BLS - 28

27.5K 3.5K 262
                                    

Mahasta menghentikan mobilnya. Setelah buru-buru membayar pesanan makanan Mahaska dan Tera karena waiter menahannya pergi untuk menyelesaikan apa yang sudah ia buat, Mahasta langsung memacu mobilnya, mengikuti mobil Mahaska yang membawa Tera ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Mahasta berkali-kali mengusap wajahnya gugup. Pikirannya menduga-duga apa yang terjadi.

Kini ia sudah berada di sebuah rumah sakit terdekat dari tempat kejadian. Dilihatnya mobil Mahaska masih berada di depan pintu lobby gawat darurat.

Dengan langkah lebar, Mahasta masuk. Matanya langsung menemukan Mahaska yang kini tengah duduk di depan ruang pemeriksaan.

"Mahaska," panggil Mahasta seperti orang linglung.

"Mau apa kau kemari?" tanya Mahaska dingin.

"Apa yang terjadi dengan Tera? Dia kenapa? Dan... bayi... apa maksudmu dengan bayi?"

Mahaska mendengus, beranjak berdiri dan berkacak pinggang sambil berjalan mondar-mandir di depan Mahasta, lalu berhenti dan memandang kembarannya dengan sengit.

"Tera hamil."

Jantung Mahasta serasa berhenti berdetak. Ia terkesiap.

"Hamil?" gumaman penuh tanya Mahasta membuat Mahaska mendengus geram. Namun ia menahan unpatan di ujung lidahnya.

"Tera hamil?" Mahasta mengulang, seolah tidak percaya. Wajah penuh kesiapnya perlahan memudar, lalu menoleh sengit pada Mahaska.

"Kau menghamilinya?" gerung Mahasta marah.

Mahaska membelalak. Bagaimana bisa Mahasta menuduhnya menghamili Tera?

Tiba-tiba Mahasta menarik krah kemeja Mahaska dan memberinya tambahan pukulan. Mahaska yang tidak siap, terjatuh dengan bibir kembali robek.

"Shit!" umpat Mahaska menyeka darah di sudut bibirnya. Ia bergegas berdiri, balas menarik krah Mahasta dan memukulnya di tempat yang sama dengan saudaranya memukulnya. Kebodohan saudaranya ini harus segera dihentikan!

Mahasta terhuyung ke belakang. Punggungnya menabrak tembok. Beberapa orang di sekeliling mereka menjerit, mencoba melerai keduanya.

Mahaska memberontak. Ia merangsek, menarik lagi krah Mahasta.

"Dengar! Kalau kau tidak menginginkannya, aku.... aku yang akan menikahi Tera dan mengakui bayi itu anakku! Kau dengar, bodoh? Kau pikir siapa yang membuat Tera hamil hah? Siapa yang mengambil kegadisannya? Kau pikir Tera itu sama dengan perempuan-perempuan yang kau kencani? Yang dengan mudah menyerahkan tubuhnya pada sembarang laki-laki?" Mahaska mendorong Mahasta dan melepaskan cekalannya pada krah kemeja kembarannya. Ia terduduk di kursi tunggu, mengusap wajahnya dengan kasar, sementara Mahasta tergugu, mencoba memahami setiap kalimat yang Mahaska ucapkan.

Mata Mahasta membelalak, bibirnya bergetar ketika ia menyadari sesuatu.

"Mak-maksudmu... itu anakku? Tera hamil anakku?"

Mahaska lagi-lagi mendengus kesal.

"Huh! Tera bukan Mayana yang penuh kebohongan, Mahasta! Tapi kalau kau memang tidak mencintainya, tidak apa. Aku bersedia menggantikanmu mengambil alih tanggung jawab atas bayi itu dan ibunya," geram Mahaska.

Mahasta menatap Mahaska gusar. Ia marah dengan ucapan saudaranya. Tapi pada posisi ini, ia tau apa yang ia lakukan pada Tera sudah keterlaluan.

"Aku yang akan membiayai bayi itu," ujar Mahasta menggumam.

"Tidak perlu. Aku yang akan menikahi Tera. Kau tidak perlu membiayai keduanya," sahut Mahaska mencibir.

Wajah Mahasta makin kelam.

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now