Cahaya ke-15

1.3K 245 93
                                    

Malem man temannnn😂😂😂

Bosen ya liat Selen hadir mulu? Wkwkwk gapapa Selen sendiri juga bosen sama diri sendiri, hadir mulu bisanya 😂😂😂

Cuma mau ngucapin selamat membaca untuk para readers tercinta, baik yg udah vomment, boom vote, comment doang, ataupun para siders. Haiii semuaa..👐👐👐

Semoga kalian menikmati chapter ini ya😊😊😊

⚫⚫⚫

Kamar itu sepi dari pagi, penghuninya asyik bermain sepeda di halaman depan sambil menunggu kapan rumah itu kosong. Mood-nya benar-benar bagus hari ini.

Sementara Diego sedang bersiap-siap untuk menghadiri pertemuan dengan koleganya di sebuah apartemen, tak lupa ia mengajak Selena. Biasalah, bagian dari rencana yang telah Diego dan Cahaya sepakati. Sengaja benar, supaya anaknya itu bisa menjalankan tugasnya.

"Aya, bunda sama ayah ada urusan. Kamu hati-hati di rumah, ya..." Selena mengecup kening Cahaya yang sudah selesai bermain, pindah aktivitas menjadi duduk-duduk di teras, capek.

"Bunda!" Seru seseorang dari dalam.

"Apa, yah!" Sahutnya.

"Kita perginya naik mobil bunda aja, ya! Mobil ayah kemarin sempat mogok di jalan, takutnya nanti mogok lagi!" Seru Diego.

"Oh, iya, yah! Bunda panasin bentar ya, yah!"

"Iya, bunda!" Bergegas Selena masuk ke garasi, memanaskan mobilnya.

Cahaya tahu betul, itu hanya skenario yang ayahnya susun agar kado-kado selundupan yang baru diambilnya kemarin tidak diketahui istrinya. Termasuk kado yang sempat ia ambil dari Toko O'lala. Benar-benar totalitas.

Diego keluar persis setelah Selena masuk ke garasi. "Aya, ayo masuk. Jangan di luar, ayah sama bunda mau pergi dulu. Ada urusan kantor."

Dengan senang hati anak itu menurut, berjalan santai, masuk ke rumah. Diego sempat mencium pipinya sebelum menutup pintu. "Kunci ayah ada di meja Aya, ini pake kuncinya bunda." Bisiknya.

Waaahhh...

Cahaya menyeringai senang. "Iya, yah!"

"Aya hati-hati ya," Diego mengingatkan.

Cahaya mengangguk, detik berikutnya pintu tertutup. Ia langsung bergegas ke kamarnya, memberitahu seseorang sesuai janjinya kemarin-kemarin.

Orang itu bilang, masih ada urusan sebentar. Mungkin akan datang terlambat. Cahaya mengiyakan saja, toh waktunya masih panjang. Acara baru akan dimulai sore hari.

Ckrek!

Ckrek!

Ckrek!

Ckrek! Ckrek!

Total sudah puluhan, bahkan hampir menginjak ratusan kali ibu jarinya ia gunakan untuk mencoba menyalakan korek api itu. Tetap seperti semula, tidak ada kemajuan. Ia tetap tidak bisa walau sekedar membuat percikan apinya keluar dari sarang.

Eh, pernah sekali api itu sedikit terpercik, membuat Cahaya langsung menjatuhkan korek apinya karena kaget. Berkali-kali gagal, berkali-kali ia berusaha, berkali-kali juga ia berdecak kesal.

Ia kembali kagum dengan Dewa yang mampu menyalakan korek itu dengan santai, sekali coba langsung menyala. Ah, sepertinya ia memang mudah kagum dengan hal-hal yang menurut orang lain sangat sederhana. Mengenaskan sekali dirinya.

Ngomong-ngomong soal korek, Cahaya jadi ingat malam itu. Setelah mencuci muka agar tidak terlihat jejak air matanya, ia tidak langsung tidur. Mumpung Selena belum pulang, ia bergegas membongkar isi lemarinya.

Cahaya [COMPLETED]Where stories live. Discover now