BLS - 18

30.2K 3.2K 182
                                    

Alodra memijit pelipisnya. Ia sama sekali tidak dapat berkonsentrasi. Setumpuk berkas yang memerlukan perhatiannya belum juga ia selesaikan.

Sudah tiga hari ia tidak bisa menemukan gadis bawel perusak ketenangan hidupnya. Ia tidak tau bagaimana gadis itu bisa menghilang tanpa jejak. Apakah Kara itu sebangsa jin imut yang memantrai Alodra hingga mengenaskan seperti sekarang? Kenapa juga Alodra bisa merasakan seolah ada keinginan yang sangat kuat untuk bertemu dengan gadis bar-bar itu? Kenapa ia punya ketakutan jika tidak akan bertemu lagi dengan Kara?

Pikiran Alodra benar-benar kalut. Belum lagi sekarang Kaima sedang di rumahnya dalam rangka unjuk rasa dan protes pada kedua orang tuanya karena perjodohan yang dibuat antara Om Raja dan Om Rega, papa Kaima.

Suara ketukan di pintu membuat Alodra berdecak kesal.

Pintu terbuka, menyembulkan raut tampan yang membuatnya mendengus malas.

"Sibuk? Boleh aku masuk?"

"Aku sibuk! Keluar sana!"

Bukannya keluar, laki-laki tampan itu justru melangkah masuk dan duduk menyilangkan kaki dengan santai di sofa besar dalam ruang kerja Alodra. Lingkaran hitam yang membayang di sekeliling matanya menandakan bahwa laki-laki itu kurang tidur meskipun tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Alodra berdecak lagi, lalu beranjak dari duduknya, bergabung dengan laki-laki sepupunya itu di sofa.

"Katakan keperluanmu dengan cepat, lalu segera pergi!" ucap Alodra dingin.

"Kau seperti perempuan merajuk yang diabaikan pacarnya!"

"Ck. Aku tidak punya waktu banyak untuk meladenimu, Mahasta!"

"Oke...oke... Aku bosan dengan Via. Bagaimana kalau kau menemaniku ke club nanti malam? Siapa tau ada yang menarik hatimu? Umurmu sudah lebih dari cukup untuk punya anak!"

"Sialan! Aku tidak sepertimu yang suka membagi-bagi sperma ke sembarang perempuan!" dengusnya memaki kasar.

Bukannya marah, Mahasta justru terbahak-bahak.

"Tidak kusangka, aku punya sepupu yang sangat polos diusia kepala tiganya! Al, bukannya sekarang jaman sudah canggih? Ada kontrasepsi! Pengaman! Menurutmu, untuk apa kondom diciptakan?" tawa Mahasta kembali menggelegar. Ejekan vulgarnya memerahkan telinga Alodra.

"Oya? Semua kecanggihan yang kau katakan itu buatan manusia. Apa kau yakin tidak akan ada kemungkinan terjadi kesalahan? Kondom bocor misalnya?" Alodra mendecih mencibir.

"Kemungkinan itu tetap ada, Al. Tapi hanya sepersekian persen dari keberhasilan!"

Alodra menggelengkan kepalanya. Ternyata Mahasta lebih mengerikan dibandingkan Mahaska!

.

.

🍁🍁🍁

.

.

Kaima masih sibuk dengan sketsa desain gaun di hadapannya. Dua minggu lagi ia akan mengikuti ajang peragaan busana yang akan diadakan di Perancis. Ia akan menampilkan tujuh desain terbarunya.

"Permisi, Bu Kai. Ada seseorang yang mencari Ibu."

Kaima mengangkat wajahnya. Pintu ruangannya sedikit terbuka, menampilkan separuh tubuh sekretarisnya.

"Siapa?" tanyanya sambil memijit tengkuknya yang kaku karena terlalu banyak menekuri kertas-kertas desainnya.

"Namanya Baruna."

Tubuh Kaima menegang. Kenapa Baruna mendatangi tempatnya bekerja di jam-jam begini? Apa dia tidak masuk kuliah? Lagipula, kenapa ia harus datang?

"Bu Kai?"

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now