Cahaya ke-41

616 50 74
                                    

Ga mau cuap" panjang deh, lagi sibuk soalnya. Ini aja curi" waktu biar bisa update hehe.

Happy reading, janlup vote and comment ya guys 😘 Babay!

⚫⚫⚫

"Ayah, Bunda, Aya berangkat dulu, ya."

"Jangan lupa, sesampainya di sekolah, obatnya langsung diminum, ya."

"Iya, Bundaku sayaaang ...."

Merasa geli, Selena pun langsung mencubit pipi anaknya. Gemas.

Usai mencium tangan kedua orangtuanya Cahaya berlari lincah ke garasi. Entah kenapa, akhir-akhir ini Cahaya merasa sangat semangat.

Ia seperti memiliki tenaga dua kali lipat lebih besar daripada biasanya, terutama sejak hari di mana dirinya menjawab pertanyaan manusia yang sudah seminggu menjadi pacarnya.

Bahkan Selena dan Diego sempat geleng-geleng kepala begitu melihat anak gadis mereka terus menampakkan senyum manis, mulai dari bangun tidur sampai akhirnya membuka pagar rumah---di mana terlihat seseorang tengah duduk santai di atas motor hitamnya.

Cahaya refleks menyapa, "Dewa?!"

Anak itu mengangguk pelan, lantas berkomentar, "Girang banget. Ada apaan?"

Cahaya hanya bisa cengar-cengir, kemudian malah balik bertanya, "Kamu ngapain di sini? Tumben?"

"Mau ketemu yang punya rumah."

Raut wajah gembiranya terhapus seketika, menampakkan dahinya yang tengah berkerut. Ada urusan apa Dewa sama ayah?

"Kamu masuk aja. Tuh, Ayah ada di dalem."

Terdengar cowok itu mendengus. Cahaya salah mengartikan ucapannya.

"Bukan bokap lo," ralatnya.

"Trus? Bunda?"

"Ya lo, lah! Nggak bisa, ya, dikodein dikit?" Dewa protes sambil melipat kedua tangan di depan dada, sedang Cahaya malah terkikik sendiri.

"Ooohh ..., aku?" tanyanya ketika selesai tertawa. "Maaf, maaf, aku nggak ngerti, sumpah. Aku pikir, kamu beneran ada perlu sama ayah."

Lagi, Dewa mendengus. "Udah sarapan?"

"Udah, dong!" pekiknya. "Ini mau berangkat. Bareng, yuk!"

Cowok itu mendecakkan lidah. "Ya emang itu tujuan gua ke sini, Pacaaaar .... Buruan, Black udah nungguin lo naik!"

"Eh? Naik Black?" Kedua alisnya terangkat. "Tapi aku, kan, ada sepeda."

Dewa hendak tersenyum. "Sepedaku roda tiga."

"Kudapat dari ayah," lanjut Cahaya iseng.

"Karna rajin bekerja."

Selepas balas-membalas lirik, keduanya sama-sama tergelak.

"Serius, Dewa. Aku, kan, punya sepeda."

"Trus jadinya salah, gitu, kalo sekali-sekali berangkat bareng?"

"Ya ..., ya nggak, sih ...," jawabnya seraya menggaruk-garuk kepala.

"Makanya, keramas," celetuk Dewa yang langsung mendapat pukulan dari gadis itu.

"Daripada mukulin orang, mending lo masuk. Ambil tas, sana! Gua tunggu di sini," titahnya.

Cahaya [COMPLETED]Where stories live. Discover now