Chapter 30 - Reuni (2)

Start from the beginning
                                    

Sementara itu, Mora dan Alivio kini sudah berada di tempat yang aman. Mereka berdiam diri di apotik terdekat di sana, Mora berusaha mengobati luka yang ada di wajah Alivio. Wajah itu kini penuh dengan luka lebam akibat pukulan Megan tanpa henti. Entah kenapa sekarang Mora merasa menyesal karena telah membawa Alivio datang ke reuni itu. "Vi.. sorry, ya?" ujar Mora dengan wajahnya yang merasa bersalah.

"Maaf tentang apa, Ra?" Tanya Alivio sembari tersenyum.

"Kalau aja lo nggak ikut gue ke reuni ini, lo nggak akan babak belur.."

Alivio kontan tertawa, "Ini tuh bukti, Ra."

"Bukti?"

"Iya, bukti kalau Megan memang cowok yang patut lo kejar." Jawab Alivio membuat Mora tersenyum.

"Kenapa memangnya?"

"Lo nggak lihat tadi? Betapa marahnya dia ketika gue pukul soal Renatha yang nampar lo. Dia juga seketika bilang, kalau lo adalah miliknya sedari dulu. Ini bukti kalau dia memang masih cinta sama lo, dia nggak peduli sama Renatha. Dia bahkan pukulin gue karena mungkin dia nggak pengen ada orang yang so jadi super hero buat lo kecuali dia sendiri," Papar Alivio menjelaskan.

"Yah, sebenarnya gue setitik lega. Karena hari ini, gue dan Megan sama-sama jujur soal perasaan kita berdua— walaupun nggak banyak! Seengganya hari ini dia tahu, kalau gue masih cinta sama dia," Balas Mora dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, "Semoga setelah ini, kita saling berjuang. Nggak ada lagi hanya diam dan membiarkan semuanya berakhir percuma. Gue yakin, setelah ini Megan pasti nggak akan tinggal diam."

"Iya, baguslah kalau hadirnya lo hari ini ngebuat dia ikut berjuang," ujar Alivio meyakinkan, "Entah— gue harus sedih apa harus seneng lihat lo yang sekarang ini. Tapi, makasih banyak ya, Ra. Berkat lo dan juga Megan, gue jadi tahu apa itu cinta yang sesungguhnya. Gue berharap, gue bisa nemuin orang yang seperti lo nanti.."

Mora tertawa kecil seraya memukul Alivio pelan, "Apa sih, Vi! Lo harus dapet yang lebih baik dari gue!"

Alivio mengangguk menyetujui. "Okay! Nah sekarang kita harus nunggu kereta sekarang di stasiun. Aduh, malu bener muka gue babak belur begini."

"Beli masker sana!" ucap Mora menahan tawanya sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaket, "Gue pesen taksi ya!"

**

"Ya amplop! Ini bibir darahnya nggak berhenti-berhenti!" ujar Kelvin yang sedang mengobati luka di bibir Megan. Mereka masih berada di depan restaurant itu malam ini ketika semua orang sudah bubar pada jam 11 malam. Tidak ada siapapun lagi yang ada disana kecuali mereka dan security. Sebenarnya, acara seharusnya selesai jam 12 malam, namun karena satu dan berbagai hal akhirnya acara di persingkat untuk reuni pertama yang diadakan Kelvin dan kawan-kawan hari ini.

"Ini mah kayaknya ada masalah sama bibirnya," sahut Ramon sembari memainkan game di ponselnya.

"Apaan?" Tanya Kelvin tidak mengerti.

"Ya elah masa nggak tahu? Itu loh, bibirnya Megan tuh perlu di... di kasih asupan gitu," Balas Ramon, akan tetapi Kelvin masih bengong tidak mengerti.

"Asupan apa sih, Mon? Vitamin?"

"Bukan bego, itu loh si paketu kan udah lama mungkin nggak ci... jadi berdarah terus!"

"Ci? Apaan? Cireng? Cilok? Ci apaan sih?" Tanya Kelvin masih juga tak mengerti. "Megan udah lama nggak makan cireng?"

"Halah udahlah susah," Sela Claveron kesal, "Heran tuh ceweknya kenapa cinta mati banget nih sama si kutu kupret satu! Udah gitu bego lagi."

"Udah udah, lebih baik sekarang kita pulang, udah malem nih, yuk! Sebelum bokap gue bikin ulah lagi!" ujar Megan seraya merogoh saku celananya mencari kontak mobilnya. "Untung aja dia izinin gue hari ini gara-gara bawa Renatha."

