Part 25

19.7K 1.3K 99
                                    

Jangan lupa vommentnya.
Tinggal klik doang ko ngga susah :)

Spam komen ya biar nunu semangat up☺

Happy reading💕

•••

"Gimana bi?" tanya Andra pada bi Nirah yang baru turun dari lantai atas.

"Maaf den, non Izel masih belum bangun juga. Bibi udah manggil-manggil dan ngetok-ngetok pintu kamarnya, tapi tetep ngga ada sautan apapun." bi Nirah menjelaskan.

Andra mengangguk, lalu berdiri menuju kamar Izel yang berada disamping kamarnya. Ia mencoba membuka pintu tersebut, namun dikunci dari dalam.

Andra mengeluarkan kunci cadangan untuk membukanya, namun kunci nya tak bisa dimasukkan karena ada kunci lain yang menggantung dari dalam. Ia menggedor pintu kamar Izel namun tetap tak ada respon.

Tak ada cara lain, Andra memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut.

Brakkk...

Suara pintu yang didobrak paksa akhirnya terbuka. Andra melihat Izel masih bergelung di ranjangnya. Ia menghampiri Izel dan menggoyang-goyangkan badannya agar Izel bangun.

"Heh, bangun. Lo ngga akan kuliah? Cepetan siap-siap." namun Izel masih dalam posisinya.

Andra merasa heran dan langsung membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Izel sampai atas kepalanya. Ketika Andra menyibakan selimutnya, ia melihat wajah Izel yang pucat pasi, dan keringat dingin mengaliri seluruh wajahnya bahkan rambutnya pun basah oleh keringat.

Saat Andra menempelkan telapak tangannya di dahi Izel, matanya terbelalak karena tangannya menyentuh kulit panas Izel, yang berarti Izel sedang demam tinggi sekarang. Ia langsung mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.

Kenapa Ndra?

Gue butuh bantuan lo. Sekarang juga lo kerumah gue, nanti gue shareloc. Jangan lupa bawa peralatan lengkap praktek lo.

Oke.

Sekarang juga! Gapake lama.

Beep.

Sambungan langsung diputus olehnya. Andra langsung mengirimkan shareloc ke orang yng tadi dihubunginya.

Lalu, ia langsung mengganti baju Izel yang basah oleh keringat dengan pakaian baru. Setelahnya, Andra menyuruh bi Nirah mengambil kompresan dan ia langsung mengompres dahi Izel untuk meredakan demamnya.

Jantungnya terpompa lebih cepat melihat seseorang yang kini terbaring lemah tak berdaya dihadapannya. Mengapa sekarang matanya tak ingin lepas menatap wajah yang biasanya selalu membuatnya kesal?

Apa kekhawatiran gue masih begitu besar?

Andra menyibakkan baju Izel dibagian perutnya yang masih rata. Mengusapnya perlahan. Matanya seketika berkaca-kaca, rasa sakit yang menikam dadanya kembali hadir. Satu cairan bening jatuh tanpa bisa ia tahan.

Lo harus lebih kuat dari kakak lo ya, sayang. Gumamnya dalam hati dengan nada lirih, lalu menutup kembali perut Izel dengan menurunkan bajunya agar ia tak merasa kedinginan.

GRIZELLE [Completed]Where stories live. Discover now