Cahaya ke-39

788 56 68
                                    

Hai, gaess? Apa kabar?

Lama ya Cahaya ga update, sampe seminggu lebih :( maklum otak lagi beku"nya, jadi beberapa hari stuck ngerevisi chapter ini biar pas di hati.

Semoga hasil berlelah-lelah ria ini bisa memuaskan kalian.

7.4K word, yang tabah ya bacanya.

Jangan lupa pencet bintang. Komen juga, biar lapak ini rame. Ga susah kan, ya? :)

⚫⚫⚫

Pukul 05.30. Di dalam mobil. Hening.

Seorang cowok berseragam SMA tengah asyik mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada kemudi, menunggu gadis berjaket merah yang keluar semenit kemudian---berlari riang dengan sebuah tas kain dijinjingnya.

"Pagi, Zel," sapanya ramah sembari menutup pintu mobil. Tas itu senantiasa dipeluknya, diletakkan di atas pangkuan.

Hazel tersenyum. "Pagi, Jess. Tumben nggak ngendap-ngendap?"

"Kakak masih tidur, makanya aku bisa leluasa masak, buat ayah." Jessica mengangkat tas kain berisi beberapa kotak makanan buatannya sendiri.

"Oh, iya, aku juga siapin seporsi buat kamu, nasi goreng spesial, resep baru, lain dari yang lain pokoknya!"

Jessica berseru kian semangat, lalu menyerahkan salah satu kotak bekal yang diterima dengan senang hati oleh sahabatnya. "Cobain, ya."

Hazel mengangguk, memasukkan kotak itu ke dalam tasnya.

"Tumben Kak Andelin masih tidur?" Ia mulai menstarter mobil berwarna merah itu, melaju perlahan-lahan di pagi yang dingin ini.

"Semalem kakak lembur, jadi baru pulang subuh tadi. Pasti masih capek."

Entah lembur karena apa, Andelin tidak menjelaskannya.

Banyak yang tak dijelaskan oleh kakak kandungnya itu, tentang di mana persisnya letak tempat kerjanya, tentang kenapa Jessica tidak boleh main-main ke sana, dan tentang kenapa Andelin tidak mau sampai ada yang membahas masalah itu hanya karena ia tidak mau Jessica ikut campur masalahnya.

Tapi di luar segala larangan itu, Andelin adalah sosok kakak yang baik, yang sayang pada adiknya---yang selalu melindungi Jessica dan memberi kasih sayang lebih padanya.

"Berarti semalem kamu sendirian?" Nada cemas terselip di sela kata yang terlontar dari mulut lelaki itu.

Jessica mengangguk.

"Kenapa nggak telfon aku? Aku, kan, bisa temenin kamu."

Senyum perlahan terukir di bibir Jessica, ia suka saat-saat seperti ini, saat-saat di mana Hazel merasa khawatir terhadap dirinya.

"Aku baik-baik aja, kok. Lagian, kamu bilang, kamu ada urusan semalem. Aku nggak mau nambah beban kamu."

Terdengar dengusan pelan, sarat akan kekesalan. "Beban? Udah berapa lama, sih, kita sahabatan? Masa kamu nggak tau gimana aku?"

"Iya, aku tau." Jessica berujar tenang, berbanding terbalik dengan Hazel yang merasa gondok.

Jessica harusnya tahu, sebagai sosok sahabat dari kecil, Hazel merupakan orang kedua setelah Andelin yang akan menjaganya lebih dari apa pun.

Contohnya ketika Jessica sendirian di rumah, maka ia akan datang untuk menemaninya, pulang pada pagi hari setelah memastikan Jessica aman.

Karena dulu pernah, ketika Jessica nekat berada di rumah sendirian, rumahnya kemalingan gara-gara dirinya lupa mengunci pintu depan sebelum tidur. Dan nahasnya, ia sampai terluka.

Cahaya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang