"Wah iya Tante! Wo-nya Abang memang bagus banget! Sudah banyak pasangan yang memakai jasanya." Balas Shilla lagi. Huh, selalu saja membanggakan kakak sepupunya yang suka bertingkah abnormal itu.

"Ya sudah kalau gitu kasih tau kakakmu itu ya, mungkin akan Tante atau Tante Nat undang ke rumah ini atau ke rumah Tante Nat." Ucap Mama. Shilla hanya manggut-manggut senang. Dasar Shila.

"Baiklah kalau begitu kami berdua permisi dulu." Tante Natalie beranjak berdiri diikuti dengan bunda, aku, Shilla dan laki-laki berwajah dingin itu.

"Em, Hera boleh saya minta nomer ponsel kamu?" Tiba-tiba Pak Leo membuka suaranya yang sedari tadi entah tenggelam kemana.

"Hera kok diam aja? Kasih dong." Bunda menyadarkanku dari keterdiaman.

Mau tak mau aku mengetikkan nomerku di ponsel yang diberikan Pak Leo, lalu mengembalikannya setelah selesai.

"Ya sudah ayo Ma pulang." Pak Leo mengajak Tante Natalie untuk segera pulang.

Tante Natalie mengangguk lalu bersalaman dengan bunda, Shilla, lalu aku. Sebelum ia pergi ia tersenyum bahagia sambil menatapku.

- - - - - - - -

"Gimana ceritanya sampai bisa kayak gini?"

Ashilla Dinata. Gadis ini masih di rumahku dan dia masih bertanya dengan pertanyaan yang sama saat dia menelponku hanya saja konteksnya berbeda.

Aku hanya diam, terus melanjutkan acara bermainku denga Iza. Shilla yang sedang bermain bersama Irfan mendengus kesal. "Jocelyn! Cerita aja apa susahnya sih, tega lo bikin temen sendiri kepo!"

Aku masih diam, malas membahas hal semacam ini.

"Kak Shilla, kalau Kak Hera gamau jawab biar Keano aja yang jawab." Keano tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Mbak Isya.

"Kamu tau No?" respon Shilla.

"Tau lah!" jawab Keano. Dasar bocah genit. Kalau naksir Shilla gak usah gini-gini amat kali.

"Gak usah ikut-ikutan deh No!!" Seruku sebal.

"Apasih Kak, sewot aja!" Balasnya mendelik ke arahku.

"Hei sudah-sudah kok berantem jadinya?" bunda datang dan beraksi untuk melerai kami berdua.

Aku bungkam, sementara Keano memeletkan lidahnya.

"Gimana Ra, kamu nanti mau resepsinya yang mewah atau sederhana?" bunda bertanya sambil mengambil Iza untuk duduk di pangkuannya.

Aku mendengus sebal. "Bun, kan Hera belum bilang setuju atau engga. Gak usahlah lagi Bunda teruskan rencana pernikahan ini." Ujarku berusaha membujuk bunda.

"Loh kan kalian sudah saling kenal, Nak Leo juga orang yang baik, Bunda rasa bisa menjaga kamu dan membimbing kamu."

"Bun, tapi aku sama dia gak saling suka. Aku gak mau dijodohin kayak gini Bun, tolong dibatalin aja..." Pintaku.

"Ih lo kok nolak sih Ra? Gue mah kalau nikah sama dia mau!" Celetuk Shilla yang memancingku untuk mencubit lengannya.

"Tau kamu Ra, orang hebat seperti Nak Leo kamu tolak. Lagipula Nak Leo memang mau kan? Jadi rencana Bunda dan Nat untuk menjodohkan kalian lancar." Kata-kata itu meluncur dengan pasti dari mulut bunda.

"Aku bilang Ayah deh, Bunda mah maksa aku!"

"Bilang saja sama Ayah, toh Ayah sudah setuju dan sangat senang dengan gagasan ini. Asal kamu tau, William, Papanya Leo itu sahabat Ayah dari Ayah kuliah."

Aku menggeram kesal. Sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Jalan satu-satunya hanya kabur untuk pergi dari rencana konyol ini. Ah tapi, kalau kabur bisa-bisa bunda gak akan nyari aku dan aku yang bakal pulang sendiri ke rumah karena ga tahan. Bunda masih punya stok anak dua dan tiga cucu, sementara kalau aku kabur, aku gak punya siapa-siapa lagi. Huaaaa, adakah jalan lain untuk menghindar dari rencana ini?!

Shilla dan Keano dengan kompaknya tertawa melihat wajahku yang entah terlihat seperti apa di mata mereka. Mbak Isya hanya tersenyum tipis melihatku dan dengan santainya bunda bermain dengan Iza tanpa mau tahu apa reaksiku atas perkataannya.

Dengan sebal aku pergi ke kamarku, meninggalkan sekelompok orang-orang yang hari ini sangat menyebalkan. Ketika aku baru mengunci pintu kamar, ponselku berdering menyatakan ada pesan masuk. Tanpa melihat lagi aku membuka pesan itu.

        From: 087864xxxxx
        Saya sedang berusaha utk membujuk Mama spy kt tdk jd menikah, dan saya harap kamu
        jg usaha.

        To: 087864xxxxx
        Bukannya saya gamau usaha Pak, tp saya sdh skakmat. Tanpa kesalahan Bapak jg kita
        akan ttp dijodohkan! Silahkan bapak berusaha, saya sdh menyerah.

- - - - - - - - -

Mohon maaf apabila ceritanya kurang berkenan dan kurang menarik. Kemampuan saya masih pada batas pemula. Jangan lupa untuk tetap voment di cerita ini ya. Danke :D

FortunatelyWhere stories live. Discover now