Bab 45

45.1K 6.6K 1.5K
                                    

PERHATIAN!! Bab ini bisa membuat anda kesal, marah, dan juga sedih. Jadi, tahan amarah untuk tidak melempar benda-benda di sekitar. 😆 Mohon dilampiaskan dengan cara Vote dan komen saja. Spam juga boleh. 😂

Love pink dulu buat Syabella. 💖💖

Happy Reading...

Percayalah, sesakit apapun hati kamu, sesedih apapun saat kamu kehilangan. Jangan pernah hilangkan Allah dari hatimu, ya.

Kalam Cinta sang Gus

Suasana tahlil tujuh harinya Ruhi berjalan khidmat. Para orang tua santri, kerabat, dan sahabat sudah pada pamit pulang dengan mencium tangan Kyai penuh hormat. Waktu sudah menunjukkan pukul 20,35 WIB, tetapi para santriwati masih seliweran di ndalem untuk membersihkan ruang tamu.

Ilham yang sejak tadi merenung di sofa panjang terkesiap ketika tangan seseorang berada di pundaknya. Ia sontak menoleh dan mendapati Arkan cengengesan seperti biasa.
"Sabar, Gus. Nanti juga dikasi lagi." Arkan ikut duduk.

Ilham hanya tersenyum ketir, lalu mengangguk. "Terimakasih sudah datang."

Kali ini giliran Arkan yang mengangguk, sebenarnya dia gatal ingin mencandai temannya ini, tapi sepertinya waktunya tidak tepat. Arkan Bangkit dari duduknya ketika melihat sang istri keluar dari ruang tamu akhwat, lalu ia pamit pergi. "Sekalian mau pamit pulang ya, assalamualaikum," pamit Arkan beserta istri.

Tak lama kemudian Irham mendatangi dirinya, "Bang, dipanggil kakak ipar di kamarnya."

Setelah mengangguk Ilham langsung bergegas ke lantai dua kamarnya, entah kenapa hatinya teramat senang Syabella memanggil. Bukankah berarti dia akan berbicara dengannya? Tidak akan dikacangin lagi seperti kemarin-kemarin. Oh, sebahagia itu Ilham saat tahu istrinya memanggil, ia sampai tidak peduli ketika kakinya tersandung anak tangga paling atas. Hampir saja ia nyungsep jika tidak refleks berpegangan pada pagar tangga. Saat sampai di kamar, Syabella yang duduk di tepi ranjang langsung menoleh. Ilham ragu ingin mendekat, jantungnya seperti bertalu tidak karuan. Aneh, padahal dia bukan remaja lagi.

"A-ada apa, Sya." tanya Ilham gugup.

"Kamu butuh sesuatu?" Sekarang Ilham paham seperti apa rasanya dicuekin. Tidak enak sekali rasanya.

"Atau kamu lapar? Mau aku bawakan makanan?"

"Kamu mau ke kamar mandi? Mau aku bantu?"

Berbagai pertanyaan terlontar tanpa mau di jeda. Sungguh, kemarahan Abel kali ini membuat Ilham sangat takut. Entah ketakutan seperti apa itu, yang pasti dia takut Syabella menyerah lalu pergi.

Pandangan ilham langsung beralih pada perempuan yang kini menunduk di atas kasur. Dia tetap diam tak bergeming. Entah kenapa Ilham rindu Syabella yang dulu, yang ceria dan selalu tersenyum.

"Sya," panggilnya lagi karena Syabella tak kunjung menjawab.

"Mulai hari ini, Kak Ilham gak perlu lagi bersikap seolah kak Ilham peduli sama Abel."

Perkataan datar seolah tanpa ekspresi itu seakan mencekik leher Ilham rasanya. Jadi, Syabella benar marah padanya? Perasaan ia sudah minta maaf, walau iapun tidak tahu sebenarnya ia salah apa. Ilham mendesah, dia kira Syabella sudah memaafkan dirinya seperti yang sudah-sudah.

"Karena buat apa? Pura-pura peduli tapi nyatanya abai, pura-pura sayang tapi nyatanya gak cinta sama sekali."

"Sya, aku tidak pernah bilang kalau aku tidak cinta, aku hanya bilang butuh waktu."

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now