Bab 43

41.1K 6.5K 1.2K
                                    

Seperti biasa, tekan bintang dulu di pojok bawah. 😁
👇

Happy Reading... ❤❤

"Tetaplah berprasangka baik sama Allah. Dan yakinkan hati kamu, bahwa ujian berat itu dijatuhkan pada orang yang kuat pula."

Kalam Cinta sang Gus

"Maaf, detak jantungnya sudah tidak ada."

Perkataan Dokter Adara seperti busur panah yang melesat tepat ke jantung Ilham. Perih tapi tak berdarah. Kenyataan seperti apa ini? Kenapa saat Syabella dingin padanya, semua ini justru terjadi?

Ilham menoleh pada istrinya, perempuan itu tidak berkata apapun. Hanya tubuhnya yang bergetar karena sesenggukan, pasti saat ini ia teramat hancur hatinya. Pria itu mengangkat tangan, saat ingin menyentuh pundak sang istri untuk ia dekap. Tubuh itu roboh.

"Sya!" teriak Ilham kaget, sembari menangkap tubuh istrinya. Jika tidak, tubuh rapuh sang istri akan jatuh ke lantai. Dengan sigap Ilham langsung membopong tubuh Syabella kembali ke brankar.

Setelah itu dokter memeriksa keadaan Syabella. "Sepertinya istri bapak syok, ibu manapun akan terguncang jika kehilangan bayinya."

Dokter Adara kembali duduk memerintah asistennya agar mempersiapkan tindakan selanjutnya untuk Syabella. "Sebagai suami ini tugas Anda untuk menguatkan istri. Tidak mudah memang, tapi pasti bisa."

Ilham hanya terdiam mendengar dokter berhijab putih itu berbicara, sedangkan pikirannya berkelana entah kemana. Ia menyesal beberapa hari lalu ia tidak pernah memperhatikan kesehatan Syabella, justru ia membuat Syabella tertekan. Dia sadar itu.

"Apa yang menyebabkan bayi saya tiada, Dok?"

"Kalau dari segi medis, namanya IUFD intrauterine fetal death, di mana janin meninggal di dalam kandungan setelah 20 minggu ke atas. Penyebab diantaranya seperti masalah plasenta, terlilit tali pusat, atau kelainan janin. Kalau dari kasus Ibu Bella, janin memang perkembangannya kurang. Dari bulan lalu juga saya sudah bilang sama ibu Bella agar menjaga pola makan, perbanyak nyemil kalo bisa, minum susu, konsumsi vitamin. Apa itu sudah dilakukan, Pak?"

Ilham gelagapan, di minggu terakhir ini saja ia bahkan tidak tahu Syabella makan berapa kali sehari. "S-saya...." Ilham menghentikan kalimatnya, tidak mungkin kan dia jawab 'Tidak tahu'. Jangankan membuatkan susu, minum berapa kali sehari saja dia tidak tahu. Astaghfirullahal 'adim, ampuni hamba ya Allah... batinnya.

Berhubung Ilham diam, perempuan itu kembali berkata. "Jika memang sudah, kemungkinan ada masalah di plasentanya, Pak. Yang menghambat nuntrisi dari ibu ke janin jadi tidak lancar. Tapi balik lagi pada kenyataan, kalau ini sudah ketentuan Yang Maha Kuasa."

Seusai itu suster memberinya beberapa kertas untuk dibawa ke loket pendaftaran guna mengisi data atau persyaratan tindakan terminasi kehamilan yang akan dilakukan untuk istrinya. Namun sebelum itu, dokter akan memastikan kesiapan mental dari Syabella saat ia sadar.

Ilham hanya bisa pasrah. Kata dokter terminasi kehamilan dapat dilakukan dengan cara induksi maupun operasi sectio caesarea (SC) semua tergantung Syabella nantinya.

Setelah terdiam beberapa saat di kursi koridor tangan Ilham yang gemetar menggulir ponselnya mencari kontak orang rumah. Kemudian mengabari perihal musibah yang kini menyiksa perasaannya. Sesak, berat, itulah yang Ilham rasakan sekarang. Luka tak kasat mata, tanpa darah, tanpa bekas ini menyiksa jiwanya. Ingin teriak tidak bisa, tenggorokannya seperti tercekik. Ingin menghantamkan kepala ketembok rasanya. Setidaknya ia tahu bahwa ada luka yang harus diobati. Bukan luka tak kasat mata begini.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now