"Yuk, kasian tuh cewek-cewek udah pada capek, malah tidur di mobil!" Claveron mengiyakan sembari melirik ke arah mobil Ramon dan juga dirinya, dimana Rachel dan Clara sudah tertidur pulas di mobil pacarnya masing-masing.

"Ngomong-ngomong soal pulang nih, bro. Tadi kan lo kesini sama si nenek gayung, sekarang tuh nenek kemana ya?" Kelvin bertanya, "Kan tadi dia pergi sama lo. Cuma gara-gara kejadian tadi, dari situ dia udah nggak kelihatan lagi."

"Bodo amat! Gue nggak peduli! Dia punya handphone, dia bisa telepon bokapnya buat jemput, simple!" Seru Megan sembari memasukan tubuhnya ke dalam mobil berwarna merah pekat miliknya. Mendengar itu, Kelvin, Ramon dan Claveron yang masih berada disana hanya mengiyakan dan langsung menaiki mobilnya masing-masing untuk pulang ke rumah.

Satu persatu mobil itu keluar dari area restaurant dan berpisah di jalan Dago atas, mengingat keempatnya memiliki rumah yang berbeda arah. Megan lanjut menelusuri jalanan Dago atas menuju pulang dengan hati yang sumringah. Walaupun wajahnya terluka, tapi malam ini ia tidak menyangka bahwa ia akan mendengar semua kata-kata itu dari mulut Mora. Megan begitu bahagia, bukan main.

Bahkan ia tak masalah jika Mora harus pergi bersama Alivio tadi, karena Megan tahu kalau Mora masih tetap mencintainya, bukan Alivio. Hati Mora masih untuknya, tidak ada orang lain. Mendengar pernyataan itu dari mulut Mora begitu membuatnya bersemangat. Ia bahkan berjanji untuk berjuang agar pernikahan itu tidak akan terjadi. Pernikahan itu harus batal, dan Megan lah yang akan membatalkannya.

Megan begitu senang karena kali ini, Megan mempunyai alasan kenapa ia harus berusaha untuk membatalkan pernikahan itu. Alasan itu adalah karena Mora. Perempuan yang selama ini membuatnya putus asa dan sendiri ternyata berbohong, dia berbohong soal telah mencintai orang lain. Hari ini semuanya terbukti, dengan mata dan telinga Megan sendiri. Bahwa perempuan itu, masih memiliki perasaan yang sama dengan Megan. Bahkan, dia tidak ingin Megan pergi lagi. Suatu hari yang begitu sempurna!

Malam ini ia akan memberikan Mora pesan lewat ponsel Ramon yang sudah ia pinjam. Pasalnya, selama sang Ayah mengekangnya, ponsel Megan selama ini disita. Megan tidak boleh menghubungi Mora ataupun teman-temannya selama ia tidak bisa menyetujui pernikahan itu. Maka itu sebabnya, Megan jarang sekali bisa memainkan ponselnya. Kalaupun bisa, itu adalah hasil dari mengambil secara diam-diam. Dan pada akhirnya, ponsel itu tetap kembali pada Ayahnya. Tapi Megan sudah cukup lega malam ini karena Ramon sudah berbaik hati mau meminjamkan ponselnya sampai besok. Setidaknya malam ini ia akan kembali mengobrol dengan Mora!

Sesampainya Megan di rumah, semua lampu sudah mati. Kedua orang tuanya sudah tertidur pulas di kamarnya. Megan hanya berlari pelan memasuki kamarnya yang berada di atas, untuk cepat-cepat memberikan Mora pesan.

LINE

Ramon Geraldy : Hai raa

Ramon Geraldy : Ini Megan, pake hp nya Ramon hehe. Seneng bisa ketemu kamu hari ini

Ramon Geraldy : Banyak yg hrs Megan ceritain sama kamu raaa

Ramon Geraldy : Kamu lagi di jln pulang ke Jkt ya?

Ramon Geraldy : Kalau gitu, hati-hati ya raaaa kabarin Megan kalau udah sampe Jakarta. Raa, jangan nangis lagi yaaa. Kalau mora bilang jangan tinggalin lagi, megan juga nggak bakal tinggalin orang yang paling megan sayang. Megan selalu sayang sm kamu raaa, nggak pernah berganti jd org lain. Dan satu hal yg perlu kamu tau!

Ramon Geraldy : Kalau megan memang ingin menikah, sudah pasti orang yang megan akan lamar itu kamu ra. Megan akan cari kamu walaupun kamu sejauh planet pluto karena megan cuma mau nikah sm kamu :)

Ramon Geraldy : I love you!

***

UDAH PUAS BELUM HARI BAHAGIANYA?

+250 comments dan votes jangan lupa!!! Lanjut ke chapter 31! Thank you all! I love you!🥰

-tbc-

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now