Bab 13

95.8K 7.8K 423
                                    

Happy Reading ❤
_____________________________________________

Sebuah akhir dari berharap pada selain-Nya adalah kecewa. Sibuklah berdo'a agar segala harapan menjadi nyata, dan kecewa tidak akan ikut serta.

Kalam Cinta Sang Gus

"Syaaa," panggil pemuda itu dengan wajah berbinar, kini kedua tangannya terentang hendak memberikan gadis di depannya sebuah pelukan.

Belum sempat tubuh pemuda itu sampai pada sang gadis sebuah gulungan kertas menahan jidatnya, hingga laju si pemuda terhenti seketika.

"Jangan berani nyentuh Abel, kita bukan anak TK lagi, bukan mahram," ucapnya cuek.

Kafa terkekeh, gadis ini masih sama. Masih selalu judes padanya. "Tapi 'kan rindu, Sya."

"Tapi, kan Abel nggak."

"Ya ampun, Sya. Jahat amat," jawabnya sembari merajuk.

Abel tertawa renyah melihat wajah teman masa kecilnya itu ditekuk. Lucu, Abel jadi ingat wajah tembemnya waktu masih kecil ketika menangis. "Hahaa ... Abel rindu kok, tapi cuma dikit. Gak papa 'kan?" Gadis itu kembali terkekeh. Sedang kedua tangannya sibuk menggulung kertas yang entah apa isinya. Tadi, tangannya jahil merobek majalah di meja.

"Ekhm, ekhm ...."

Keduanya menoleh pada sumber suara yang sejak tadi seperti patung tak dianggap. Seolah Ilham makhluk tak kasat mata hingga diabaikan dengan sengaja.

"Oh iya, Gus Ilham dia Syabella tem--" Kafa menghentikan kalimatnya ketika dengan tegas Ilham memotong.

"Dia istri saya, Syabella Khairani Rahman," potong Ilham cepat. Sebenarnya sejak tadi Ilham masih menunggu Abel memperkenalkannya, rupanya tidak, gadis itu malah sibuk bercanda seperti anak kecil. Bikin kesal saja.

Wajah yang tadinya berbinar indah berubah putih pucat, dia menatap Syabella yang terlihat santai bermain dengan kertas di tangannya. Kemudian Abel mengangguk, meng-iyakan jawaban Ilham, seolah mengerti isi pikiran Kafa yang penuh tanda tanya.

Dengan tiba-tiba ada rasa sakit yang seolah mencubit hati Kafa. Jadi, yang dulu Gus Ilham ceritakan adalah Syabellanya, yang dia nikahi adalah Abel? Dan secara tidak langsung dia ikut andil dalam pernikahan mereka dengan membantu Ilham waktu itu. Ketika salah satu santri di pesantren Ilham memiliki masalah di tempat karantina.

"Kafa, maaf ya. Abel gak sempet bilang ke Kafa kalo Abel nikah, percaya deh, semuanya terjadi begitu mendadak. Abel juga gak nyangka bakal nikah secepat ini."

Kafa masih membeku untuk beberapa saat. "Bukankah kamu berjanji akan menungguku pulang, Sya." tanya Kafa lirih.

Ilham langsung menatap tajam pemuda yang seakan tak menganggapnya ada. Beraninya dia berbicara seperti itu pada istri seseorang. Teman sih teman, tapi apa perlu menagih janji di depan suaminya? Ilham beralih menatap Abel, ingin tahu jawaban yang akan terlontar dari mulut istrinya.

"Abel selalu nunggu kok, Kafa kan temen Abel, tetangga Abel. Meskipun Abel tinggal sama Kak Ilham, tapi Abel sudah bilang ke Umi kalo Kafa pulang, suruh kabarin Abel," jawabnya santai. Membuat Ilham tertegun.

Kafa menghela napas berat, dari awal dia tahu pikiran Abel tidak akan sejalan dengan apa yang dia pikirkan. Definisi 'menunggu' antara dia dan Abel beda, sangat berbeda. Jadi, ini bukan salah Abel. Seharusnya Kafa yang lebih terbuka bahwa dia akan melamar dan menjadikannya pendamping hidup suatu hari nanti. Bukan hidup berdampingan sebagai teman atau tetangga seperti pikirannya. Ah, Abel. Ingin sekali Kafa memaki-maki gadis ini jika saja tidak ada ilham di sampingnya.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant