Bab 11

98.5K 7.8K 257
                                    

Terkadang, manusia perlu egois pada diri sendiri untuk melepas bahagianya.
Karena dengan mengekang kebahagian itulah yang membuat hati tersakiti.

Kalam Cinta Sang Gus

Ilham menatap datar Irwan setelah menyematkan jemarinya dengan sang istri, namun tidak ada satupun kata keluar dari mulutnya. Aneh memang, Abel pun dibuat bingung dengan tatapan aneh suaminya ini.

"Kak Ilham di sini?" tanya Abel gugup, "Abel gak ngapa-ngapin kok. Abel cuma ...." kalimat Abel menggantung.

Ilham mengangguk sembari tersenyum lembut. Tidak seperti dugaan, Abel pikir sang suami akan marah karena cemburu. Ternyata tidak. Lalu apa maksudnya langsung menggenggam tangan Abel sembarangan? Aneh.

"Kalian di sini? Sedang apa?" tanya seseorang tiba-tiba.

Tidak hanya Irwan yang langsung menoleh, Abel pun demikian. Padahal keterkejutan keduanya belum usai dengan kedatangan Ilham, kali ini datang sosok berkharisma yang lebih membuat jantung keduanya seperti sedang maraton. Persis seperti pasangan ketahuan selingkuh.

"Abi."

"Abel kamu di sini, Nduk? Dicari Umimu dari tadi, sedang apa kalian di sini?" tanya Abi Aziz penasaran, sebab dia khawatir akan ada perang antara Ilham dan Irwan.

"Abel ... Abel cuma mau me--"

"Saya ingin mengajak Syabella untuk menemani berkeliling pesantren. Dan tidak sengaja bertemu dia," potong Ilham lalu menunjuk ke arah Irwan.

Sontak saja mereka langsung saling pandang untuk waktu yang singkat. Abel kira Ilham akan melabrak mereka rupanya tidak, sang suami hanya ingin melindunginya saja. Bukan karena cemburu. Ah iya, Abel baru sadar, antara dia dan suami 'kan belum ada rasa, jadi mustahil jika ada rasa cemburu.

"Oh, baiklah kalau begitu Abi duluan ya," ucap Kyai Aziz pada akhirnya. Beliau sempat tersenyum tipis melihat tautan tangan anak dan menantunya yang tidak mau lepas. Namun sebelum pergi tatapan tajam itu berlama-lama dengan pria bernama Irwan. Kemudian benar-benar pergi.

"Abi tunggu," panggil Abel sembari bergelayut manja di lengan Abinya. "Abi mau ke mana?"

"Abi hanya berkeliling seperti biasa, kenapa?"

"Abel ikut Abi aja."

Tepukan lembut langsung mendarat di pipinya. "Dasar, anak kecil. Terus yang akan menemani suami kamu siapa? Mang Ucup?"

Abel langsung terkekeh mendengar nama satpam yang selalu berjaga di gerbang sekolah disebut.

"Kalau begitu kami permisi, assalamu'alaikum," pamit Ilham pada Irwan. Lalu menyusul sang Istri dan Abinya untuk sekedar melihat setiap sudut pesantren.

"Wa'alaikumussalam," jawab Irwan.

***

Setelah beberapa saat berkeliling, kini Abel maupun Ilham sudah kembali ke peraduan mereka. Sang pria yang terlebih dulu menguasai kamar mandi untuk membersihkan diri, baru kemudian Abel yang kerjanya berlama-lama di kamar mandi.

Abel menyelesaikan ritual mandinya dua menit sebelum adzan maghrib, kini keduanya sudah siap di atas sajadah masing-masing, dan mengerjakan sholat maghrib berjamaah. Satu lagi kebiasaan Ilham yang Abel ketahui, kebiasaan usai sholat maghrib yang jarang ditinggalkan, yaitu mendoakan para almarhum almarhumah sesepuh dan mendoakan seluruh keluarga, baru setelahnya yasinan.

"Kak Ilham," panggil Abel ketika pria itu beranjak meraih Qur'an di atas laci kecil samping tempat tidur.

"Hmm?"

Kalam Cinta Sang GUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang