-22-

801 86 0
                                    

“Yah! Kenapa kau tampak sangat lesu hari ini, Nam Junie. Waeyo? Apa ada masalah lagi dengan Lisa-ssi?” tanya Ji Hyun hati-hati, ketika mereka sedang istirahat setelah dari meninjau packing furniture yang akan dikirim.

Nam Jun mendesah lelah di jok belakang, saat ini dia merasa 20 tahun lebih tua, “Aku benar-benar merasa bersalah pada Lisa-ssi,” cerita Nam Jun.

Ji Hyun tidak menyahut, hanya menunggu lanjutan cerita Nam Jun, “Karena, aku sudah membuatnya tidak nyaman, dan aku malah balik marah padanya karena dia tidak mengatakan yang sebenarnya,” lanjutnya merutuki kebodohannya itu, Nam Jun kembali mendesah, “Aku hanya khawatir, jika sikapku tadi malah membuatnya cemas dan tidak fokus dengan pekerjaannya hari ini.”

Ah…” sela Ji Hyun mengangguk paham, “Yah! Igeo(itu)... cukup parah,” komentarnya jujur.

“Hm, maja-yo hyung” Nam Jun setuju, “Pabonikka(karena aku idiot)" katanya lagi.

Geureuchi!(benar!)” kata Ji Hyun mantap.

Nam Jun hanya diam mengabaikan ucapan hyung-nya itu, yang justru diamnya itu malah membuat Ji Hyun cemas.

Meskipun Nam Jun tidak selalu bereaksi sekeras Soo Young kakaknya, tapi biasanya dia berkomentar dan balik menyerang Ji Hyun dengan kata-kata tajamnya.

Wae...waeyo, Nam Jun-ah?” tanya Ji Hyun lagi.

Nam Jun tidak menjawab, pandangannya menatap keluar jendela, sambil memikirkan sikapnya pada Lisa tadi pagi. Melihat keterdiaman Nam Jun membuat Ji Hyun jengah.

"Yah! ini bahkan belum seminggu pernikahan kalian dan kalian berdua sudah bertengkar? Pasangan macam apa kalian ini,” protesnya dengan nada kesal.

Nam Jun kembali mendesah berat,
“Ternyata, kehidupan pernikahan itu tidak semudah yang kupikirkan,” katanya muram.

Ji Hyun hanya menggeleng kepala melihat tingkah Nam Jun di spion mobil.

Keduanya kemudian terdiam cukup lama, “Kurasa aku punya rencana,” ujar Ji Hyun tiba-tiba.

Nam Jun langsung menatap Ji Hyun excited, “Apa itu, hyung?” tanyanya.
“Kau harus minta maaf pada Lisa-ssi dan menjelaskan padanya bahwa kau adalah babo (orang bodoh/idiot),” jelas Ji Hyun tak sabar.

Nam Jun tidak marah ataupun protes karena kata-kata Ji Hyun itu, ia malah tampak serius mempertimbangkan saran dari hyung-nya itu.

“Bagaimana jika dia tidak mau memaafkanku?” cemas Nam Jun.

“Maka kau harus membuatnya mau memaafkanmu, Nam Jun-ah,” kata Ji Hyun lagi.

“Tapi bagaimana?” tanya Nam Jun tak sabar.

Kedua orang itu kembali terdiam, berpikir.

“Kurasa ada baiknya jika kau membawakan hadiah untuknya, atau… memberinya kejutan. Apa dia suka kejutan?” tanya Ji Hyun kemudian.

Nam Jun teringat peristiwa di restoran kemarin dan mengangguk.

“Nah, kalau begitu. Kau harus memberinya sebuah kejutan yang… akan sangat menyentuh hatinya,” saran Ji Hyun.

Nam Jun mengangguk mengerti. Yah, dalam hal ini Ji Hyun hyung tampaknya lebih berpengalaman darinya. Tapi kejutan apa?

Ah! Aku punya ide,” Nam Jun menjentikkan jarinya ketika teringat sesuatu.

Ji Hyun pun tersentak kaget kemudian menatapnya antusias.

“Hari ini dia akan menerima penghargaan di Jamsil Students' Gymnasium” katanya.

𝚆𝚎 got 𝙼𝚊𝚛𝚛𝚒𝚎𝚍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang