Cahaya ke-59

414 33 35
                                    

Yeayy!!! Cahaya up🎉🎉

Udah lama terbengkalai di notes, akhirnya Selen baru berani publish sekarang baahh😅

Itu pun karna satu-satunya manusia yang tersisa di planet ini terus menghujaniku perihal update XD

Thanks to Ruqayahqay atas segala desakannya wkwk 🤣🤣 Maafkan bundamu yg bimbang ini nak ><

(Awas aja kalo kagak dibaca sama dia bwahahahah siap" tidur di luar tuh anak💪🏻)

Utk pembaca yg lainnya, monggo dibaca. Kasih vote juga. Pendek? Maklum, emang segitu batesnya. Semoga kalian syuka❤ See you next part🖐🏻

⚫🏥⚫

"Lo jahat, Ka."

"Lo bilang, kita satu keluarga. Harus selalu peduli dan berbagi satu sama lain, tapi nyatanya lo khianati ucapan lo sendiri."

"Ini serius. Harusnya kalian bilang ke kita-kita dari dulu. Kalo udah parah gini, yang tanggung jawab siapa semisal ada apa-apa?"

"Duh, udah, deh. Gue nggak ngerti lagi. Sumpah, gue nggak ngerti jalan pikiran kalian berdua."

"Ka, Ka. Kok lo jadi gini, sih?"

"Maafin gue ...," lirih perempuan yang selalu saja kehilangan kontrol napasnya setiap mengingat kalimat-kalimat penuh kekecewaan itu.

"Ssstt .... Udah, jangan dipikirin terus." Arden berujar menenangkan seraya mengusap-usap lengan gadisnya.

Sama seperti Cantika, ia juga menyesal.

Rasa bersalah bersarang di hati kecilnya sampai sekarang. Entah untuk Cahaya, atau untuk anak Spade. Arden rasa, keduanya memiliki porsi yang sama.

"Apa mereka bakal maafin gue?" Cantika bertanya. Tatapannya kian sayu.

Mengingat bagaimana respon anak Spade sejak minggu lalu di mana bibirnya baru berani mengungkap kebenaran, ia jadi ragu.

Suasana kelas berubah. Meski saat ada guru tampak biasa saja, tapi ketika bel istirahat berbunyi, semua anak terasa asing baginya.

"Nggak ada alasan buat mereka benci sama lo seumur hidup." Arden mengelus kepala Cantika.

"Lo udah berani jujur dan akuin semua kesalahan lo di depan mereka semua. Gue rasa, itu lebih dari cukup buat mereka balik percaya lagi sama lo."

"Semoga, Den ...."

Bersamaan dengan ucapan itu, Cantika mulai melingkarkan kedua tangannya, memeluk cowok yang balas mendekap dengan kehangatan yang mampu menenangkannya.

"Sekarang kita fokus sama Aya aja, ya," anjurnya. "Udah seminggu lebih, tapi belum ada yang cocok. Kita harus usaha lebih keras lagi, Ka."

Perempuan yang tengah mengenakan jas almamaternya itu mengangguk samar, kemudian melepas pelukan.

Cantika mengusap kedua pipinya yang tanpa sadar sudah dibasahi air mata. "Tapi ke rumah sakit dulu, ya. Gue pengen ngobrol-ngobrol bentar sama Aya."

Kini giliran kekasihnya yang menganggut.

Arden menyanggupi permintaan Cantika tanpa menunggu lebih lama. Dan dalam lima belas menit melaju di jalanan, akhirnya mereka pun tiba di tempat tujuan.

"Loh? Itu Hazel kenapa?" Tiba-tiba Cantika menyenggol makhluk di sebelahnya, heran melihat orang itu terduduk diam dengan kedua tangan menutupi wajah.

Cahaya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang