Cahaya ke-25

1.2K 173 117
                                    

Malem smuaaa😄😄

Setelah lama bertapa di Selat Malaka, akhirnya Selen nongol lagi😂😂

Jujur, lama ga up bikin Selen ga pede😢

Rasanya dunia orange terlalu dingin untukku huhu apasiii😂😂

Udah deh, daripada baca curhatan tak berguna kaya gini, mending cuss bacaaa 👇👇👇👇

Semoga suka kawan-kawann😊😊

⚫⚫⚫

Hari sudah pagi, tapi cahaya matahari tak nampak sejauh mata memandang. Bahkan langitnya pun juga tak kelihatan. Hanya ada gumpalan-gumpalan awan kelabu dan nyaris menghitam yang siap menumpahkan jutaan, bahkan milyaran tetes airnya ke bumi.

Pemandangan sekeliling jadi lebih suram, hawanya mendingin, dan mulai tercium bau-bau tanah yang basah. Membuat gadis yang baru selesai mandi itu tidak langsung menuju meja makan, lebih memilih menuju teras depan dan menikmati setiap tetes air yang mulai jatuh bergiliran membasahi halaman rumput depan rumahnya.

Semilir angin menerpa tubuhnya, membuat rambut kecoklatan Cahaya sedikit berkibar, dan memberi efek dingin yang membuatnya merinding. Tapi ia suka.

Menarik napas dalam-dalam, ia menikmati petrichor yang semerbak memenuhi rongga hidungnya. Matanya terpejam dan langsung membuka begitu terdengar suara gemuruh di langit yang kelabu. Selarik cahaya berbentuk akar menampakkan dirinya di sela-sela himpitan awan yang terus mengguyurkan air ke bumi, semakin deras.

"Aya? Ngapain di sini? Kita makan, yuk! Bunda udah masakin sop merah kesukaan Aya. Banyak sosisnya loh ...." goda Selena.

Tentu saja Cahaya tergiur. Ia langsung menelan ludah dan mengangguk pada Selena yang mengusap gemas kepala Cahaya. Alhasil, rambut atasnya sedikit berantakan.

Selena tergelak, tangannya merangkul anaknya masuk sambil mengusap-usap lengan Cahaya. Ia sangat menyayangi anak itu.

Apalagi sejak kejutan ulang tahunnya yang gagal, ia malah semakin memanjakan Cahaya dengan segala sikap dan perlakuannya. Ia sudah berjanji untuk tidak akan pernah membuat anaknya sedih, sedikitpun.

Benar saja, sampai di meja makan, sewadah besar sup merah sudah menunggu untuk disantap. Cahaya tak henti menatap sup itu, benar-benar banyak sosisnya. Ia nampak sangat suka.

Tanpa menunggu lama, gadis dengan rambut yang masih acak-acakan itu langsung mengambil semangkuk nasi dan menuangkan beberapa sendok sup yang hangat dan beraroma menggoda, membuat perutnya terasa perih.

Cahaya makan dengan lahap, disusul Diego yang baru turun, dan Selena yang terakhir menuangkan sup ke mangkuknya. Tubuh mereka menghangat dalam sekejap, berkat sup merah buatan Selena. Benar-benar menu yang pas di pagi hari yang dingin.

"Aya nambah, ya, Bunda."

Selena tersenyum, "Aya kalo mau nambah, ngambil aja langsung. Tuh, masih banyak."

Cahaya menyeringai senang, lalu segera menuangkan kuah beserta sosis, kacang polong, dan wortel ke dalam mangkuknya. Tapi ia lebih banyak mengambil sosis, karena ia suka. Sangat suka. Apalagi sosis sapi.

"Aya makan yang banyak, ya. Bunda perhatiin, sejak sibuk sekolah, Aya jadi kurusan," ujar Selena yang sudah selesai menyantap sarapannya.

Cahaya refleks mengedarkan pandangan ke seluruh tubuhnya. Benarkah?

"Iya, Ayah perhatiin juga, Aya emang kurusan." Diego terus memandangi Cahaya dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Uang jajan Aya kurang, ya?"

Cahaya menggeleng. "Nggak kok, Yah. Masih banyak malah."

Cahaya [COMPLETED]Where stories live. Discover now