Bab 20

106K 8.1K 765
                                    

Vote dan komen dulu sebelum lanjut baca...😉

________________________________

Kita boleh merasa terpuruk, Kita boleh saja sedih, kita bisa saja terluka, Kita bisa saja tersakiti. Tapi jangan pernah biarkan semua ujian itu meruntuhkan iman di hati kita. Sebab itu bentuk kasih sayang Allah SWT agar kita menjadi kuat.

Kalam Cinta Sang Gus

Beberapa kali iris hitam legam itu melirik wanita yang senyumnya telah ia rampas paksa sewaktu di kampus. Entah apa yang terjadi pada dirinya, kenapa tiba-tiba ia menjelma lelaki posesif yang begitu tidak suka melihat pasangannya bersama lelaki lain padahal cuma teman. Ilham melarang keras Syabella untuk menemui Kaisar Faris alias Kafa sahabat sekampungnya itu.

"Sya, masih ngambek?"

Syabella tidak merespon sedikitpun, berpura-pura sibuk dengan buku-buku yang akan menjadi mata kuliahnya beberapa bulan kedepan. Terhitung baru seminggu lebih ia mengizinkan Ilham menjadi suami yang seutuhnya, tapi sudah menguasai dirinya sedemikian besar. Bahkan untuk menyapa sahabatnya saja, tidak boleh.

Usai mengurus perpindahan kuliahnya siang tadi Ilham langsung menyeret Abel pulang. Padahal ia ingin sekali menanyakan kabar Abahnya Kafa. Om-om labil itu berubah menyebalkan.

"Sya, aku bicara sama kamu."

Kepala Abel hanya celingukan kearah lain, mencoba agar tidak berkontak mata dengan suaminya. "Ada yang ngomong, tapi gak ada orangnya," ketus gadis itu.

Ilham memutar bola mata, jengah. Keberadaannya tidak dianggap. Kekanakan sekali, apa yang salah dari dirinya? Dan lagi, kenapa coba si Kafa itu harus di kampus itu juga, tidak ada yang lain apa? Mau bilang mereka janjian, tidak mungkin. Secara Ilham sendiri yang memilih dan menentukan Syabella harus kuliah di mana. "Arghh...." Ilham menggeram kesal sampai menjambak rambutnya sendiri. Ia bangkit dari duduknya, sulit kalau hanya dengan omongan saja. Menenangkan seorang Syabella seperti menenangkan anak kucing liar. Butuh keahlian yang memadai, tidak hanya butuh bicara. Tapi juga perlu dielus-elus.

"Mau apa?!" Syabella sampai tersentak ketika Ilham tiba-tiba duduk disampingnya.

Memang sejak pulang gadis itu menghindari suaminya dengan berada di asrama santri putri, makan, mandi dan sholatpun di sana, baru setelah shalat maghrib berjamaah bersama santriwati ia kembali ke ndalem dan berakhir mengunci diri di perpustakaan mini milik suaminya. Tapi, entah kenapa dia bisa masuk dengan gampangnya. Lain kali, Abel harus menguasai kunci serep itu dulu sebelum mengunci diri.

"Memang harus ada alasan dulu buat duduk sama istri sendiri?"

Syabella mendengkus. "Kak Ilham gak ada niat minta maaf dulu gitu? Sebelum deketin Abel."

"Minta maaf? Memang salahku apa?" tanya Ilham berpura bingung.

Jangan lupakan dia seorang lelaki super tidak peka, Bel. Bisiknya dalam hati. "Iiih! Coba tanya rumput bergoyang sana! Mungkin aja mereka lebih peka dari pada Kak Ilham."

"Sya, bilang dulu salahku apa?"

"Ish! Kenapa sih Kak Ilham gak peka banget jadi orang? Kenapa gak bolehin Abel ketemu Kafa? Dia kan temen Abel."

Sudah Ilham duga masalahnya adalah Kafa. "Salah ya, kalau suami melarang istrinya bersama lelaki lain?"

Syabella bungkam.

"Lagipula kamu juga tidak suka 'kan aku dekat-dekat Nisa. Jadi kita impas."

"Beda," sanggah Abel cepat. "Kak Ilham pernah punya rasa sama Kak Nisa. Sedang Abel nggak, 'kan?"

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now