BLS - 31

28.6K 3.7K 248
                                    

Kara mendongak. Ini kali kedua ia menginjakkan kaki ke rumah yang sangat besar dan megah ini. Dan yang pertama, seingatnya baru kemarin dan Alodra sudah membawanya kemari lagi.

Alodra meraih pergelangan tangan Kara, tanpa memandang gadis yang tengah kebingungan itu. Detak langkah keduanya di lantai marmer diiringi oleh sambutan beberapa laki-laki dan perempuan yang membungkuk hormat saat berpapasan.

"Al, kenapa kau membawaku kemari lagi?" bisik Kara tidak tahan untuk bertanya.

"Pertemuan rutin keluarga besar Artasenjaya," sahut Alodra pelan, lalu menarik Kara berjalan lebih cepat.

Tubuh Kara menegang. Jantungnya berdetak kencang. Untuk apa Alodra membawanya ke pertemuan rutin keluarga besarnya?

"Ini pertemuan keluarga, kenapa kau membawaku?" tanya Kara panik.

"Karena kau akan menjadi bagian di dalamnya," sahut Alodra membuat Kara makin bingung.

Keduanya sampai di sebuah pintu besar yang kokoh. Perlahan Alodra mendorong pintu kayu tebal berwarna gelap itu. Suara gumaman dan tawa terdengar.

"Nah, yang kita tunggu-tunggu sudah datang," suara berat yang Kara yakini adalah kakek Alodra bergema, membuat gumaman yang semula mengisi ruangan itu menjadi hening.

Berpasang-pasang mata menatap Alodra dan Kara yang baru saja masuk. Beberapa diantaranya tampak membelalak takjub.

"KARA?" terdengar suara pekikan Shakyra dan Kanya seolah tak percaya.

Alodra mengangguk, menarik Kara menuju dua kursi kosong yang berada di sebelah ujung kiri. Tempat duduk itu dekat dengan sang Kakek yang berada di ujung. Tentu saja, disanalah Kakeknya sebagai seorang yang paling dihormati dan disegani duduk dengan penuh wibawa.

"Kara, sini duduk di dekat kakek," Daud Artasenjaya menepuk-nepuk meja di sampingnya.

Dengan gugup Kara mendudukkan dirinya di tempat yang Daud Artasenjaya mau. Dengung gumaman itu kembali terdengar.

"Wah, ternyata sang perjaka yang nyaris kedaluarsa kita bisa juga membawa gadis pujaannya kemari."

Alodra menoleh cepat ke arah suara. Sepupunya yang duduk di ujung terjauh meringis mengangkat dua jarinya.

"Jangan menggoda Alodra, Gal!" hardik Taksaka.

Manggala mengangkat dua jarinya, membuat Andaru dan Ananta terkekeh.

"Waaahh... Kakakku benar-benar jatuh cinta!" teriak Kanya.

"Si datar Alodra punya pacar!" kali ini celetukan Adyatama yang terdengar.

"Giliranmu segera tiba, Tam!" suara bass penuh wibawa Anggara membungkam mulut Adyatama putra sukungnya.

Adyatama mencibir.

"Kapan rencana pertunangan kalian?" dengungan itu terhenti saat suara Daud Artasenjaya bergema. Kara menoleh cepat dengan mata melebar hingga lehernya terasa sakit, sementara Alodra tersedak dan terbatuk-batuk. Lalu bisik-bisik dan gumaman kembali terdengar.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

Alodra melirik gadis yang tengah cemberut di sampingnya. Ia mengusap tengkuknya, serba salah.

"Sorry, Ra."

"Ini benar-benar di luar kendali, Al. Kita harus segera menghentikan. Kakekmu pasti akan mengerti. Biar aku yang mengatakan pada beliau," sungut Kara kesal.

Billionaires Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang