LIVE WITH MY KETOS 26

Mulai dari awal
                                    

Kini giliran Gabriella yang memasangkan cincin ke jari manis Alvaro. Setelah cincin berhasil di pasangkan, Gabriella langsung menundukkan kepalanya malu. Sedangkan Alvaro tengah menatap Gabriella datar tanpa ekspresi. Mereka berdua sama sekali tidak ada yang percaya jika saat ini mereka sudah resmi menjadi sepasang tunangan.

"Cium.. cium.. cium.. " Seru semua tamu undangan yang ada di sana.

Gabriella meremas gaunnya saat mendengar seruan dari para tamu undangan. Tanpa ia sadari, Alvaro sudah lebih dulu melangkah maju mendekati Gabriella yang tengah tertunduk. Cowok itu mengangkat dagu Gabriella dan menatap matanya dalam.

"Boleh gue cium?"

Napas Gabriella tercekat. Suara Alvaro terdengar tajam dan juga dingin. Tanpa menunggu jawaban dari Gabriella Alvaro langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Gabriella. Cowok itu memiringkan wajahnya, dan...

Cup

Gabriella merasa sesuatu yang basah menempel tepat di pipinya. Alvaro mencium pipinya! Lantas itu membuatnya tersenyum senang.

'Untung bukan bibir,' batinnya.

--Live With My Ketos—

Alvaro sudah berada di dalam kamar bersama keempat sahabatnya. Setelah acara pertunangannya tadi selesai, Alvaro memilih pulang untuk mengistirahatkan hati dan pikirannya. Kini ia sudah berada di dalam rumah baru miliknya yang akan di tempati oleh Gabriella.

"Al.. lo kapan pindah?" Tanya Reyhan yang sedang duduk di atas sofa.

"Barusan," jawab Alvaro singkat sambil meletakkan pakaiannya ke dalam lemari.

"Lo tinggal berdua lagi sama Gabriella?" Tanya Elang yang tengah bermain ponsel di atas sofa.

"Hmm." Alvaro hanya berdehem menanggapi pertanyaan Elang.

"Satu kamar?" Tanya Alen penasaran.

"Ngak tau." Alvaro membaringkan dirinya di atas kasur setelah selesai merapikan pakaiannya. Cowok itu menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

"Udahlah Al.. gak usah nangis gitu," goda Alen. Alen memang sangat suka menggoda Alvaro.

Alvaro menatap Alen tajam. "Gue gak nangis."

"Masa?" Alen menatap Alvaro geli. "Eh btw, tadi Gabriella cantik banget ya."

"Biasa aja," balas Alvaro.

"Ngomongnya sih biasa aja, tapi hati bilangnya beda," ucap Arthur.

Reyhan mengangguk. "Bener. Pasti tadi si Alvaro ngomong gini. Ekhm. 'Gila! Gabriella cantik banget, gak salah nyokap gue pilih in tunangan kayak dia'. Iya kan AL?"

"Ngaco!" Balas Alvaro tidak terima.

"Ngaku aja kali Al.." goda Reyhan.

"Terserah!"

"Bi-"

ting nong

Suara bel rumah memotong ucapan Alen. Alvaro langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan menuruni tangga menuju pintu utama. Rumah baru Alvaro dan Gabriella sangat besar. Bahkan, besar rumahnya hampir sama dengan rumah kedua orang tua mereka.

Alvaro membukakan orang itu pintu. Saat pintu sudah terbuka, cowok itu melihat Gabriella tengah berdiri dengan 2 koper besar di tangannya.

Gabriella menatap Alvaro datar. "Bantuin."

Alvaro masih diam di tempat, tidak bergerak sedikit pun dari sana. "Angkat sendiri."

Gabriella menatap Alvaro tak percaya. "Kok lo tega banget sih?"

Alvaro mengangguk. "Gue tau."

"Kaki gue masih Sakit. Jadi bantuin," ucap Gabriella berusaha sabar.

"Males."

Gabriella tidak menanggapi ucapan Alvaro. Cewek itu lebih memilih menarik kopernya melewati Alvaro dengan wajah yang terlihat kesal.

Alvaro menutup pintu utama dan berjalan di belakang Gabriella yang tengah sibuk menarik dua koper di tangannya. Sebenarnya, cowok itu ingin membantu Gabriella, tapi gengsi di dalam diri Alvaro sangat besar.

Gabriella berhenti menarik kopernya saat sudah berada di bawah tangga. "Cape," gumamnya.

Gabriella menoleh ke belakang. Ia melihat Alvaro yang tengah berjalan ke arahnya.

'Pasti mau bantuin gue.' batin Gabriella.

Ketika Alvaro sudah berada di samping Gabriella, cowok itu berhenti sejenak menatap Gabriella datar. "Gak usah berharap kalo gue mau bantuin lo."

Setelah mengatakan itu, Alvaro kembali berjalan santai menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Menghiraukan Gabriella yang tengah menatapnya tidak percaya.

Gabriella berjalan tertatih menghampiri Alvaro yang masih berada di tengah tangga. Cewek itu menarik lengan Alvaro untuk berhenti melangkah. "Bantuin gak?"

Alvaro menaikkan salah satu alisnya menatap Gabriella. "Gue bantuin lo? Males." Alvaro kembali berjalan menaiki tangga dan Gabriella dengan cepat menahan lengannya.

"Tunggu dulu!"

Alvaro berdecak kesal. "Apalagi?"

"Bantuin dulu!"

"Ngak!"

"Al, bantuin!''

"Ogah!"

"Bantuin gak?!"

"Gue gak mau!" Alvaro menatap Gabriella tajam. "Lepas!"

Gabriella menurunkan pandangannya ke bawah. Cewek itu baru sadar jika sejak tadi ia tengah menahan lengan Alvaro. Gabriella menggeleng. "Ngak. Bantuin dulu, baru gue lepasin."

Alvaro menarik nafasnya berusaha sabar menghadapi sifat keras kepala yang dimiliki oleh Gabriella. "Lepas."

Gabriella kembali menggeleng. "Ngak mau.''

"Lepas!"

"Ngak!"

"Lepas ngak?!"

"Ngak mau!"

"Gue bilang lepas!" Alvaro menarik lengannya dari genggaman Gabriella kasar.

Gabriella yang tidak siap dengan tarikan tangan Alvaro pun langsung kehilangan keseimbangan dan...

"AAAAA.."

-TBC-

LIVE WITH MY KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang