16. Minta Jatah

Start bij het begin
                                    

"Gue hanya berpendapat gitu amat marahnya. Salah gue berpendapat?" Ucap Ersa simtik.

Ipul selesai dengan makannya, "Kata Esra ada benarnya juga. Sekte itu hanya berdiri saja 'kan tadi seperti memantau? Bener gak?"

Semua orang mengangguk memang benar Sekte yang ada di kamar Burhan hanya diam saja seperti memantau itu yang bisa mereka tangkap.

"Gue jadi cemas suatu saat mereka akan menincar Luvia." Pikir Adam.

"Maksud lo?!"

Adam berdiri, "Mereka sudah mengincar Bokap Raden. Pasti mereka tahu siapa orang yang selalu berada disisi Raden saat ini. Siapa lagi kalau bukan Luvia?"

"Tidak mungkin! Mereka gak mungkin mengincar Luvia."

"Kita lihat saja nanti. Kalau bener mereka ingin menyakiti Luvia. Apa yang lo lakukan Raden?" Tanya Adam menatap Raden.

Raden menggebrak meja, "Gue tidak bisa bersabar lagi."

"Saran gue, lo jauhin saja Luvia. Lupakan misi kita untuk menyelidiki Luvia soal kepindahannya. Itu lebih baik agar tidak menimbulkan korban." Usul Ipul.

"Tidak. Gue sudah susah payah mendapatkannya, mana mungkin gue lepas gitu saja. Luvia sudah menjadi bagian dari hidup gue sekarang."

"Jika gue menjauh dari Luvia justru dia dalam bahaya. Gue sendiri yang akan melindunginya." Putus Raden.

Raden mengajak temannya untuk berkumpul, "Gue ada rencana!"

***

"Telat lagi?" Tanya Pak Jimin.

"Bukan telat Pak. Tapi dateng terlambat." Jawab Guntur tidak takut.

Pak Jimin mencoba tenang, "Kenapa datang terlambat?"

Mereka terlihat santai dan siap menerima hukuman.

Melihat tingkah sekelompok gang itu membuat Pak Jimin jangah. Dia sendiri sudah tidak tahu lagi bagaimana membuat mereka jera.

Pak Jimin menghela nafas, "Kalian ini gak ada kapok-kapoknya apa?"

"Tiap hari ada aja masalah yang kalian buat. Kalian itu gak capek? Gak bosen ketemu Bapak?"

"Bapak saja bosen ngurusin kalian!" Pak jimin melihat satu persatu cowok didepannya.

"Kalian gak ada niat untuk berubah? Seenggaknya gak bikin masalah satu hari saja, Bapak sudah bersyukur."

"Kalian apa gak malu, sama adek tingkat kalian? Kalian itu sekarang sudah jadi Kakak kelas, sudah seharusnya kalian memiliki sifat dewasa, sudah punya rasa malu akan perbuatan kalian!"

"Jika kalian ingin dikenal oleh semua warga sekolah bukan seperti ini caranya. Namun dengan prestasi yang kalian capai. Saya yakin banyak warga sekolah yang mengenal kalian, terutama dengan sikap baik yang kalian miliki!"

Mereka terdiam, benar apa yang dikatakan oleh Guru BK.

"Sudahlah percuma Bapak nasehatin kalian yang mungkin kalian terima dari kuping kiri keluar kuping kanan. Pusing Bapak."

"Kalian Bapak hukum hormat bendera sampai jam istirahat berbunyi!" Kata terakhir Pak Jimin memasuki Ruang Tata Usaha.

"Gila. Baru kali ini gue gak bisa cari alasan." Cerca Bima yang mengacak acak rambutnya.

"Bangsat! Biasanya lo yang paling kaleng." Umpat Guntur.

"Kok gue jadi merasa bersalah gini ya." Kata Adam.

Taruhan [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu