Bab 44

42K 6.7K 1.1K
                                    

Jangan lupa vote dan komen dulu.😁💖

Happy Reading..❤

Hati, menyerah ya, semesta bukan hanya perihal dirinya, masih ada cinta Allah yang lebih layak diperjuangkan. Jangan buta ya, kamu berhak bahagia.

Kalam Cinta sang Gus

Suasana di musholla rumah sakit terlihat begitu lenggang, orang-orang hilir mudik menunaikan kewajibannya sebagai muslim termasuk juga Ilham. Lelaki itu baru saja selesai sholat dzuhur ditemani oleh adik perempuannya. Saat ini ia duduk di undakan tangga depan musholla, wajahnya yang putih bersih masih tampak basah di beberapa anak rambut yang keluar dari peci putih miliknya. Umi Zulfa bilang kalau istrinya sudah mulai merasakan mulas sejak pagi setelah induksi oxytocin yang dimasukan pada cairan infus kemarin malam dan sudah bereaksi. Tapi, sampai saat ini dia tidak mengizinkan Ilham masuk ke ruang persalinan sedikitpun. Syabella bukan ngambek lagi, tetapi benar-benar marah.

Seorang pria yang sudah setengah abad mengarungi bahtera kehidupan itu menghampiri Ilham, kemudian duduk berdampingan dengannya. Untuk beberapa saat keduanya diam.

"Kamu tahu? Waktu pertama kali menikah dengan umi kamu, Abi juga kesulitan untuk menyesuaikan diri dengannya. Abi seringkali gagal mengetahui apa sebenarnya yang umi kamu inginkan dan bagaimana sikap yang harusnya membuat umi nyaman bersama Abi." Hanafi sesekali tersenyum ketika bercerita tentang masalalunya.

Ilham hanya menoleh sekilas, lalu ikut tersenyum. Senyum singkat yang terasa hambar.

"Terkadang, apa yang menurut Abi benar, ternyata itu salah di mata Umi. Perasaan perempuan memang begitu, mereka sangat sensitif dan selalu ingin diperhatikan dalam keadaan apapun. Tidak ingin disalahkan untuk masalah sekecil apapun."

"Tapi Ilham tidak pernah melihat Abi sama Umi bertengkar." Ilham menanggapi.

Ilham seketika menoleh ketika Abi Hanafi justru langsung tergelak mendengar ucapannya.

"Itu karena pertengkaran kami, hanya antara kami berdua. Tidak perlu orang lain tahu, di kamar saja cukup. Apalagi di depan anak-anak, itu akan mempengaruhi perkembangannya." Hanafi menepuk-nepuk punggung Ilham.

"Abi kamu benar." Tiba-tiba umi Zulfa menyela obrolan antara anak dan abinya. "Seiring waktu berjalan, kalian akan sama-sama belajar untuk saling melengkapi dan mengerti karakter masing-masing," ucap umi Zulfa diselingi senyum hangatnya, dalam keadaan seperti ini setidaknya senyum bisa sedikit mencairkan suasana.

Termasuk Syabella, dia akan belajar memahami bagaimana sikapmu, Ham. Sebagaimana umi memahami Abi kamu. Batin umi Zulfa.

Jika dipikir-pikir Ilham dan masa muda Abinya itu sama. Sama-sama gengsian, sama-sama susah mengerti perasaan wanita. Tapi, sekalinya nyaman dan pas dengan seseorang, dia akan bersikap manis layaknya seorang raja yang begitu mencintai ratunya. Dan yang menjadi pertanyaan sekarang, apa selama ini Ilham masih meragukan istrinya?

"Aku akan menengok keadaan Syabella dulu, Mi, Bi. Assalamualaikum...." Ilham bargegas untuk pergi.

"Wa'alaikumussalam," jawab Abi Hanafi.

"Ilham," panggil Umi Zulfa ragu.

"Iya, Mi?"

"Apa hubungan kalian sedang bermasalah?" tanya Zulfa akhirnya.

Ilham justru membeku tanpa kata.

"Kalau tidak, Syabella tidak mungkin bersikap demikian," ungkapnya. "Jika firasat Umi benar, segeralah perbaiki, Nak. Tidak baik jika dibiarkan berlarut-larut."

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now