Cahaya ke-68

452 34 41
                                    

"Sampai jumpa besok ..., Cahaya ...."

Meski terucap tanpa suara, tapi Cahaya seolah bisa mendengar ngiangan kalimat itu di telinganya.

Atha.

Cowok yang baru dikenalnya kemarin berhasil menciptakan hiburan tersendiri di benaknya hingga tanpa sadar Cahaya sempurna melepas senyum yang sedari tadi ia tahan.

"Eh? Eh? Ada apa ini? Kok Aya senyum-senyum sendiri?" tanya Selena yang tiba-tiba sudah ada di kamarnya, sukses mengejutkan gadis dengan piama rumah sakit bercorak polkadot itu.

Segera ia menyapu ekspresi berserinya, melapisi wajah dengan air muka heran.

Perasaan seusai menemaninya sarapan barusan Selena langsung keluar, pamit menemui dokter untuk berkonsultasi, tapi kenapa detik ini wanita itu sudah kembali?

Ditambah dengan segelas susu cokelat di tangannya, Cahaya jadi penasaran, Selena yang terlampau gesit atau dirinya yang mendadak terhipnotis karena makhluk bernama Atha itu?

"Sejak kapan Bunda di sini?"

Demi mendengar pertanyaan bernada curiga itu, Selena lantas duduk di sebelah Cahaya, menyodorkan gelas itu sambil mengusap kepala putrinya.

"Sejak kapan Aya jadi suka tanya-tanya gitu?" balasnya.

"Ih, Bundaaa ...," rengeknya cemberut.

Spontan Selena tergelak pelan sebelum menyuruh Cahaya menghabiskan susu kesukaannya.

Gadis itu pun menurut, mulai mereguknya sampai habis tak bersisa. Di akhir tetes, ia mengecap puas.

Cahaya tidak pernah berubah. Dari kecil sampai sekarang tetap saja memfavoritkan minuman satu itu.

Tak pernah sekali pun terucap kata bosan meski rasanya kekenyangan. Yang ada hanya kecapan dan seringai senang sebelum mengembalikan gelas kosong itu pada Selena.

"Serius, sejak kapan Bunda di sini?" tanyanya sekali lagi, masih ingin tahu.

"Sejak anak Bunda yang satu ini mendadak senyum-senyum sendiri," godanya seraya mencubit dagu Cahaya. "Ayo, cerita, dong. Ada apa, sih?"

Anak itu hendak membuka mulut, bilang tidak ada apa-apa, tapi kedatangan seseorang lebih dulu menyelamatkannya dari kemungkinan berbohong pada Selena.

"Halo, Sel, Aya!" sapa Selina yang masuk dengan senyum lebarnya. "Kalian lagi apa? Kok serius banget kayaknya."

"Ini, Kak, masa aku liat, Aya senyum-senyum terus dari tadi," adunya sebelum berpaling menatap Cahaya. "Ada apa, Sayang? Ayo, ceritain ke Bunda."

"Pasti karna mas-mas kemarin. Iya, 'kan?" tuding Selina langsung, sedang Cahaya spontan melongo.

"Mas-mas siapa, Kak?" Selena menoleh, bertanya.

"Itu, loh, Sel, penjual soto langganan aku di kantin. Ternyata orangnya humoris, ya," paparnya.

"Kemaren Aya sempet becanda bareng dia. Anak kamu pasti nggak sabar pengen ketemu dia lagi nanti pas jam makan siang. Iya, 'kan, Sayang?"

Alhasil, gadis berturban putih dengan bibir yang sedikit menganga itu tergagap dalam sekejap, antara ingin balik bertanya pada Selina atau tidak tahu harus menjawab apa pada Selena.

Dan dipastikan bundanya itu akan curiga seandainya saja Selina tidak buru-buru mengedipkan sebelah matanya pada Cahaya, membuat keponakannya itu spontan mengerti dengan karangan fiktif tadi.

Maka dari itu Cahaya langsung mempraktikkan bakat aktingnya, manggut-manggut antusias kepada Selena.

Bundanya itu spontan menggumam. "Ya udah. Tapi inget, Aya boleh ikut bercanda asal jangan sampai ganggu kerjaannya, ya."

Cahaya [COMPLETED]Where stories live. Discover now