Bab 41

40K 6.4K 1.3K
                                    

Happy reading... sambil dengerin lagu di atas☝

Terus tekan bingtang dulu di pojok bawah. 💖💖

Aku percaya, kebahagiaan itu ada. Kebahagiaan itu dekat, sedekat rasa syukur yang ada di hati. Selagi ada rasa syukur, hati akan bahagia.

__________________________

Kafa memutuskan untuk pamit pulang setelah memastikan Syabella sampai di rumah sakit dengan aman. Dia tidak ingin keberadaannya membuat kacau hubungan mereka. Kafa cinta Syabella. Tapi, kebahagiaan Syabella prioritasnya. Jika perempuan itu bahagia dengan Gus Ilham, maka Kafa juga bahagia. Itu prinsipnya.

Sedangkan Syabella langsung menjenguk mertuanya yang ternyata sedang bercengkrama hangat dengan suaminya. Alhamdulillah, Abel dapat bernapas lega sekarang. Setidaknya umi Zulfa sudah baikan.

"Umi." Syabella sampai menangis ketika merapal namanya.

"Abel, sini Nak." Umi Zulfa merentangkan tangannya.

Tanpa menunggu apapun perempuan itu langsung menghambur dalam pelukan ibu mertuanya--yang masih terbaring lemah. Sungguh, Syabella rindu. "Umi, maafin Abel."

"Sshhttt." Umi Zulfa menutup mulut Syabella dengan jari telunjuk. "Kamu percaya kepada Allah?" tanya Umi Zulfa lembut yang langsung diangguki Syabella. "Pada Malikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan engkau percaya kepada Qadar Allah, yang baik maupun yang buruk?"

Syabella kembali mengangguk, tentu saja. Itu merupakan enam rukun iman.

"Jika kamu percaya semua itu, maka kamu tidak perlu minta maaf, Nak," sambung Kyai dengan suara khasnya yang begitu berwibawa. 'Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.
Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: "Seandainya aku lakukan demikian dan demikian." Akan tetapi hendaklah kau katakan: "Ini sudah jadi takdir Allah (Qodarullah wa maa-syaa-a fa'ala). Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi." Karena perkataan seandainya dapat membuka pintu syaitan." (HR Muslim).

Umi Zulfa tersenyum hangat, setelah  menghapus air mata menantunya ia kembali berkata, "paham?!"

Lagi-lagi Syabella hanya mengagguk. Ucapan Abi benar, semua yang terjadi merupakan bagian dari ketentuan-Nya. Qodarullah. Syabella bersyukur memiliki mertua yang begitu mengayomi dan membimbingnya menjadi dewasa. Tidak seperti anaknya, Abel tahu Gus Ilham masih berproses untuk menjadi selayaknya Kyai Hanafi. Gus Ilham masih suka lepas kendali saat emosi, tapi bagaimana? Ini sudah tugas Syabella untuk menemani prosesnya.

"Iya, Kak. Umi benar. Kak Abel tidak usah khawatir ya, Kak. kak Mala juga sudah sehat, bayinya juga selamat," sambung Kia sembari mengupas buah Apel. Dia tersenyum lebar, sangat manis.

Alhamdulillah, syukur Syabella dalam hati.

"Sya, ikut aku sekarang." Itu suara Ilham. Setelah berucap demikian Ilham langsung keluar dari ruangan Umi Zulfa. Syabella manut, dengan mengikutinya dari belakang.

Posisi mereka saat ini berada di kursi besi dengan cat warna putih di bawah pohon cempaka pink. Syabella masih menunduk di depan suami yang menatap dengan iris elangnya yang tajam. Rumah sakit ini jadi semakin horor rasanya jika ditatap sedemikian rupa.

"Kenapa kamu ke sini?"

"Maaf, Kak Ilham. Abel cuma pengen tau keadaan Umi. Abel khawatir."

"Bersama lelaki itu?"

Kalam Cinta Sang GUS ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum