Bab 27

104K 8.4K 1.3K
                                    

Tidak semua hati memiliki ikhlas sedalam lautan. Terkadang, mulut hanya bisa diam, namun hati tetap gaduh mengharapkan. Rimpuh tak dihiraukan, meski hati jadi pacuan.

Kalam Cinta Sang Gus

Katanya setiap rumah memiliki benang merah yang saling mengikat satu keluarga untuk saling berbagi kasih, namun kenyataannya tidak semua ikatan memiliki kisah yang sama. Tidak semua rumah memiliki benang merah.
Ada yang pulang karena ikatan yang sebenarnya sudah tak saling terikat. Ada pula yang terpaksa pulang, padahal saling diam. 'Pun ada yang pulang untuk memperbaiki ikatan.

Saat ini Syabella umpama rumah yang pemiliknya selalu pulang, namun tak pernah saling bertukar sayang. Tak pernah saling ungkap perasaan, seakan diam adalah sebuah ritual. Seolah bungkam menjadi satu-satunya  pilihan.

"Sya, sebenarnya kamu itu cantik, manis, baik pula. Cuma kurang dewasa aja dikit," pujinya pada diri sendiri. "Apa karena hal itu ya, Kak Ilham gak suka?" Perempuan itu masih saja bertanya jawab sendiri sembari berlenggak-lenggok mengukur gamis yang kini ia kenakan di depan cermin.

Gamis maroon dengan kombinasi batik itu sangat anggun. Hadiah pernikahan dari Maira yang tak lain mantan tunangan Ilham, dulu. Meski harus dipermak sedikit karena terlalu besar sebelumnya. Syabella membetulkan hijab pasmina yang sudah ia lilitkan kebelakang. Untuk pertama kalinya ia memakai hijab yang tidak menutupi dada. Tapi rasanya sangat cocok mengingat bagaimana Alana mengenakannya, dan lagi bagian atas gamis ini sayang jika ditutupi. Ada pita yang terpasang zigzag bagian dada hingga perut.

"Sudah siap?" tanya seseorang dari pintu.

Syabella memutar tubuh dan mendapati Ilham dengan kemeja lengan panjang senada dengan gamis ya ia kenakan. Sungguh, baju couple yang sangat indah. Mata lentik Syabella sampai tidak berkedip melihat kemeja itu begitu pas di tubuh suaminya.

Ketika tubuh Ilham berjalan mendekat, barulah ia tersadar dan langsung menggandeng lengan suaminya. Padahal sudah tiga hari ini hubungan mereka sedang tidak baik sejak Syabella beritahukan tentang Irwan.

Kening Syabella mengernyit ketika langkah suaminya bukan menuju ke luar melainkan ke lemari. Ilham membuka almari tersebut dan memilah tumpukan hijab koleksinya. Setelah didapat yang ia mau Ilham berjalan ke meja rias, Syabella yang sudah terlanjur menggandeng lengannya otomatis mengikuti langkah sang suami.

Tanpa aba-aba Ilham mendudukan Syabella di kursi rias, perempuan itu sampai menahan napas ketika si suami menunduk guna menarik jarum pentul di bawah dagunya. Jujur Syabella ingin mencak-mencak kegirangan Ilham sedekat ini setelah tiga hari mereka perang dingin. Dadanya kembali berdebar tak karuan. Sepertinya semakin hari ia semakin terjerat pesona om om labil ini, sepertinya ia sudah benar-benar jatuh cinta pada suamimya sendiri. Syabella yakin itu.

Ilham kembali menyerahkan jarum pentul pada Syabella setelah susah payah memasangkan hijab segiempat syar'i untuk menutupi kepala dan dadanya. Pertama kali melihat penampilan Syabella tadi, Ilham langsung gerah, apa-apaan memamerkan dada seperti itu? Meski dua aset sumber kehidupan anak-anaknya kelak itu belum terlalu matang, tapi Ilham tidak suka melihatnya. Terlihat menawan di depan pria lain itu bahaya.

Dengan diam pula Syabella menerima jarum dan memakainya sendiri. Padahal tadi dia sudah terlihat berkelas dengan pasmina maron itu, malah diganti syar'i warna coksu yang senada dengan ukiran batiknya. Bagus juga sih, Abel jadi terlihat semakin anggun. Tetapi masalahnya apa coba dengan hijab tadi?

Setelah membenahi hijab yang kini menutup dada itu Syabella mengibarkan bagian bawah gamisnya sembari tersenyum manis di cermin.

"Nanti di sana tidak usah senyum-senyum tidak jelas seperti itu. Malu," lontar Ilham seenak jidat.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now