BLS - 38

33.5K 3.4K 289
                                    

Hati Alodra sedang senang. Pada akhirnya ia memiliki Kara untuk dirinya sendiri.

Mereka berdua sudah berada di dalam kamar setelah menjalani serangkaian acara yang melelahkan. Namun meskipun lelah, Alodra justru bersemangat. Ia menolak ketika kakeknya memberikan bonus menginap di penthouse hotel selama satu minggu penuh. Alodra hanya ingin pulang ke rumahnya sendiri dan menikmati waktu berdua bersama Kara, apapun kebersamaan itu.

Ini moment yang Alodra tunggu sejak dulu. Ia tersenyum-senyum sendiri sambil menatap pintu kamar mandi yang tertutup, seolah ia bisa melihat Kara yang tengah mandi dengan jelas dari tempatnya berbaring.

Meskipun sudah setengah jam berlalu, Alodra tidak keberatan. Ia sudah menunggu datangnya hari ini. Dan menunggu beberapa saat lagi, tidak akan menjadi masalah untuknya.

Pintu kamar mandi terbuka. Mata Alodra melebar. Jantungnya berdebar. Kara keluar dari kamar mandi dengan balutan baju handuk tebal warna putih. Rambutnya tergerai sedikit basah. Kara memandang Alodra dengan canggung.

"Sini," Alodra tersenyum menepuk kasur di sebelahnya. Ia memang sudah mandi terlebih dulu saat Kara masih melepaskan pernik-pernik hiasan di rambut dan membersihkan wajahnya dari make up.

Ragu-ragu Kara mendekat dan duduk di pinggir tempat tidur.

"Apa?"

"Hmm... kita mau malam pertama," seringai Alodra seperti anak kecil mendapatkan mainan yang diinginkannya.

"Malam pertama apa?"

"Malam pertama jadi suami istri," sahut Alodra menggeser duduknya lebih dekat.

"Kenapa lagi ini?" tanya Kara mencebikkan bibirnya.

"Ya kan mau malam pertama," Alodra menaik-naikkan alisnya.

"Ya sudah. Ini kan sudah malam pertama, besok malam kedua dan seterusnya. Apa kau mau menghitungnya tiap malam? Dasar kurang kerjaan!" cibir Kara, sehingga Alodra nampak gemas melihatnya.

Kara hanya menutupi kegugupannya. Ia tau apa maksud Alodra sebenarnya.

"Kara sayaaang.... kita sudah menikah. Sah. Jadi kita sudah boleh kan?" Alodra mendekatkan wajahnya ke wajah Kara.

"Boleh apa?"

"Ciuman," cengir Alodra.

"Kan dulu sudah pernah," ujar Kara. Jantungnya berdebar kencang.

"Cium sampai teler kan belum," bujuk Alodra.

"Gak mau! Kalau mau teler, sana minum alkohol yang banyak!"

"Aku gak suka alkohol, Kara. Aku sukanya Kara Kartika," Alodra tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Genit!"

"Cuma denganmu saja," sahut Alodra lebih mendekat.

"Mesum!"

"Pasti, karena kamu sexy."

"Gombal!"

"Tapi kamu senang kan?"

"Dasar perjaka tua!"

"Salahmu sendiri, kenapa baru muncul? Coba kau muncul di hadapanku sepuluh atau lima belas tahun yang lalu, pasti kita sudah punya anak," jawab Alodra makin ngawur.

"Sepuluh atau lima belas tahun yang lalu aku masih di bawah umur, Alodra bego!"

"Biar saja bego, yang penting bisa anget-angetan sama kamu,"seringai Alodra memeluk Kara.

"Eh?"

"Sudah Ra, berhenti main tanya jawabnya. Langsung saja yuk?" Alodra mencium pipi Kara dengan gemas.

Billionaires Love StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora