Bab 25

95.2K 7.9K 728
                                    

Hidup tidak selalu tentang bahagia sendiri. Ada saatnya kita memilih derita demi orang lain tetap bahagia. Karena pada dasarnya kebahagiaan sejati ialah mampu ikhlas sedalam-dalamnya.

Kalam Cinta Sang Gus

Hidup itu seperti perahu yang berlayar di lautan, kadang ada tenang yang membawa damai, kadang ada riuh yang membuat jiwa rimpuh, kadang berombak seperti takdir ingin menjatuhkan. Dan kadang, dikecamuk badai seolah waktu menyuruh kita mundur dan menyerah secara perlahan. Tapi itulah hidup, untuk sesaat kita butuh rehat dan berhenti mendayung, biarkan ombak mengikuti arah angin dan membawa kapal berlabuh di muara penuh kebahagiaan.

Sebab hidup tidak selalu tentang bahagia sendiri. Ada saatnya kita memilih derita demi orang lain tetap bahagia. Karena pada dasarnya kebahagiaan sejati ialah mampu ikhlas sedalam-dalamnya. Seperti yang kini Kafa lakukan, ia telah mengikhlaskan Syabella dengan pilihannya. Meski sampai saat ini ia belum yakin jika pilihan itu terbaik atau tidak untuknya.

"Sewaktu Adzkia menghubungi saya beberapa saat lalu, saya langsung berangkat ke tempat karantina untuk menanyakan alamat atau nomer Abil yang bisa dihubungi. Karena yang saya dengar dari Gus Ilham, kalau Abil dulunya salah satu penerima beasiswa Al Ahzar yang juga mengikuti karantina di sana, dan kebetulan saya bertemu dengan Kaisar yang ternyata sahabat sekaligus tetangga Ning Abel. Berhubung dia tahu nomor Abil, jadi langsung saya ajak kemari," jelas Nisa panjang lebar mengenai kronologi perkenalannya dengan Kaisar Faris Al Hafidz. Tidak disangka dunia serasa begitu sempit.

Setelah menunjukkan bukti video akad nikah Abil dan Mala, juga klarifikasi langsung melalui Video call. Akhirnya orangtua santri percaya dan meminta maaf langsung pada pengasuh Pondok pesantren Nurul Hidayah, dan kabar baiknya lagi, Mala diizinkan oleh Kyai untuk mengikuti ujian sampai dia lulus.

Alhamdulillah, satu masalah telah usai. Semoga kedepannya setiap masalah dapat terselesaikan dengan baik seperti sekarang.

Namun, ada satu hal yang masih membebani benak Ilham.

Syabella.
Wanita yang menyandang status Nyonya Malik Hanafi itu, sesekali terlihat murung. Bahkan saat Kafa mencandainya 'pun hanya tersenyum sepat, Ilham menyadari itu.

Bukan hanya Ilham, Kafa tahu betul jika sesuatu hal tengah meresahkan sahabat tersayangnya itu. Jika dia di posisi Ilham, ingin sekali ia mendekap dan memberi ketenangan ternyaman di pundaknya. Astaghfirullah, itu adalah pemikiran yang seharusnya tidak pernah ada di otaknya. Sadar Kafa. Lelaki itu menggeleng setelah menasehati diri sendiri.

Kafa paham betul jika mencintai seseorang yang bukan mahram tidaklah baik, apalagi seseorang itu telah dimiliki orang lain. Tapi, ia tidak punya kuasa atas hatinya, kalau saja perasaan bisa diubah sesuka hati. Sudah dari kemarin-kemarin ia membuang nama itu dari kalbu terdalamnya. Sudahlah Kafa, lupakan! Lupakan! Lupakan!

"Kafa, kamu kenapa?" tanya Abel heran ketika mendapati sahabatnya menggeleng.

Kafa mengerjapkan mata, kemudian menggeleng lagi sembari tersenyum lebar hingga nampak giginya yang seputih salju.

Syabella justru bergidik melihat senyuman Kafa, sejak dulu jika sudah tersenyum seperti sekarang, ada pikiran aneh di otaknya. Dan ia akan bilang, 'kenapa sih, kamu selalu menguasai pikiranku, Syayangku'. Receh sekali sahabatnya itu.

"Kenapa sih kamu selalu membuatku rindu, Sya--" sontak Kafa mendapat tatapan sengit dari Syabella. "Habatku," lanjutnya sambil nyengir.

Untung mereka sudah tinggal berempat di ruangan pengurus, duduk berdampingan dan saling berhadapan. Syabella di samping Ilham di hadapan Kafa, sedang Annisa di depan Ilham.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now