BLS - 9

37.7K 3.3K 90
                                    

Alodra mengerutkan alisnya melihat kos-kosan di depannya. Ia melongok melihat keadaan sekitar dari tempatnya duduk di belakang kemudi.

"Terima kasih sudah mengantarku," Kara membuka pintu hendak turun dari mobil Alodra.

"Tunggu!" Alodra refleks mencekal pergelangan tangan Kara dengan matanya masih meneliti sekeliling.

Kara melotot menyadari Alodra mencekal tangannya. Ia mengibaskan tangan Alodra, membuat laki-laki itu menoleh pada Kara dengan kerutan di dahinya.

"Kau sungguh tinggal di sini?" tanya Alodra tidak percaya.

"Kau pikir aku berbohong?" Kara membuka pintu semakin lebar.

Alodra menelan ludah. Ia tidak bisa membayangkan Kanya - adiknya, tinggal di tempat seperti ini. Untunglah Kanya tidak tinggal di sini, tetapi di sebuah apartemen mewah pemberiannya.

"Kau tinggal dengan siapa?" tanya Alodra masih tidak percaya.

"Tentu saja dengan penghuni kos yang lain. Aneh!" Kara mendumel sambil melompat turun dari SUV milik Alodra.

Dua orang laki-laki dan seorang perempuan keluar dari pintu pagar kos-kosan itu dan menyapa sambil lalu yang dibalas Kara dengan riang.

"Jangan katakan kalau ini kos-kosan campur," Alodra seperti menggumam namun ditangkap telinga Kara dengan sangat baik. Ia ikut turun dan berdiri di dekat Kara, mengamati lebih jauh keadaan kos-kosan Kara.

"Memang ini kos campur. Apa kau tidak pernah dengar?" tanya Kara heran.

"Astaga! Cewek macam apa yang tinggal bareng cowok seperti ini?" Alodra menggelengkan kepala.

Dengan gemas Kara memukul lengan atas Alodra. Laki-laki di dekatnya ini perlu diajari bahwa tidak semua orang berkecukupan seperti Alodra sehingga bisa membeli apartemen sesuka hati.

"Mereka punya privasi masing-masing. Tidak tidur bersama seperti yang ada dipikiranmu!" sewot Kara.

"Memang kau tau, aku berpikir apa?" ujar Alodra mencibir.

"Huh, dasar pikun! Apa ada makna lain untuk kalimat 'Cewek macam apa yang tinggal bareng cowok seperti ini'? " dengus Kara melotot berkacak pinggang.

Sudut bibir Alodra berkedut. Ia bisa melihat betapa galaknya cewek bar-bar di hadapannya ini. Tapi anehnya, gadis itu terlihat lucu di matanya. Alodra seperti melihat kembali sosok mamanya yang sudah tiada karena tidak kuat menahan rindu pada sang papa yang lebih dulu berpulang.
Ah, Alodra merindukan Mama dan Papa-nya. Mama-nya yang galak dan cerewet namun memiliki kebaikan hati yang luar biasa, berbanding terbalik dengan Papa-nya yang sabar dan pendiam. Namun mereka berdua saling melengkapi satu sama lain.

"Dan kenapa kau masih di sini, Tuan Arogan Pemarah? Pulang sana!"

Alodra tersentak dari lamunannya. Apa yang gadis itu bilang? Tuan Arogan Pemarah? Astaga! Alodra merasa wajib memberangus mulut nyinyir Kara demi kesehatannya. Sepertinya gadis bar-bar itu selalu membuat tekanan darah Alodra naik ke level tertinggi.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

Alodra melirik gadis di sebelahnya yang tengah mencolek-colek lengannya dengan wajah menggoda.

"Kali ini apa? Belum puas mempermainkan laki-laki? Seharusnya kau mencontoh Kaima, Nya!" dengus Alodra melirik adiknya, Kanya.

"Kalau aku mencontoh Kaima, dunia bisa kiamat, Brotha'. Lagipula, mereka toh tidak rugi apa-apa. Just fun!"

Alodra geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya yang sangat bertolak belakang dengannya.

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now