BLS - 26

31K 3.4K 261
                                    

Alodra mengerutkan dahinya melihat Kaima dalam pelukan Baruna. Diam tanpa pemberontakan sedikitpun. Keluarga besar Artasenjaya sedang berkumpul dalam sebuah ruang makan yang luas, mengelilingi meja makan panjang yang di desain muat untuk mereka semua.

Rega tampak tersenyum puas menatap anak gadisnya yang tampak menurut, duduk dengan manisnya dalam pelukan Baruna. Ia penasaran, apa yang sudah Baruna lakukan pada Kaima sehingga anak perempuan keras kepalanya itu kini berubah menjadi seperti kucing yang jinak.

"Pertemuan kita kali ini akan membahas pernikahan Kaima dan Baruna yang akan dilaksanakan di X-Luxury hotel seminggu kedepan," suara berat Daud Artasenjaya menggema, berwibawa di usia lanjutnya yang masih nampak bugar.

Alodra melirik Kaima yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Dilihatnya, sepupunya itu menunduk pasrah tanpa perlawanan. Alodra jadi teringat Kara. Seandainya saja ia bisa menemukan cara agar gadis galak itu bisa sejinak Kaima. Apakah Alodra harus berguru pada Baruna untuk menaklukkan Kara? Alodra tersenyum dalam hati. Kara baginya sangat unik dan menggemaskan. Perasaan sebalnya pada gadis bar-bar di awal perjumpaan mereka kini berubah. Bahkan diam-diam Alodra merindukan rasa manis bibir Kara.

Alodra tersentak ketika Taksaka menyenggol keras lengannya. Ia menoleh menatap Taksaka yang menunjuk kakek mereka dengan dagunya. Ia bertanya melalui sorot mata dan jenggitan alisnya.

"Kakek bertanya padamu, kapan kau akan menyusul Kaima dan Baruna?" bisik Taksaka sebelum kembali mengeratkan rangkulannya pada bahu Olleara.

Alodra mengalihkan tatapannya pada sang Kakek, lalu mengusap tengkuknya.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Alodra? Satu persatu saudara-saudaramu menikah. Kau sendiri bagaimana?" Daud Artasenjaya memandang Alodra tajam.

"Aku...."

"Kakakku sudah punya kekasih, Kek. Tinggal tunggu waktu saja," sahut Kanya merapatkan tubuhnya pada Kenji dan menyandarkan kepalanya dengan manja di bahu laki-laki bermata sipit itu.

"Benarkah?" Daud Artasenjaya menaikkan kedua alisnya.

Alodra menggeleng gugup.

Andaru dan Ananta terkekeh melihat sepupunya yang biasanya penuh percaya diri, terlihat salah tingkah dihadapan kakeknya. Keduanya langsung terdiam menahan senyum ketika mendapat pelototan mata Alodra.

"Alodra, Kakek tidak perlu mencarikanmu calon istri bukan?" kata Daud Artasenjaya penuh penekanan.

"Ti-dak perlu Kek!" jawabnya cepat dan gugup.

"Dalam satu minggu, sebelum pernikahan Kaima dan Baruna, kenalkan calon istrimu padaku, Alodra!"

Alodra menelan ludah. Bagaimana caranya membawa calon istri ke hadapan kakeknya? Pendekatannya pada Kara saja sangat susah! Baginya, lebih mudah memenangkan tender besar dari pada mendekati Kara. Gadis galak itu seperti macan yang baru beranak. Setiap bertemu dan berbicara dengan Alodra, seperti ingin mencakar dan mencabik-cabik.

Lagi-lagi Andaru dan Ananta terkikik. Keduanya tampak seperti mendapat hiburan gratis melihat wajah panik Alodra.

"Kembali pada Kaima dan Baruna!" serempak yang berada mengelilingi meja makan besar itu kembali fokus pada Daud Artasenjaya.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

Kaima menghempaskan tubuhnya di jok mobil Baruna. Wajah manis yang ditunjukan selama makan malam bersama keluarga besarnya tadi lenyap tak berbekas. Sekarang wajahnya berubah keruh dan tampak kesal.

Billionaires Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang