Bab 3

118K 8.7K 216
                                    

Allah menggenggam erat harapku yang sedemikian besar, Allah merengkuh setiap beban yang dilalui dengan sabar, Allah mengobati luka semudah kata 'Kun Fayakun'.

~Kalam Cinta Sang Gus~

"A-abel belum siap," lontarnya gugup.

Yang benar saja, ini sudah pagi buta. Sebentar lagi adzan subuh berkumandang. Melayani suami memang kewajiban, tapi kenapa waktunya tidak tepat. Seakan tak mau peduli Ilham semakin mendekat. Sesaat kemudian Abel merasakan sesuatu yang mengganjal di belakang tubuhnya ditarik.

"Hahaha ...." Ilham tertawa terpingkal-pingkal, wajah Abel sangat lucu. "Saya juga tidak minat," lanjutnya kembali terbahak.

Gadis itu membuka mata, lalu memicingkan kedua matanya, malu, gugup, sekaligus kesal bercampur aduk. Ternyata suaminya ini hanya mengambil kotak kayu di atas ranjang belakang tubuhnya. Kenapa coba? Abel harus sege-er itu? Tapi, detik berikutnya ekspresi Abel berubah, rasa kesalnya perlahan pudar hingga terbit seutas senyum penuh arti.

Detik itu juga tawa Ilham terhenti. "Kenapa senyum-senyum tidak jelas begitu?"

"Abel seneng liat Paman ketawa lepas gitu. Ini pertama kali Abel liatnya,"

"Kamu pikir saya apa? Batu? Tidak bisa tertawa?" Ilham berkacak pinggang kemudian beranjak untuk pergi. Namun baru satu langkah dia berbalik, "lain kali jangan panggil saya Paman lagi, paham? Saya tidak setua itu meski sebelumnya berstatus pamanmu, jarak umur saya dan Akbar cuma selisih dua tahun!" seru Ilham tidak terima, sampai membandingkan umurnya dengan Kakak Abel.

"Tapi, Kak Akbar masih terlihat sangat muda dan tampan."

"Sya!!"

Ilham terlihat menahan kekesalannya menghadapi ponakan yang kini berstatus istri. Kalau berucap suka tidak pernah difilter dulu, "Jadi maksud kamu saya sudah tua dan jelek?!" Sarkas Ilham sambil bersedekap dada dengan angkuhnya.

"Yang bilang gitu siapa ...?"

"Ya ... ya saya, tadi."

"Ya udah, bukan Abel juga kan yang bilang."

"SYA! KAMU!!"

Disaat emosi Ilham sudah di batas ubun-ubun gadis itu justru cekikikan. Menyebalkan sekali. "Kenapa tertawa?!"

Gadis mungil menyebalkan itu tidak menjawab, hanya telunjuknya yang menunjuk ke bawah. Ilham 'pun mengikuti arah telunjuk Abel dan ..., "hahahahaha...." tawa Abel langsung pecah melihat handuk Ilham tergeletak di lantai menyisakan boxer hitamnya.

"SYABELLA!!"

Kini Ilham sampai berteriak karena kehabisan kesabaran, baru pertama kali dia dibuat sedemikian memalukan. Karismanya dijatuhkan sampai tak bersisa, di mata Abel, Ilham seperti tidak ada wibawanya sama sekali. Dasar, mantan ponakan menyebalkan. Ilham meraih handuknya kembali, serta beranjak cepat menuju perpustakaan, di sana juga ada laci kecil yang menyimpan beberapa set baju miliknya. Baiklah! Kali ini gadis itu selamat.

***

Pukul enam pagi perias sudah datang dan mulai membenahi para gadis yang akan menjadi pagar ayu, setelah itu barulah membenahi penampilan Syabella, gadis itu menolak dengan keras ketika alisnya hendak dicukur, apalagi harus pakai bulu mata palsu, bahkan Abel sampai merengek pada Umi Aisyah agar tidak dipakaikan. Lipsticknya pun sampai bersikeras untuk dipakai sendiri. Karena kalau terlalu tebal Abel tidak suka. Lagipula berias berlebihan tidak boleh dalam kamus Syabella, selain tabarruj pasti nanti shalatnya lama karena harus menghapus make up tebal.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Where stories live. Discover now