Bab 26

94.8K 8.1K 1.1K
                                    

Manusia bisa saja bersandiwara di hadapan semesta, tapi manusia tidak bisa bersandiwara di hadapan Robb-nya.

Kalam Cinta Sang Gus

Tidak ada do'a yang tak terkabul selama apapun pengharapannya. Tidak ada do'a yang sia-sia sebanyak apapun permintaannya. Hanya saja waktunya belum tepat, Allah Maha Tahu waktu paling baik untuk mengabulkan sebuah pinta. Jika seseorang mampu bersabar, maka Allah akan memberi yang lebih indah dari pengharapan itu sendiri.

Hakikatnya, setiap orang memiliki impian yang ingin segera terwujud. Tidak menutup kemungkinan salah satunya memilih jalan yang sejatinya tak sanggup ia tapaki. Namun seseorang itu yakin kalau dia bisa, walau kenyataannya harus tertatih, meski akhirnya harus merangkak untuk bisa sampai pada dermaga yang bernama bahagia. Dan, seseorang itu salah satunya ... Syabella.

Demi mewujudkan impian untuk selalu membahagiakan Abinya, Abel rela tertatih meski dasarnya terlalu ringkih.

"Sya, tolong jujur. Ada apa sebenarnya? Tadi Abi bicara apa, sampai kamu lari ke kamar terus ngunci diri di kamar mandi? Terus keluar dengan mata bengkak seperti ini?" Ilham sedang menginterogasi sang istri yang kini duduk dengan beberapa buku di pangkuannya, tidak tahu apa, bagaimana khawatirnya dia sejak Abel di kamar mandi.

"Gak ada, Abel cuma rindu Abi." Syabella menoleh sekilas, lalu kembali menyibukkan diri dengan salah satu buku koleksi suaminya yang berjudul "Risalah Ad Dima' " yaitu kitab Fiqh an-Nisa' yang isinya perihal seluk beluk darah yang keluar dari wanita. "Kak Ilham punya buku kek gini juga ya ternyata," ucap Syabella sambil terkekeh, padahal sebenarnya ia tengah mengalihkan topik pembicaraan.

Tangan Ilham reflek terangkat guna mengacak rambut basah Abel yang di biarkan tergerai. Istrinya ini sungguh berbakat untuk menjadi aktris ulung, talentanya dalam berakting sungguh natural. "Kamu pikir yang boleh tahu tentang hal seperti itu hanya perempuan? Tidak. Seorang lelaki juga harus lebih tahu apalagi jika seseorang itu tokoh agama."

Syabela manggut-manggut seraya mengibas rambut basahnya. Sehabis menangis di kamar mandi Abel memang langsung membersihkan diri, rasanya ia butuh merefresh tubuh sebelum kembali pura-pura tegar dan bahagia.

"Sya, ada apa?"

"Oh iya, kak Ilham. Abel mau nanya, kalo sehabis melahirkan itu, gak harus langsung mandi wajib, 'kan? Karena umumnya tuh semua wanita kalo habis ngelahirin pasti keluar darah nifas. Kalo sehabis ngelahirin gak keluar darah sama sekali baru langsung mandi wajib wiladah. Tapi kan umumnya wanita lahiran pasti keluar darah nifas, emang ada yang gak keluar sama sekali ya kak Ilham?" Syabella tampak berpikir. "Harusnya mandi wajibnya sehabis nifas. Gak bisa waktu nifas kita mandi wajib itu haram, 'kan?"

Ilham memutar bola mata, jengah. "Tidak usah membahas pertanyaan yang sudah kamu tahu jawabannya." Ilham paham Syabella hanya ingin mengubah topik.

"Ish, itu kan namanya diskusi Kak Ilham. Gak asik ih," balas Abel dengan bibir manyun.

"Sya."

"Kak Ilham, kenapa sih kakak gak bolehin Abel pake kontrasepsi? Kak Ilham kebelet punya anak ya?" tanya Abel lugas seolah pertanyaan tersebut bukanlah hal intim sama sekali.

"Kamu keberatan?" tanya Ilham.

Sontak Abel menggelengkan kepalanya dengan santai.

"Kenapa dibahas lagi?"

Skakmat! Sebenarnya Abel sudah bingung harus bagaimana lagi menghindari pertanyaan Ilham. Jikalau jujur, Abel takut semakin sulit bagi Ilham menerima dirinya karena berpikir pernikahan ini tidak pernah Syabella kehendaki lalu berpikir untuk mengkhiri hubungan ini. Sedang ia sudah jatuh sejatuh jatuhnya dengan lelaki super tidak peka dan sedikit plinplan ini.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Där berättelser lever. Upptäck nu