part 10

18.9K 530 12
                                    

Sedari satu jam lalu, si gadis itu duduk manis di sofa rumah nya. Netranya yang cantik menatap pada selembar foto di tangan. Potret itu menampilkan dirinya dengan seorang pemuda yang  sudah beberapa bulan ini menjadi kekasih nya.
Mereka berdua tersenyum lebar pada kamera yang mengabadikan gambar.
Membuat Ara tak bisa menahan senyum nya.
Sementara di hadapan ada kakak nya yang sedang mengerjakan pekerjaan kantornya.

Jarak antara sofa dan tempat Faris bekerja tidak terlalu jauh.
Jadi, tidak heran jika Faris usil terhadap adik nya, tiba-tiba melempar buku yang tidak terlalu tebal ke arah Ara.

"Melamun terus. Belajar lah, atau kau akan semakin bodoh!" Seru Faris, dengan nada yang bercanda.

Ara mengusap kepala yang lumayan sakit akibat terkena lemparan. Perhatiannya langsung tertuju pada kakak nya yang baru saja melemparinya dengan buku. Seharusnya,  Faris bersyukur adik nya tidak marah-marah, ini malah dipancing. Gadis yang mengenakan baju tidur bermotif garis-garis itu segera menyimpan fotonya ke dalam dompet nya. Ia melangkah kan kaki nya dengan lebar.

Ara langsung memukul kakak nya dengan bantal. Oh, untung saja orang tua mereka sedang tidak ada di rumah, sehinga ia bisa bebas membalas perbuatan kakak nya.

"Gadis liar , aku bisa gagar otak karena mu." Ucap Faris sembari mengelus kepala nya yang sakit.

Faris berulang kali menghindari pukulan dari Ara. Bukan nya mengalah Faris malah tertawa. Pertikaian mereka berakhir ketika hari semakin malam.

---o0o---

"Ara, ayo ke kembali ke kelas." Ujar si Ajeng,  yang kini sudah berada di samping nya.

Ara mengangguk tanda jika ia mensetujui.

"Saat nya pelajaran di mulai anak-anak"  Ucap sang guru, lantas membuat semua murid terdiam, dan mendengar kan penjelasan dari guru nya.

Bu Vika menjelaskan beberapa hal yang perlu di mengerti oleh anak didiknya.
Tentang kalimat dan angka yang berkaitan dengan matematika, yang mungkin akan sulit di mengerti bagi mereka yang bodoh.

Jangan tanyakan,  apa Ara menyukai pelajaran ini, karena jawabanya sudah pasti TIDAK.

Bahkan, David pun hanya bisa menggeleng heran. Bagaimana mungkin kekasinya itu bodoh dalam pelajaran  Matematika yang menurutnya sangat mudah?Well, itu yang biasanya dipertanyakan oleh benak David.

Ara menyukai semua mapel, asal itu bukan  matematika, bahkan ia selalu berdoa agar setip jam pelajaran seperti ini akan kosong. Ssst. Ini rahasia. 

Hinga bel tanda pulang pun berbunyi.

"Terima kasih, kalian sudah untuk hari ini, sampai bertemu pada pertemuan selanjut nya" Tutup sang guru, setelah 80 menit bicara serius kepada  murid-murid yang memperhatikannya dengan saksama ya walaupun ada yang teridur.

Ara pun melangkah kan kaki nya keluar dari kelas.
Tak jauh dari tempat nya berdiri terlihat David yang sedang akan memasuki mobilnya. Pria itu melambaikan tangan sebagai sinyal, agar Ara mendekat.

Ara memenuhi panggilan David . Dia berdiri di hadapan pria yang membalut tubuhnya dengan kemeja putih dan celana hitam.

"Tali sepatumu lepas, kau bisa tersandung." Kata David, sembari mengikat tali sepatu Converse hitam milik ara. "Kalau kau sampai jatuh, nanti aku bisa cemas." Lanjutnya, setelah menyelesaikan kegiatannya. David berdiri. Ia mengambil helm yang ada di montor nya  lalu memakaikan helm itu pada kepala  si gadis  yang kini tersenyum lebar.

"Helm mu bau," ejek Ara, tetapi tetap memakai helm yang nampak kebesaran kepalanyaa.

David yang juga sedang memakai helm nya. "Itu baru." Pria itu membenarkan letak helm yang dipakai Ara agar tidak menutupi mata si gadis.

Ajeng yang melangkah di depan mereka tiba-tiba berbalik. "Ara, kenapa kau bersama pak David?" tanya Ajeng, matanya menyipit.

Ara pun memasang muka bingung," ehmm, kami tidak sengaja bertemu " Ia menjawab.

Ada senyum yang bermain di bibir David saat melihat Ara yang bingung seperti itu. "Kau sendiri kenapa belum pulang" David menyahut.

Ara pun ikut mengalih kan pembicaraan. "Apa, kekasih mu terlambat menjemput mu, lagi?”  Ara berucap

Ajeng pun cemberut, "Tidak perlu menanyakan itu." Ia menghela napas berusaha sabar.

"Boleh aku bertanya padamu Ara" tanya Ajeng dengan memberi kode agar Ara mendekat pada nya.

"Apa kalian pacaran? Aku yakin kalian menjalin hubungan . Kalian seperti pasangan kekasih, apa lagi pak David menungu mu pulang" bisik Ajeng dengan pelan agar tidak terdengar oleh guru nya.

"Tidak" jawab Ara dengan lantang, yang otomatis David mendengar nya.

Sedang kan Ajeng dia sudah berlari menjauh, karena takut pada Ara.
Sedang kan David kini berjalan mendekati nya.

"Ada apa?"
"Apa yang dia katakan?"
tanya nya dengan penasaran.

"Dia bertanya, apa kau dan aku mempunyai hubungan" dengan menatap David dirinya menjawab.

"Kau dan aku memang memiliki hubungan, hubungan murid dan guru" setelah mengatakan itu David pun tertawa.

"Bukan itu bodoh, dia menanyakan apa kita pacar an" jelas Ara yang kini bete.

"APA, kenapa bisa tahu" kaget nya, mendengar bahwa sahabat dari kekasihnya itu menanyakan tentang mereka.

"Bagai mana dia tidak curiga, kita saja hari ini pulang bersama." Ara menjawab dengan lemah, sembari menutupi pipinya yang merona.

Davidn pun nyengir, salah tingkah.
 

"Ohhhh , iyaa" dengam muka seakan baru paham akan masalah ini.

-
-
-
-
-
-

To be continue

gimana suka tidak sama cerita saya.
jangan lula vote dan comen ya.
terima kasih juga sudah membaca hinga part ini..

My Teacher is My HusbandWhere stories live. Discover now