudmu?"  Ara mengangguk polos. "Aku lihat dia masuk ke dalam."

Ara tanpa menjawab langsung meninggalkan mereka bertiga. Masuk untuk mencari David. Langkahnya lebih pelan, menatap David yang duduk bersandar malas disofa dengan mata terpejam memeluk bantal. Wajahnya sedikit pucat. Sita mendekat, duduk disamping pria itu.

"Sayang"

"Hmm.."

"Jika kau lelah kenapa tidak tidur di kamar?"

Mata David terbuka pelan, menatap Ara dan tersenyum tipis. "Kamar siapa yang kau maksud? Ada tiga kamar disini."

Ara mengerutkan hidungnya. "Jangan berpikir yang macam-macam!" dia mengulurkan tangan. "Wajahmu pu-" matanya melotot. Pria itu demam. "Kenapa kau tidak bilang jika kau sakit?!"

"A-ra," pria itu memanggil, mencekal lengan istri nya tanpa membuka mata. "Lebih baik kau diam dan biarkan aku berbaring sebentar."

Ara membiarkan David meletakkan kepala di pangkuannya. Kaki pria itu naik, tertekuk diatas sofa. Tidur seperti anak kecil. ''Pindah ke kamar saja. Aku akan menemanimu. Jika kau tidur disini, tubuhmu bisa semakin sakit."

Baru tiga puluh detik berbaring dan memejamkan mata. David dengan terpaksa kembali beranjak. Menurut saat Ara menggandeng tangannya.

"Kenapa ke atas?"

"Kau sakit dan aku akan merawatmu. Jadi diam saja dan jangan berpikir yang macam-macam."

Ara melepaskan genggaman tangannya. Dia membuka lemari, mengambil selimut untuk David. Pria itu berdiri, memperhatikan gadisnya yang sedang menyiapkan tempat untuk tidur. Di kamar ini. Di kamar istrinya.

"Tidurlah." Ara menyuruh.

David mengulurkan tangan, mengelus kepala istrinya pelan lalu mendekapnya. "Terimakasih." setelah mengecup kening Ara, dia berbaring tanpa memejamkan mata.

Pria itu tersenyum saat Ara mendudukan diri dengan kaki berselonjor tepat disampingnya. Dia tertarik untuk merasakan tidur di pangkuan gadis itu seperti beberapa saat lalu. Apakah dia harus sakit untuk mendapatkan semua ini? Rasa nyaman saat tangan mungil itu mengelus lembut kepalanya sebagai pengantar tidur sekaligus memeluk separuh tubuh Ara yang duduk disampingnya.

"Apa aku bisa mendapatkan servis semacam ini setiap hari?"

"Kenapa kau bisa sakit?"

“Mungkin karena aku tidak makan.”

Gerakan Ara terhenti. Menatap David yang tidur dipangkuannya tidak suka. "Berapa kali kau makan hari ini? Kau juga hanya makan sedikit tadi?"

"Seingatku aku tidak makan apa pun sejak kemarin malam. Pagi tadi aku langsung membereskan barang-barang,  ah tadi kau roti" pria itu menjelaskan dengan nada santai, tidak tahu jika raut wajah istrinya sudah kesal.

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now